Jurnal Lentera Kesehatan
Masyarakat
Vol. 1, No. 3, Desember 2022
https://jurnalkesmas.co.id
HUBUNGAN
SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN TINGKAT KINERJA DRIVER HAULING CV LINTAS
FORTUNA NUSANTARA
Wiga Welyusa
Fadillah
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Email: wigawelyusa@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang: Kinerja merupakan
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan data hasil observasi di CV. Lintas Fortuna Nusantara, pada tahun 2020 terjadi 7 kasus kecelakaan kerja pada driver hauling yang disebabkan
oleh human error dan 3 diantaranya disebabkan oleh kelelahan fisik atau fatigue, dimana kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kelelahan terjadi pada jam kerja malam atau
shift 2 (18.00 – 06.00 WITA). Kelelahan kerja berkaitan erat dengan tingkat
kinerja pekerja, menurunnya kinerja sama artinya dengan
menurunnya produktivitas kerja. Metode: Jenis penelitian ini merupakan analitik
observasional dengan menggunakan rancangan peneltian cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh
driver hauling di CV Lintas Fortuna Nusantara. Sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik quota sampling
yang mana jumlah sampel sebanyak 70 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat, analisis bivariat (chi square). Hasil:
hasil penelitian menunjukan bahwasannya shift kerja dengan tingkat
kinerja bermakna secara statistik (p=0,000;RP=0,074;95%CI=0,024-0,233) dan kelelahan
berhubungan dengan tingkat kinerja (p=0,016).
Kata kunci: Shift Kerja, Tingkat
Kinerja, Kelelahan Kerja.
Abstract
Background: Performance is the result of work in
quality and quantity achieved by a worker in carrying out work in accordance
with the duties and responsibilities assigned to him. Based on the data from
observations in CV. Lintas Fortuna Nusantara, in 2020 there were 7 cases of
work accidents in hauling drivers caused by human error and 3 of them caused by
physical fatigue or fatigue, where work accidents caused by fatigue occurred
during night work hours or shift 2 (18.00 – 06.00 WITA ).
Work fatigue is closely related to the level of worker performance, a decrease
in performance is the same as a decrease in work productivity. Method:
This type of research is an observational analytic using a cross sectional
research design. The population in this study were all hauling drivers at CV
Lintas Fortuna Nusantara. The sample in this study used a random sampling
technique in which the number of samples was 70 people. Data analysis in this
study used univariate analysis, bivariate analysis (chi square). Results:
the results showed that the work shift with a statistically significant level
of performance (p = 0.000; RP = 0.074; 95% CI = 0.024-0.233) and fatigue was
related to the level of performance (p = 0.016).
Keywords: Age, gender, period of work, nutritional
status, work fatigue.
Pendahuluan
Kinerja
merupakan hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara & Anwar, 2012). Kinerja adalah hasil kerja
yang dicapai pekerja dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya untuk memenuhi target kerja yang telah ditentukan (Gaol & Jimmy, 2014). Kinerja menjadi faktor penentu keberhasilan dari sebuah instansi
maupun organisasi dalam mencapai tujuannya, oleh karena itu kinerja dari
pekerja dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan (Nabawi, 2020).
Perusahaan
harus melakukan berbagai cara untuk
dapat meningkatkan produktivitas. Semakin banyak produk yang dihasilkan menuntut perusahaan untuk beroperasi secara maksimal dengan waktu 24 jam tanpa henti. Semakin banyak sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan juga akan membuat tuntutan gaji bagi karyawan
akan semakin tinggi, sehingga perusahaan harus bijak dalam menggunakan
sumber daya manusia yang ada agar terciptanya efisiensi dan dapat meminimalkan biaya operasi produksi
(Arianto & Puspita, 2019).
Sebagian
besar perusahaan melakukan sistem kerja bergilir atau biasa dikenal
dengan work shift untuk melakukan efisiensi dan peningkatan jumlah produksi. Sistem work shift merupakan cara yang efektfif dalam memaksimalkan produksi pada perusahaan yang beroperasi selama 24 jam tanpa henti. Sistem ini
memberikan keuntungan pada perusahaan untuk tetap menjalankan produksinya secara terus menerus dengan
meminimalkan jumlah pekerja yang dimiliki (Wright Jr et al., 2013).
Pembagian shift kerja disetiap perusahaan mempunyai sistem shift yang bermacam-macam. Perusahaan yang menggunakan
sistem shift dalam sehari, masing-masing selama 8
jam yaitu shift pagi pukul 07.00-15.00, siang pukul 15.00-
20.00
dan shift malam pukul
20.00-07.00. Adapula perusahaan
yang menggunakan 12 jam kerja
yang dibagi menjadi dua shift yaitu shift pagi dan shift malam (Putro & Sari, 2018).
Shift
kerja memiliki pengaruh terhadap tingkat kelelahan dan kinerja. Pekerja merasa paling terjaga dan mempunyai kinerja terbaik pada shift pagi, sedangkan pekerja dengan tingkat kelelahan dan kinerja terburuk terjadi saat shift malam. Karyawan yang mempunyai kinerja buruk akan
berdampak negatif terhadap perusahaan secara keseluruhan. Kelelahan dapat menurunkan tingkat kinerja yang dihasilkan dan berpotensi terjadinya kesalahan dalam bekerja yang berpeluang menimbulkan kecelakaan kerja (Irianti, 2017).
Kelelahan kerja merupakan tanda bahwa tubuh dalam
kondisi yang kurang baik dari segi
fisik maupun psikis. Seseorang dengan kondisi lelah ditandai dengan menurunnya tingkat kesiagaan dan juga dapat menurunkan tingkat motivasi dalam bekerja (Amalia & Widajati, 2019). Berdasarkan
data hasil observasi di CV.
Lintas Fortuna Nusantara, pada tahun 2020 terjadi 7 kasus kecelakaan kerja pada driver
hauling yang disebabkan oleh human error dan 3 diantaranya disebabkan oleh kelelahan fisik atau fatigue, dimana kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kelelahan terjadi pada jam kerja malam atau shift 2 (18.00 – 06.00
WITA). Kelelahan kerja berkaitan erat dengan tingkat kinerja pekerja, menurunnya kinerja sama artinya dengan
menurunnya produktivitas kerja. Apabila terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kelelahan kerja maka akan berdampak
langsung terhadap tingat produktivitas yang dihasilkan dan menimbulkan kerugian baik pada pekerja itu sendiri
ataupun perusahaan secara finansial.
Berdasarkan penjelasan mengenai shift kerja, kelelahan kerja, dan kinerja peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Shift Kerja dan Kelelahan Kerja Terhadap Tingkat Kinerja
Driver Hauling CV. Lintas Fortuna Nusantara” untuk menganalisis pengaruh shift kerja dan dampaknya terhadap kelelahan dan kinerja karyawan pada perusahaan tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu kuesioner yang disebarkan di CV
Lintas Fortuna Nusantara pada bulan Agustus 2021. Jenis penelitian ini merupakan analitik observasional dengan menggunakan rancangan peneltian cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini yaitu seluruh
driver hauling di CV Lintas Fortuna Nusantara. Sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik random
sampling yang mana jumlah sampel
sebanyak 70 orang. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat, analisis bivariat (chi square).
Tabel 1. Karakteristik responden di CV Lintas Fortuna Nusantara
Usia |
Frekuensi |
Presentase (%) |
20-25 |
9 |
13 |
26-35 |
30 |
43 |
36-45 |
27 |
39 |
46-55 |
3 |
4 |
>55 |
1 |
1 |
Total |
70 |
100 |
Pada tabel 1, dapat diketahui bahwa responden berdasarkan usia menunjukan paling banyak
berusia 25 – 34 tahun yaitu sebanyak 32 orang dengan persentase sebesar 46%.
Tabel 2. Distribusi
Responden di CV Lintas Fortuna Nusantara
Variabel |
Frekuensi |
Persentase(%) |
Shift
Kerja |
|
|
Shift Siang |
35 |
50 |
Shift Malam |
35 |
50 |
Kelelahan |
|
|
Rendah |
30 |
42.9 |
Sedang |
11 |
15.7 |
Tinggi |
11 |
15.7 |
Sangat Tinggi |
18 |
25.7 |
Sumber: Data Primer,2021
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa antara responden
shift siang dan shift malam
memiliki jumlah responden yang sama yaitu sebanyak 35 orang (50%). Sedangkan responden yang mengalami kelelahan kerja paling tinggi yaitu dengan kategori
kelelahan rendah, sebanyak 30 orang (42.9%).
Tabel 3. Hubungan Shift Kerja
dan Kelelahan Kerja Terhadap Tingkat Kinerja di CV Lintas Fortuna Nusantara
Variabel |
Kinerja |
Total |
p-value |
Rp(95%) CI |
||||
Baik |
Buruk |
|
||||||
N |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Shift Kerja |
0,000 |
0.074 (0.024-0.233) |
||||||
Siang |
27 |
38,6 |
8 |
11,4 |
35 |
50 |
||
Malam |
7 |
10 |
28 |
40 |
35 |
50 |
||
Kelelahan |
0,016 |
- |
||||||
Rendah |
22 |
31,4 |
8 |
11,4 |
30 |
42,9 |
||
Sedang |
7 |
10 |
4 |
5,7 |
11 |
15,7 |
||
Tinggi |
1 |
1,4 |
10 |
14,3 |
11 |
15,7 |
||
Sangat Tinggi |
4 |
5,7 |
14 |
20 |
18 |
25,7 |
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa kedua variabel
secara statistik bermakna. Shift kerja memiliki hubungan dengan tingkat kinerja (p= 0,000; RP= 0,074; 95% CI= 0,024-0,233) dan kelelahan berhubungan dengan tingkat kinerja (p=0,016).
Hasil
dan Pembahasan
A. Hubungan Shift
Kerja dengan Tingkat
Kinerja
Penelitian di CV Lintas Fortuna Nusantara menunjukan bahwa shift kerja berhubungan dengan tingkat kinerja (p= 0,000). Hasil penelitian
serupa dengan penelitian lain, yang mengatakan bahwa shift kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p< 0,05). Subjek
yang memiliki kinerja rendah lebih banyak
pada shift malam dibanding
pada shift pagi (Supomo, 2014). Penelitian juga memiliki hasil yang sama yaitu shift kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perawat Moslem Baby Day Care di Timoho
Yogyakarta, ditunjukkan oleh nilai
signifikansi sebesar 0,010
(p<0,05) (Arini, 2021).
Shift kerja dapat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental seseorang. Shift malam juga memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan shift pagi dan siang (Marchelia, 2014). Circadian rhythm dapat
terganggu ketika tubuh beraktivitas diluar jam biologis yang semestinya. Circadian rhythm mempunyai
hubungan dengan tingkat metabolisme, tekanan darah, suhu tubuh, detak
jantung dan komposisi kimia tertentu dalam tubuh. Faktor
lingkungan seperti gelap, terang dan suhu lingkungan juga dapat mempengaruhi circadian
rhythm pada tubuh seseorang
(Ambarwati, 2017). Driver hauling yang bekerja
pada malam hari mengalami kurangnya waktu tidur atau
waktu istirahat yang diakibatkan pekerjaan pada malam hari, itulah
sebabnya mengapa orang yang
bekerja pada shift malam sering merasa mengantuk
dan kelelahan saat bekerja. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa pekerjaan yang bergilir (work
shift) merupakan salah satu
faktor utama terjadinya kelelahan (Juliana et al., 2018).
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. shift kerja mempengaruhi kinerja karyawan dapat dikarenakan kurangnya waktu tidur yang dimiliki oleh karyawan yang bekerja pada shift malam, karena pada umumnya yang bekerja pada shift malam tetap melakukan aktivitas di siang hari sehingga malam
harinya kondisi tubuh kurang maksimal
untuk bekerja di malam hari sedangkan
karyawan yang bekerja pada siang hari memiliki
waktu istirahat yang cukup di malam hari. Selain itu,
kurangnya asupan nutrisi oleh karyawan yang seharusnya dapat meningkatkan stamina dalam melakukan pekerjaan di malam hari.
Namun hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan
hasil penelitian Arianto (2019) yang menunjukkan bahwa tidak memiliki
hubungan antara shift kerja terhadap kinerja PT.MI denngan
p-value=0.19 (p>0,05) dan pada penellitian lain
yang juga menunjukkan tidak
ada pengaruh yang diberikan antara shift kerja terhadap tingkat kelelahan kerja dan dampaknya terhadap kinerja operator produksi ARV. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji F dengan nilai F hitung lebih kecil dibandingkan
dengan nilai F tabel (1.189 < 3.34).
Penelitian lain yang juga memiliki
hasil yang sama dengan hasil uji hubungan antara shift kerja dengan kinerja
perawat di ruang rawat inap RSU Bhayangkara Tingkat III Manado yang menggunakan
uji korelasi Chi-Square mendapatkan
nilai p=0,163 (p<0,05), yang menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan kinerja
perawat (Seguh et al., 2019). Hal ini dapat disebabkan karena shift kerja yang diterapkan oleh pihak Rumah Sakit Bhayangkara
Tingkat III Manado sudah teratur
dan sebagian besar perawat yang berada di ruang rawat inap
mengikuti penjadwalan shift
kerja sesuai jadwal yang telah ditentukan sehingga responden tidak berisiko mengalami penurunan kinerja. Shift kerja yang diikuti sesuai dengan penjadwalan
sangat membantu perawat dalam melaksanakan pekerjaannya.
B. Hubungan Kelelahan dengan Tingkat Kinerja
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelelahan kerja berhubungan dengan tingkat kinerja (p= 0,016), hasil penelitian serupa yang juga memiliki hasil yang sama bahwa kelelahan
memiliki hubungan dengan tingkat kinerja dengan nilai signifikansi p= value 0,035
(Kurniawati & Solikhah, 2012). Hal ini
juga sama dengan penelitian Setiawan (2017), yang menggunakan
analisis statistik korelasi product moment dengan menunjukkan bahwa besarnya hubungan antara variabel kelelahan terhadap kinerja pada supir dump truck PT
Raya Bumi Mandiri Samarinda dengan nilai signifikansi 0,001
(<0,05) (Kurniawati & Solikhah, 2012).
Penyebab terjadinya kelelahan dijelaskan oleh Theron
dan Heerden (2011), yang mengatakan bahwa kelelahan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan diantaranya dipengaruhi oleh shift kerja serta rentang waktu
antara istirahat dan shift serta waktu kerja.
Kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan diantaranya dipengaruhi oleh usia, tingkat kesehatan dan kebugaran, serta waktu perjalanan dari dan ke tempat
kerja (Theron & Van Heerden, 2011).
Semakin meningkatnya usia akan diikuti
dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini
kemampuan organ akan menurun oleh karena terjadi perubahan pada alat-alat tubuh kardiovaskuler, dan hormonal. Dengan
adanya penurunan kemampuan organ, tubuh memerlukan energi yang lebih untuk kebutuhan
metabolisme. Sehingga denyut nadi semakin
meningkat dan membutuhkan waktu istirahat yang lebih lama (Astuti et al., 2017).
Waktu kerja yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan kualitas dan hasil kerja serta
timbulnya kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasan (Suma’mur, 2013). Pekerja dengan waktu kerja
panjang sangat rentan untuk mengalami kelelahan, hal ini dapat di perburuk
dengan waktu yang dibutuhkah pekerja untuk pergi ke
lokasi tambang. Dari hasil observasi, biasanya pekerja shift siang pergi menuju
lokasi tambang pada jam
05.30 WITA dan tiba dilokasi
tambang pada jam 06.00 WITA, kemudian
selesai pekerjaan pada jam
18.00 WITA, artinya pekerja
dalam sehari menghabiskan waktu kurang lebih 13 jam yang meliputi waktu untuk bekerja dan waktu di perjalanan.
Lingkungan area kerja pertambangan di CV Lintas Fortuna Nusantara yang panas menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya kelelahan pada pekerja. Hal tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa paparan panas
dari suhu lingkungan tempat kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi fisiologis bagi tubuh tenaga
kerja (Suwanto et al., 2016). Tekanan
panas yang diterima oleh tenaga kerja yang melebihi batas toleransi tubuh dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis pada tenaga kerja tersebut.
Usia dapat mempengaruhi kekuatan fisik dan kapasitas kerja seseorang. Kapasitas kerja diantaranya kapasitas fungsional, mental serta sosial akan
mengalami penurunan ketika mendekati usia 45 tahun dan indeks mutu kinerja
secara fisik juga akan mengalami penurunan ketika menginjak usia 40 tahun, serta pada usia 50 tahun penurunan
tersebut akan semakin meningkat dan hal tersebutlah yang dapat menurunkan kemampuan tenaga kerja dan akhirnya menyebabkan terjadinya kelelahan kerja (8)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara shift kerja dan kelelahan kerja terhadap tingkat kinerja driver hauling CV
Lintas Fortuna Nusantara. Pekerja dengan
shift malam lebih berisiko memiliki kinerja buruk jika
dibandingkan dengan pekerja shift pagi. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja dengan kategori sangat tinggi lebih berisiko
mengalami kinerja buruk jika dibandingkan
dengan pekerja yang mengalami kelelahan kategori rendah. Saran ditujukan kepada pimpinan perusahaan sebagai pertimbangan untuk memberikan perhatian lebih kepada pekerja shift malam, seperti memberikan makanan dengan asupan gizi
yang baik seperti telur, daging serta
sayur dan buah- buahan. Tidak memberikan
makanan yang mengandung banyak gula dan terlalu pedas.
Membuat program inspeksi khusus pada jam rawan terjadinya kantuk, memberikan rambu bahaya dan penerangan yang cukup di area dengan risiko kecelakaan tinggi, serta memberikan
pelatihan khusus, agar pekerja dapat beradaptasi
bekerja di malam hari dan dapat mengetahui cara mengatasi kelelahan di malam hari serta
Menjadi pertimbangan agar perusahaan dapat memberikan jam istirahat berdasarkan UU 13 Tahun 2003 atau perusahaan dapat memberikan waktu istirahat yang cukup untuk pekerja
dapat melakukan napping (tidur sesaat), perusahaan menyediakan makanan sesuai porsi kerja agar pekerja dapat menghindari
kelelahan yang disebabkan waktu kerja yang panjang.
BIBLIOGRAFI
Amalia, I., & Widajati, N. (2019). Analisa Kelelahan
Kerja Secara Obyektif Berdasarkan Reaction Timer pada Tenaga Kerja Unit
Pengerolan Besi PT X. Journal of Health Science and Prevention, 3(1),
17–24.
Ambarwati, R. (2017). Tidur, irama sirkardian dan metabolisme
tubuh. Jurnal Keperawatan, 10(1), 42–46.
Arianto, D., & Puspita, A. (2019). Pengaruh shift kerja
terhadap kinerja melalui variabel kelelahan dan beban kerja sebagai variabel
intervening di PT MI. JISO: Journal of Industrial and Systems Optimization,
2(1), 23–28.
Arini, B. P. (2021). Pengaruh Shift Kerja dan Beban Kerja
Terhadap Kinerja Perawat Pada Moslem Baby Day Care di Timoho Yogyakarta (Studi
Pada Moslem Baby Day Care). Akmenika: Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, 18(1).
Astuti, F. W., Ekawati, E., & Wahyuni, I. (2017).
Hubungan antara Faktor Individu, Beban Kerja dan Shift Kerja Dengan Kelelahan
Kerja pada Perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 5(5), 163–172.
Gaol, L. J., & Jimmy, L. (2014). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Grasindo.
Irianti, L. (2017). Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan
dan performansi pengendali kereta api indonesia. Jurnal Rekayasa Sistem
Industri, 6(2), 79–91.
Juliana, M., Camelia, A., & Rahmiwati, A. (2018).
Analisis faktor risiko kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Arwana
anugrah keramik, tbk. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 53–63.
Kurniawati, D., & Solikhah, S. (2012). Hubungan kelelahan
kerja dengan kinerja perawat di bangsal rawat inap Rumah Sakit Islam Fatimah
Kabupaten Cilacap. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Ahmad Daulan, 6(2), 24893.
Mangkunegara, A., & Anwar, P. (2012). Evaluasi kinerja
SDM. Bandung: Refika Aditama. Masrokah.
Marchelia, V. (2014). Stres kerja ditinjau dari shift kerja
pada karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 130–143.
Nabawi, R. (2020). Pengaruh lingkungan kerja, kepuasan kerja
dan beban kerja terhadap kinerja pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister
Manajemen, 2(2), 170–183.
Putro, W. W., & Sari, S. I. K. (2018). Ergonomi untuk
Pemula:(Prinsip Dasar & Aplikasinya). Universitas Brawijaya Press.
Seguh, F., Kolibu, F. K., & Kawatu, P. A. T. (2019).
Hubungan Shift Kerja dan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat III Manado. E-Biomedik, 7(2).
Suma’mur, P. K. (2013). Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (Hiperkes), Edisi Kedua. Jakarta: CV. Agung Seto.
Supomo, T. M. (2014). Shift Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tarakan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
2(1), 75–88.
Suwanto, J., Tarwaka, Pgd., & Werdani, K. E. (2016). Hubungan
Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja
Bagian Pemotongan Besi Di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Theron, W. J., & Van Heerden, G. M. J. (2011). Fatigue
knowledge-a new lever in safety management. Journal of the Southern African
Institute of Mining and Metallurgy, 111(1), 1–10.
Wright Jr, K. P., Bogan, R. K., & Wyatt, J. K. (2013).
Shift work and the assessment and management of shift work disorder (SWD). Sleep
Medicine Reviews, 17(1), 41–54.