Jurnal Lentera Kesehatan
Masyarakat
Vol. 1, No. 3, Desember 2022
https://jurnalkesmas.co.id
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI CV. SADA WAHYU
KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021
Indah
Dzil Arsyi Fataruba, Nurma Mustika Aini
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Email: indah.dzile@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang: Kelelahan kerja merupaka kondisi utama disebabkan
terjadinya kecelakaan, dan faktor kemampuan fisik yang lemah juga dapat mengurangi aktivitas kerja. Ada berbagai faktor kelelahan yang disebabkan oleh faktor internal yang berada di dalam tubuh seperti
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan status gizi, sedangkan faktor eksternal berupa waktu kerja, kerja
bergilir, dan istirahat.
Hal ini sangat mengandalkan
kemampuan fisik pekerja untuk melakukan
pekerjaan agar sesuai dengan target hal itu dapat membuat
pekerja mengalami lelah bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor apa yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu. Metode:
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif observasi analitik, memakai rancangan cross sectional
dan sampel pekerja 42
orang. Analisis data menggunakan
uji chi square dan confident interval 95%. Alat penelitian
menggunakan kuesioner IFRC,
timbangan dan microtoice. Hasil:
Hasil untuk analisis univariat dalam penelitian ini yaitu umur tua
27 orang (64,3%), jenis kelamin
perempuan 25 orang (59,5%), masa kerja
lama 25 orang (59,4%), status gizi
overweight 22 orang (53,4%), dan kelelahan kerja tinggi 23 orang (54,8%).
Hasil analisis bivariat
yang didapatkan yaitu ada hubungan antara
umur (p value 0,016 < α 0,05), masa kerja
(p value 0,008 < α 0,05) dan status gizi
(p value 0,006 < α 0,05). Tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kelelahan kerja (p value 0,904 > α 0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara umur, masa kerja dan status gizi dengan kelelahan
kerja. Tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kelelahan kerja.
Kata kunci: Umur, jenis kelamin, masa kerja, status gizi, kelelahan kerja.
Abstract
Background: Work fatigue is the main condition caused
by accidents, and weak physical ability factors can also reduce work
activities. There are various fatigue factors caused by internal factors that
are in the body such as age, gender, body size, and nutritional status, while
external factors are work time, rotating work, and rest. It relies heavily on
the physical ability of workers to do work to match the target it can make
workers experience work fatigue. The purpose of this study was to find out what
factors are associated with work burnout in workers on CV. Sada
Wahyu. Methods: This study used a type of quantitative research of
analytical observation, using a cross-sectional design and a sample of 42
workers. Data analysis used chi square test and 95% confidence interval. The
research tool uses IFRC questionnaires, scales and microtoices.
Results: The results of univariate analysis in this study are old age 27
people (64.3%), female sex 25 people (59.5%), long service life 25 people
(59.4%), nutritional status overweight 22 people (53.4%), and high work fatigue
23 people (54.8%). The results of bivariate analysis obtained that there is a
relationship between age (p value= 0.016 < 0.05), service life (p value=
0.008 < 0.05) and nutritional status (p value= 0.006 < 0.05). There was
no relationship between sex and work fatigue (p value= 0.904 > 0.05). Conclusion:
There is a relationship between age, length of Service and nutritional status
with work fatigue. No relationship between sex and work fatigue.
Keywords: Age, gender, period of work, nutritional
status, work fatigue.
Pendahuluan
Pada
era revolusi di Indonesia saat
ini telah banyak perusahaan memiliki industri baik dari skala
kecil, menengah dan besar. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu bagian perlindungan bagi tenaga kerja
dapat diterapkan untuk melakukan pengawasan yang dapat berpotensi membahayakan bagi para pekerja. Pengawasan yang dilakukan kepada pekerja dapat berpotensi menyebabkan penyakit akibat kerja, untuk
melakukan pencegahan kecelakaan, serta cara penggunaan alat bagus untuk
mesin dan untuk prilaku pekerja. Sehingga keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk para tenaga kerja dapat diharapkan
menjalankan pekerjaan dengan baik untuk
meraih kapasitas fisik tubuh, ketahanan
tinggi, dan meningkatkan kesehatan yang baik sehingga timbulnya rasa aman dan nyaman (Bando et al., 2020).
Berdasarkan dari data
International Labour Organization (ILO) (Wadsworth & Walters, 2019) menyatakan tiap tahun ada 2,78 juta orang pekerja terdapat meninggal sebab terjadi kecelakaan
di tempat kerja dan ada penyakit akibat kerja. Dari data tersebut sebesar 2,4 juta dengan persentase (86,3 %) kematian yang disebabkan adanya penyakit akibat kerja, selebihnya
terdapat 380 ribu dengan persentase (13,7 %) yang dikarenakan kecelakaan kerja. Sedangkan dari data Word Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa terdapat pembunuh tertinggi nomor 2 sesudah penyakit jantung yaitu perasaan
lelah yang berat (Hobdell et al., 2003). Kemudian data Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan di
Indonesia (Saraswati, 2019) menyebutkan bahwa data jumlah kecelakaan kerja meningkat sesuai laporan mencapai 123.041 kasus, dibandingkan dengan data tahun 2018 yang terdapat kasus angka kecelakaan kerja mencapai 114.148 kasus dan untuk data tahun 2019 angka kecelakaan kerja mengalami penurunan mencapai 77.295 kasus. Oleh sebab itu permasalahan
pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di sekitar lingkungan perusahaan sering mengalami kasus kecelakaan kerja. Sehingga salah satu yang di dapat terjadi faktor
dorongan terjadi adanya kecelakaan kerja ialah lelah
bekerja (Yuriana & Suwardi, 2018). Menurut
(Suwardi, 2018) menyatakan kelelahan kerja yaitu salah satu keadaan yang dilakukan seseorang yang sudah tidak mampu untuk
melakukan aktivitas. Kelelahan kerja dapat dilihat dengan
suatu keadaan penurunan manfaat kesadaran otak serta adanya di luar kesadaran otak yang dapat mengalami perubahan pada organ tubuh. Kelelahan kerja ialah masalah
yang sangat penting sehingga
harus ditangani dengan lancar, karena bisa menimbulkan
berbagai permasalahan seperti hilangnya efektifitas dalam melakukan pekerjaan, menurunkan produktivitas, kapasitas kerja dan meningkatkan kesehatan dan mampu memelihara ketahanan tubuh (Verawati, 2016).
Umur merupakan faktor yang melekat pada diri seseorang karena dapat berpengaruh
pada fisik dan psikis. Seseorang sering merasakan keluhan pada otot yang dialami pada umur 24-65 tahun (Setyawati, 2010). Terdapat pada jenis kelamin yaitu
laki-laki dan perempuan dengan umur kurang
lebih 20 tahun akan meningkat kekuatan otot yang dimiliki oleh seseorang, dan untuk umur sebesar
50-60 tahun maka akan mulai menurunya
tingkat kekuatan otot seseorang sekitar 15-25% (Setyowati et al., 2014). Masa kerja merupakan hal yang berkaitan dengan kapasitas yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan adaptasi
saat melakukan pekerjaan dan yang ada di lingkungan disekitarnya (Atiqoh et al., 2014). Apabila
melakukan pekerjaan dengan status gizi yang kurang maka tidak
mampu melakukan pekerjaan dengan baik sebab status gizi akan mempengaruhi
pada produktivitas kerja (Hartriyanti et al., 2020).
CV.
Sada Wahyu merupakan salah satu industri pembuat
briket bioarang dari bahan mentah
batok kelapa. Sejak tahun 2011 hingga sekarang dengan luas lahan
tempat 700 m persegi, yang lokasi terletak di Jl. Bugisan Selatan No. 202, Senggotan,
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul. CV. Sada Wahyu adalah salah satu industri bioarang yang didalamnya terdapat beberapa proses kerja, proses kerja tetsebut dimulai dengan pemilahan bahan batok kelapa yang bagus dan sudah menjadi arang/kehitaman,
proses penyaring kualitas bahan arang, tahap
penghalusan dan dimasukan ke dalam mesin,
proses mixer arang yang halus
dan di campuri dengan tepung kanji, tahap pemotongan, tahap pengovenan, kemudian terakhir tahap packing. Hasil jadi briket bioarang
disebar luas di setiap kota maupun
negara untuk dipakai oleh pengguna atau konsumen
yang membutuhkan. Waktu oprasional
CV. Sada Wahyu yaitu 6 hari kerja dan dengan lama kerja 8 jam kerja/ hari, dengan
total kerja 48 jam/ minggu.
Memiliki total karyawan 42 pekerja, yang terdiri dari 25 pekerja perempuan, dan 17 pekerja laki-laki. Rata-rata usia pekerja yakni berkisar
±26-62 tahun, dengan masa kerja 4-10 tahun.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan 4 pekerja CV. Sada Wahyu pada 18 Februari tahun 2021, selama proses kerja masih ditemukan beberapa permasalahan terkait kelelahan kerja seperti ditemukan
adanya pekerja mengeluhkan kelelahan kerja, adanya umur
yang tua cepat merasakan lelah, masa kerja yang lama, ditandai dengan adanya keluhan
seperti mengeluh kelelahan pada seluruh tubuh saat bekerja,
merasakan pusing, konsentrasi sedikit terganggu, adanya rasa pegal pada seluruh tubuh yang diakibatkan proses kerja yang monoton yang berlangsung cukup lama dan pekerjaan yang dilakukan secara menual sehingga
pekerja mudah merasakan lelah. Peneliti melakukan pengukuran status gizi IMT
(BB/TB) pada salah satu responden
dari 4 pekerja setelah di wawancara mendapatkan hasil yaitu mendapatkan hasil 26,2 kg/m2 masuk dalam kategori overweight yang sesuai dengan perhitungan
tersebut pekerja ditemukan melakukan aktivitas fisik pada bagian pemotongan dengan secara berulang
dan manual menggunakan tangan,
mengeluhkan mudah lelah, pusing, kekuatan otot tubuh
mulai berkurang. Sebab rasa lelah yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan status gizi bisa dikatakan sama karena setiap
orang yang memiliki status gizi
normal, lebih ataupun kurus
dapat merasakan lelah dalam melakukan
pekerjaan dengan masa otot yang ada didalam
tubuh. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021”.
Metode Penelitian
Pada jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
metode kuantitatif, melakukan observasi analitik serta memakai desain cross sectional.
Pada penelitian yang dilakukan
CV. Sada Wahyu Kabupaten
Bantul Yogyakarta dengan jumlah
semua responden sebanyak 42 orang. Menggunakan analisis data untuk mengetahui antara hubungan umur, jenis kelamin, masa kerja, status gizi, dan kelelahan kerja di CV. Sada Wahyu. Analisis ini dapat menggunakan
uji univariat serta uji bivariat. Data terkumpul melalui kuesioner dibagikan secara langsung pada pekerja kemudian timbangan dan microtoice untuk alat mengukur BB/TB. Data yang dipakai pada penelitian yaitu data primer di CV. Sada
Wahyu.
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021 yang memiliki jumlah responden sebanyak 42 orang. Analisis univariat yang dilakukan secara dekriptif dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat variabel dengan tujuan menganalisis
distribusi frekuensi dan persentase pada masing-masing variabel.
a. Hasil Univariat
Analisis univariat pada pekerja di CV. Sada Wahyu yang dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 42 orang. Tabel 1. Distribusi frekuensi responden pembuat Briket Bioarang berdasarkan variabel-variabel penelitian pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kab. Bantul.
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden pembuat Briket Bioarang berdasarkan variabel-variabel penelitian pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kab. Bantul.
No. |
Variabel Penelitian |
Jumlah (Orang) |
Presentase (%) |
|
Variabel |
Kategori |
|||
1. |
Umur |
Tua |
27 |
64,3 |
Muda |
15 |
35,7 |
||
Jumlah |
42 |
100 |
||
2. |
Jenis Kelamin |
Perempuan |
25 |
59,5 |
Laki-Laki |
17 |
40,5 |
||
Jumlah |
42 |
100 |
||
3. |
Masa Kerja |
Lama |
25 |
59,5 |
Baru |
17 |
40,5 |
||
Jumlah |
42 |
100 |
||
4. |
Status Gizi |
Tidak Normal |
22 |
52,4 |
Normal |
20 |
47,6 |
||
Jumlah |
42 |
100 |
||
5. |
Kelelahan Kerja |
Lelah |
23 |
54,8 |
Tidak Lelah |
19 |
45,2 |
||
Jumlah |
42 |
100 |
Sumber: data primer
2021
Pada Tabel 1 didapatkan hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel-variabel penelitian pekerja di CV. Sada Wahyu Kab. Bantul dengan jumlah 42 responden yang memiliki umur tua sebanyak
27 orang (64,3%) dan umur muda
sebanyak 15 orang (35,7%). Jenis
kelamin perempuan sebanyak 25 orang (59,5%) dan laki-laki
sebanyak 17 orang (40,5%). Masa kerja
lama sebanyak 25 orang
(59,5%) dan baru sebanyak
17 orang (40,5%). Status gizi tidak
normal sebanyak 22 orang (52,4%) dan normal sebanyak 20 orang (47,6%). Rasa lelah
sebanyak 23 orang (54,8%) dan tidak
lelah sebanyak 19 orang
(45,2%).
b. Hasil Bivariat
Tabel 2. Hasil uji bivariat pada variabel bebas dan variabel terikat umur pada pekerja di CV. Sada Wahyu
No. |
Variabel |
Kelelahan Kerja |
Jumlah |
P Value |
CI 95% |
OR |
||||
Lelah |
Tidak Lelah |
|
||||||||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
|||||
1. |
Umur |
1,016 |
(1,592-26,788) |
6,531 |
||||||
Tua |
19 |
45,2 |
8 |
19,0 |
2,7 |
64,3 |
||||
Muda |
4 |
9,5 |
11 |
26,2 |
15 |
35,7 |
||||
Jumlah |
23 |
54,8 |
19 |
45,2 |
42 |
100 |
||||
2. |
Jenis Kelamin |
0,904 |
(0,380-4,577) |
1,319 |
||||||
Perempuan |
13 |
31,0 |
16 |
28,6 |
25 |
59,5 |
||||
Laki Laki |
10 |
23,8 |
3 |
16,7 |
17 |
40,5 |
||||
jumlah |
23 |
54,8 |
19 |
45,2 |
42 |
100 |
||||
3. |
Masa Kerja |
0,008 |
(0,027-0,535) |
0,121 |
||||||
Lama |
9 |
21,4 |
16 |
38,1 |
25 |
59,5 |
||||
Baru |
14 |
33,3 |
3 |
7,1 |
17 |
40,5 |
||||
Jumlah |
23 |
54,8 |
19 |
45,2 |
42 |
100 |
||||
4. |
Status Gizi |
0,006 |
(1,993-31,586) |
7,933 |
||||||
Tidak Normal |
17 |
40,5 |
5 |
11,9 |
22 |
52,4 |
||||
Normal |
6 |
14,3 |
14 |
33,3 |
20 |
47,6 |
||||
Jumlah |
23 |
54,8 |
19 |
45,2 |
42 |
100 |
Sumber: data primer
2021
Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian yang dilakukan mendapatkan bahwa hasil penelitian diatas menunjukan nilai p value yaitu 0,016 < 0,05 yaitu
ada hubungan antara umur dengan
kelelahan kerja, untuk pekerja yang memiliki umur tua
sebesar 6,53 kali berisiko untuk terjadi kelelahan
kerja yang di bandingkan oleh pekerja yang mempunyai umur muda. Hasil penelitian diatas menunjukan nilai p value yaitu 0,904 < 0,05 yaitu tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja, untuk pekerja memiliki
jenis kelamin perempuan sebesar 1,319 kali berisiko bisa terjadi
kelelahan kerja yang dibandingkan oleh pekerja yang mempunyai jenis kelamin laki-laki.
Hasil
dari penelitian diatas menunjukan nilai p value yaitu 0,008<0,05
yaitu ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan
kerja, untuk pekerja yang mempunyai masa kerja >5 tahun (lama) sebesar 0,121 kali berisiko untuk terjadi kelelahan
kerja berbeda dengan pekerja yang mempunyai masa kerja <5 tahun (baru). Hasil penelitian diatas menunjukan nilai p value yaitu 0,006<0,05, ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan
kerja, untuk pekerja yang mempunyai status gizi tidak normal sebesar 7,933 kali berisiko untuk terjadi kelelahan
kerja berbeda dengan pekerja yang mempunyai status gizi normal.
B. Pembahasan
Berdasarkan dari
penelitian yang dilakukan
pada pekerja dengan jumlah 42 responden di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021 bertujuan untuk membahas mengenai deskripsi karakteristik dan variabel-variabel
penelitian pada pekerja sesuai penjelasan yang diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Penelitian yang telah dilakukan di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021. Peneliti melakukan pengambilan data pada semua pekerja. Jumlah 42 responden yang didapatkan menunjukan bahwa distribusi frekuensi pada umur tua tertinggi
sebanyak 27 orang (64,3%) dan responden
dengan umur muda sebanyak 15 orang (35,7%). Distribusi frekuensi untuk jenis kelamin
perempuan tertinggi sebanyak 25 orang (59,5%) serta pekerja dengan jenis kelamin laki-laki
sekitar 17 orang (40,5%). Distribusi
frekuensi pada masa kerja
lama ≥5 tahun tertinggi sebanyak 25 orang (59,5%) dan responden
dengan masa kerja baru <5 tahun sebanyak 17 orang (40,5%). Distribusi
frekuensi status gizi tidak normal tertinggi sebanyak 22 orang (52,4%) dan responden
dengan status gizi normal sebanyak 20 orang (47,6%). Distribusi
frekuensi untuk kelelahan kerja tinggi sebanyak 23 orang (54,8%)
dan responden dengan kelelahan kerja tidak lelah sebanyak
19 orang (45,2%).
2. Analisis bivariat
a. Hubungan antara umur dengan kelelahan kerja
Adanya hubungan antara umur terhadap kelelahan kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul tahun 2021 terdapat faktor umur yang merupakan salah satu yang berhubungan pada kemampuan fisik kerja seseorang. Berdasarkan hasil dari analisis uji chi square menunjukan bahwa ada hubungan antara
umur dengan kelelahan kerja dengan nilai p value yaitu 0,016 (α<0,05) pada pekerja
di CV. Sada Wahyu Kabupaten
Bantul Tahun 2021.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukan untuk pekerja dengan umur tua lebih
banyak dibandingkan dengan umur muda.
Jumlah 42 responden memiliki umur tua
tinggi sebanyak 27 orang dengan persentase 64,3% untuk umur muda
sebanyak 15 orang dengan persentase 35,7%. Hasil penelitian
yang ditemukan bahwa pekerja dengan umur tua sebagian
besar merasakan kelelahan kerja sebesar 19 responden (45,2%) dibandingkan dengan umur muda yang merasakan kelelahan kerja sebesar 8 responden (19,0%).
Berdasarkan hasil penelitian yang sama dilakukan oleh (Lestari & Afandi, 2019) menjelaskan
bahwa umur responden lebih dari 35 tahun akan
menghadapi resiko yang lebih pada kelelahan kerja yaitu 40 orang (62,4%) dengan uji chi square memperoleh nilai p value yaitu 0,000 < α
(0,05) artinya ada hubungan antara unnur dengan kelelahan
kerja. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Mahardika (Mahardika, 2017) menyatakan bahwa umur >35 tahun mengalami kelelahan 11 orang (84,6%), menggunakan
uji chi square mendapatkan p value yaitu 0,016 < α (0,05) yang artinya
Ho ditolak ada hubungan antara umur terhadap
kelelahan kerja pekerja Tabung
Gas di Depot LPG PT. Pertamina (Persero) Makassar.
Hasil observasi di tempat kerja dan melakukan wawancara terhadap pekerja dibagian mixer dan pemotongan briket bioarang yang memiliki pekerja berumur >35 tahun yang merasakan pegal dan nyeri di punggung, pergelangan tangan dan otot tangan karena kerja
posisi yang dilakukan secara berdiri dan pergerakan yang dibuat secara berulang sampai bahan hasil
mixer habis. Hal ini membuat pekerja cepat merasakan kelalahan saat kerja berlangsung, sehingga pergerakan yang cepat saat proses kerja akan mempengaruhi
penurunan produktivitas kerja. Hal ini sejalan dengan Juliana (Juliana et al., 2018) menyatakan
bahwa berusia tua mengalami kelelahan
yang tinggi. Pekerjaan yang
monoton atau berulang-ulang akan cepat bosan yang dirasakan pada pekerja dengan mudah lelah
dan jenuh. Adapun beban kerja yang dirasakan oleh pekerja serta kondisi
lingkungan kerja seperti mesin dan iklim yang panas.
Umur sangat berkaitan dengan kapasitas kerja yang dilakukan karena kekuatan tubuh sesuai dengan
umur seseorang sehingga proses degeratif terjadi pada organ tubuh, sebab dalam hal
ini kapasitas tubuh pekerja akan
berkurang karena adanya perubahan pada organ tubuh yang lemah, sistem kardiovaskuler dan hormone
(Astuti et al., 2017). Menurut
suma’mur (Suma’mur, 2013) mengatakan bahwa umur yang berpengaruh terhadap kelelahan kerja karena dapat terjadi
pada fungsi kerja tubuh yang terus berubah sebab faktot
umur dapat mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja.
Kemudian menurut (Kusgiyanto et al., 2017) mengatakan
adapun laki-laki atau perempuan mulai umur 20 tahun
yaitu tingkat kekuatan otot yang dimiliki pekerja, selanjutnya pada umur sekitar 50-60 tahun maka akan terasa
berkurang pada kemampuan otot tubuh terjadi
sekitar 15-25%. Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi yang ada pada pekerja di industri briket bioarang CV. Sada Wahyu beberapa orang sering merasakan kelelahan kerja terhadap pekerjaan yang dilakukan akan tetapi paling banyak mengalami kelelahan terdapat pada umur lansia karena
kemampuan dan kondisi tubuh yang tidak kuat dan cenderung lebih cepat lelah.
Di CV. Sada Wahyu pembuat briket bioarang para pekerja masih menggunakan
alat manual menggunakan tangan dan kondisi pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang akan berpengaruh terhadap umur tua yang dominan
lebih dari 35 tahun.
b. Hubungan antara jenis kelamin dengan
kelelahan kerja
Perbedaan yang dimiliki antara laki-laki dan perempuam yaitu secara umunya perempuan
mempunyai ketahanan fisik 2/3 dibandingkan dengan kemampuan fisik dari laki-laki,
namun hal ini bahwa perempuan
lebih teliti berbeda dengan laki-laki. Hasil dari analisis uji chi square menunjukan
bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kelelahan kerja nilai p value yaitu 0,904 (α<0,05) pada pekerja
di CV. Sada Wahyu Kabupaten
Bantul Tahun 2021.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa pekerja dengan jenis kelamin perempuan
lebih banyak berbeda dengan jenis kelamin laki-laki.
Pekerja dengan jumlah 42 orang memiliki jenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu 25 orang dengan persentase 59,5% dan untuk jenis kelamin laki-laki
sebanyak 17 orang dengan persentase 40,5%. Hasil penelitian
yang ditemukan bahwa pekerja dengan jenis kelamin perempuan
sebagian besar merasakan kelelahan kerja sebesar 13 responden (31,0%) berbeda dengan jenis kelamin
laki-laki yang merasakan kelelahan kerja sebesar 12 responden (28,6%).
Hasil dari penelitian ini yang dilakukan sejalan dengan penelitian (Kusgiyanto et al., 2017) yang mengatakan
bahwa hasil dari uji statistik yang dilakukan mendapatkan nilai p value (0,233) > α (0,05) maka
dikatakan bahwa tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian pembuat kulit lumpia di Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang Tengah.
Menurut (Chesnal et al., 2014) hasil
penelitian yang sama mengatakan tidak ada hubungan yang bermakan pada tenaga kerja jenis kelamin
dengan kelelahan kerja pada pekerja di perusahaan bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen Minahasa Selatan, dengan hasil yang diperoleh uji statistik dengan menggunakan uji chi square
mendapatkan nilai p value
0,922 > α (0,05). sehingga dikatakan
pekerja pembuat briket bioarang untuk perempuan dan laki-laki memiliki waktu jeda yang cukup untuk melakukan
istirahat, karena hal tersebut pekerja
dapat mengambil waktu istirahat yang sesuai dengan kebutuhan
seperti melakukan peregangan badan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja yang dirasakan.
Menurut (Perwitasari & Tualeka, 2014) di ambil
kesimpulan bahwa tidak adanya hubungan
jenis kelamin dengan kelelahan kerja, berarti bahwa ada banyak
faktor yang dipengaruhi
oleh kelelahan kerja dan jenis kelamin tidak
memiliki faktor yang berhubungan secara langsung dengan kelelahan kerja.
Persamaan dengan hak kaum perempuan
dan kaum laki-laki itu sama, karena
kaum perempuan memiliki hak untuk
mendapatkan kedudukan sosial ekonomi yang layak dan perempuan dapat bertambah dari waktu yang panjang tanpa hilang
dari dirinya sebagai perempuan, sehingga hasil penelitian yang didapatkan tidak menemukan antara hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kelelahan kerja (Kondi & Herlina, 2019). Pekerja
industri pembuat briket bioarang baik untuk perempuan
atau laki-laki saat bekerja memanfaatkan
waktu jeda untuk istrirahat yang cukup. Saat permintaan
konsumen yang tidak banyak, maka bisa
istirahat dengan cukup untuk mengurangi
rasa lelah saat waktu kerja yang sudah dijalankan. Agar selanjutnya tubuh tetap bisa melanjutkan
pekerjaan dengan baik.
c. Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan
kerja
Masa kerja adalah waktu
awal mulai melakukan pekerjaan sampai sekarang, dan mendapatkan keahlian atau keterampilan saat menjalankan pekerjaan. Masa kerja yang semakin lama dilakukan maka sudah menjadi
terbiasa dan tingkat pengalaman kerja bertambah. Berdasarkan hasil analisis uji chi square menunjukan bahwa terdapat ada hubungan
antara masa kerja dengan kelelahan kerja dengan nilai
p value 0,008 (α<0,05) pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa lebih banyak pekerja
memiliki masa kerja >5 tahun (lama) berbeda dengan masa kerja <5 tahun (baru). Pekerja
yang jumlah 42 responden lebih banyak mengalami
masa kerja >5 tahun
(lama) yaitu 25 orang dengan
persentase 59,5% dan untuk
masa kerja <5 tahun (baru) sebanyak 17 orang dengan persentase 40,5%. Hasil penelitian yang ditemukan tenaga kerja dengan
masa kerja >5 tahun
(lama) sebagian besar merasakan kelelahan kerja sebesar 9 responden (21,4%) berbeda dengan masa kerja <5 tahun (baru) yang merasakan kelelahan kerja sebesar 16 responden (31,8%). Hasil penelitian
yang sama dilakukan oleh
Sari (Sari, 2019) mengatakan bahwa dilakukan analisis statistik mendapatkan p value (0,035) < α (0,05) dengan hasil dari
uji chi square bahwa terdapat
hubungan antara masa kerja dengan kelelahan
kerja pada pekerja bagian penyadap karet di PT. Perkebunan Nusantara V Riau.
Menurut (Faiz, 2014) menjelaskan bahwa pada masa kerja ialah pekerja hitungan
awal mulai melakukan pekerjaan, maka dapat diperhatikan
dari banyak pekerja melakukan pekerjaan mereka mendapatkan informasi di tempat kerja untuk
menambah kemampuan dan keterampilan saat bekerja. Untuk penelitian sama yang dilakukan oleh Muizzudin (Muizzudin, 2013) mengatakan bahwa masa kerja mempengaruhi kelelahan kerja. Pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja dengan masa kerja >5 tahun sering mengalami kelelahan kerja berbeda dengan pekerja yang masa kerja <1 tahun.
Oleh sebab itu pekerjaan
secara monoton sehingga membebankan pada otot tubuh sampai
statis dan merasakan nyeri
pada tulang, tendon, dan lainnya.
Kelelahan kerja bisa menyebabkan dengan adanya rasa bosan pada pekerjaan yang dilakukan baik sebelum memulai pekerjaannya pekerja sudah merasakan lelah.
Menurut Sedarmayanti dalam (Verawati, 2016) mengemukakan bahwa pada pekerja yang menjalankan aktivitas fisik secara terulang
dalam waktu panjang akan mempengaruhi
pada sistem kerja di dalam tubuh seperti
sistem peredaran darah, pencernaan, otot, syaraf, dan pernapasan. Oleh karena itu dapat disebabkan
pada pekerja briket bioarang dengan cepat untuk mengalami
kelelahan. Sehingga lama kerja yang dialami oleh pekerja briket sangat berpengaruh pada kelelahan kerja dengan waktu
yang didapatkan selama kerja sehingga membuat pekerja menjadi terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukan namun akan berakibat pada kesehatan tubuh pekerja itu bisa
terjadi oleh semua umur yang tua maupun
umur muda ataupun jenis kelamin
perempuan ataupun laki-laki. Sehingga menunjukan bahwa pekerja di briket bioarang dengan masa kerja lama yang merasa lelah sedikit dibandingkan
denga yang tidak merasa lelah yang dialami oleh pekerja kemungkinan yang dapat dilakukan saat bekerja sudah
merasa terbiasa dengan apa yang dirasakan, dan berjalan sesuai yang dilakukan. Apapun yang dilakukan lama-kelamaan rasa lelah itu akan dirasakan.
d. Hubungan antara status gizi dengan kelelahan
kerja
Status gizi yaitu asupan
gizi diserap kedalam tubuh untuk
memerlukan energi yang cukup dan baik. Kinerja yang dilakukan oleh pekerja dengan kapasitas tubuh akan semakin
berkurang baik secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis uji chi square membuktikan bahwa ada hubungan antara
status gizi dengan kelelahan kerja dengan nilai p value 0,006
(α<0,05) pada pekerja di CV. Sada
Wahyu Kabupaten Bantul Tahun
2021. Hasil penelitian yang didapatkan
menunjukan bahwa pekerja yang memiliki status gizi tidak normal lebih banyak tidak
sama dengan status gizi normal.
Untuk jumlah responden 42 orang yang berstatus
gizi tidak normal jumlahnya banyak yaitu 22 orang persentase 52,4%
dan untuk status gizi
normal sebanyak 20 orang dengan
persentase 47,6%. Hasil penelitian
yang ditemukan bahwa pekerja dengan status gizi tidak normal sebagian besar merasakan kelelahan kerja sebesar 17 responden (40,5%) dibandingkan dengan status gizi normal yang merasakan kelelahan kerja sebesar 6 responden (14,3%).
Hasil dalam penelitian yang dilakukan sama dengan penelitian (Rinaldi, 2020) mengatakan bahwa tenaga kerja
status gizi kurang dan lebih sering merasakan
kelelahan kerja dibandingkan untuk pekerja berstatus gizi normal. Hasil uji statistic yang didapatkan
nilai p value yaitu (0,002)
< α (0,05) menunjukan nilai
signifikan terdapat hubungan antara status
gizi terhadap kelelahan kerja untuk pekerja pengemudi mobil tangka di PT. Elnusa Petrofin Banjarmasin. 30 pekerja pengisian tabung LPG mengalami kelelahan dengan status gizi lebih sebanyak
17 responden (56,7%) dengan
analisis data yang digunakan
uji chi square mendapatkan hasil
yang diperoleh p value ( 0,004)
< α (0,05) Ho ditolak berarti
ada hubungan status gizi (IMT) dengan kelelahan kerja pada pekerja pengeisian tabung di depot LPG PT. Pertamina
(Persero) Makassar.
Status gizi dapat berpengaruh
pada kelelahan kerja karena kebutuhan tubuh yang diperlukan namun dapat berkurang
ketika melakukan pekerjaan yang diperlukan. Pekerja yang memmpunyai status gizi yang bagus akan memiliki proses pemulihan dalam tubuh akan merasakan
lelah melakukan pekerjaan menjadi lebih mudah. Menurut
Sum’mur (Suma’mur, 2014) mengatakan bahwa asupan gizi
tidak sama dengan yang diperlukan tubuh pekerja maka
akan timbul rasa lelah yang cepat berbeda dengan pekerja yang memiliki asupan gizi baik.
Hasil analisis yang didapatkan terutama responden yang mempunyai status gizi tidak normal (overweigth), sudah ditetapkan bahwa responden yang mengalami kelelahan kerja dengan adanya
rasa nyeri, lemas, pusing saat melakukan
pekerjaan, hal ini disebabkan dengan energi atau
otot yang didalam tubuh berkurang karena asupan yang ada di dalam tubuh
tidak seimbang dengan aktivitas kerja yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan
Lestrasi (Isnaeni, 2020) menyatakan bahwa hasil responden
pada status gizi overweight akan
bertambah banyak dari hasil status gizi normal, sebab memiliki tingkat risiko lebih tinggi
ditemukan pada status gizi tidak normal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pekerja di briket bioarang ada yang tidak melakukan sarapan pagi sebelum
melakukan aktivitas kerja. Hal ini dapat dibuktikan melalui sarapan pagi yang dikonsumsi, akan menjadi kemungkinan
besar pekerja mudah merasakan kelelahan kerja. Hal ini juga dikatakan oleh Asriyani (Asriyani & Karimuna, 2017) bahwa
semakin besar kemungkinan status gizi akan mempengaruhi kelelahan kerja, jika pekerja mempunyai
status gizi berlebihan akan dengan cepat
merasakan lelah saat bekerja. Penelitian
yang sama dilakukan oleh Atiqoh (Suwardi, 2018) dengan status gizi yang normal akan dirasakan pada kelelahan kerja yang berat sehingga ada faktor
lain yang akan dipengaruh
oleh kelelahan kerja yaitu umur dan masa kerja.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perasaan kelelahan kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul, sehingga dapat ditarik kesimpulan penelitian ini yaitu hasil gambaran
distribusi frekuensi dan presentasi dengan jumlah yang tinggi terdapat pada variabel umur lansia 27 orang (64.3%), jenis kelamin perempuan
25 orang (59.5%), masa kerja lama 25 orang (59.5%),
dan status gizi overweight 22 orang (52.4%). Ada hubungan antara umur dengan kelelahan
kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021 dengan nilai p-value yakni 0,016.
Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kelelahan kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021 dengan nilai p-value yakni 0,904. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021 dengan nilai p-value yakni 0,008. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan
kerja pada pekerja di CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Tahun 2021 dengan nilai p-value yakni 0,006.
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dibuat saran bagi Pimpinan CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Pemilik industri briket bioarang lebih memperhatikan kondisi pada para pekerja agar merasa nyaman dalam
bekerja, menyediakan air minum di dekat tempat bekerja, selain itu dapat
melakukan penerapan kegiatan untuk pemanasan ringan seperti melakukan peregangan otot 5-10 menit sejenak untuk
mengurangi ketegangan pada otot, melakukan komunikasi agar tidak merasa jenuh, melancarkan
peredaran darah, membuat tubuh terasa
nyaman agar terhindar dari kelelahan kerja, dan mengadakan olahraga minimal seminggu sekali agar dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga pekerja bisa selalu
bekerja secara optimal.
Bagi Pekerja CV. Sada Wahyu Kabupaten Bantul Semua pekerja sebelum
melakukan pekerjaan sebaiknya melakukan peregangan pada tubuh dan otot agar setiap pekerjaan yang dilakukan terasa baik agar terhindar dari timbulnya suatu penyakit dan selalu memperhatikan status gizi yang seimbang sesuai standar sehingga tubuh terasa kuat.
Gunakan waktu istirahat dengan baik agar tubuh selalu dalam kondisi
yang stabil sesuai pada umur, jenis kelamin,
masa kerja dan status gizi.
Agar kesehatan pada fisik
dan pikiran selalu terjaga. Bagi Peneliti
berikutnya yang melakukan penelitian dengan judul yang sama agar menggunakan penambahan pada analisis variabel yang lain, yang
berhubungan dengan kelelahan kerja seperti kebiasaan olahraga, stres kerja, beban keja
BIBLIOGRAFI
Asriyani, N., & Karimuna, S. R. (2017). Faktor yang
Berhubungan dengan Terjadinya Kelelahan Kerja pada Pekerja PT. Kalla Kakao
Industri Tahun 2017. Haluoleo University.
Astuti, F. W., Ekawati, E., & Wahyuni, I. (2017).
Hubungan antara Faktor Individu, Beban Kerja dan Shift Kerja Dengan Kelelahan
Kerja pada Perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 5(5), 163–172.
Atiqoh, J., Wahyuni, I., & Lestantyo, D. (2014).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konveksi
bagian penjahitan di CV. Aneka Garment Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 2(2), 119–126.
Bando, J. J., Kawatu, P. A. T., & Ratag, B. T. (2020).
Gambaran Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
di Rumah Sakit Advent Manado. Kesmas, 9(2).
Chesnal, H., Rattu, A. J., & Lampus, B. (2014). Hubungan
antara umur, jenis kelamin, dan status gizi dengan kelelahan kerja pada tenaga
kerja di bagian produksi PT. Putra Karangetang Popontolen Minahasa Selatan. J.
Kesehat. Masy. Univ. Sam Ratulangi Manad, 1, 1–7.
Faiz, N. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kelelahan Kerja pada Pekerja Operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.
Hartriyanti, Y., Suyoto, P. S. T., Sabrini, I. A., &
Wigati, M. (2020). Gizi kerja. UGM PRESS.
Hobdell, M., Clarkson, J., Petersen, P. E., & Johnson, N.
(2003). Global goals for oral health 2020. International Dental Journal,
53(5), 285–288.
Isnaeni, L. M. A. (2020). Hubungan Umur Dan Status Gizi
Dengan Kelelahan Kerja Pada Bidan Di Rsia Bunda Anisah Tahun 2020. Jurnal
Doppler, 4(1), 38–42.
Juliana, M., Camelia, A., & Rahmiwati, A. (2018).
Analisis faktor risiko kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Arwana
anugrah keramik, tbk. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1),
53–63.
Kondi, A. E., & Herlina, H. (2019). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit Awal Bross
Bekasi. Jurnal Persada Husada Indonesia, 6(20), 1–9.
Kusgiyanto, W., Suroto, S., & Ekawati, E. (2017).
Analisis Hubungan Beban Kerja Fisik, Masa Kerja, Usia, Dan Jenis Kelamin
Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pembuatan Kulit Lumpia Di
Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 5(5), 413–423.
Lestari, R. R., & Afandi, S. A. (2019). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Perawat di RSUD Bangkinang Tahun
2019. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(2), 41–45.
Mahardika, P. (2017). Faktor yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pengisian Tabung Depot LPG PT. Pertamina (Persero)
MOR VII Makassar Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Muizzudin, A. (2013). Hubungan kelelahan dengan produktivitas
kerja pada pekerja tenun di PT. Alkatex Tegal. Unnes Journal of Public
Health, 2(4).
Perwitasari, D., & Tualeka, A. R. (2014). Faktor yang
Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Subjektif Pada Perawat di RSUD DR. Mohommad
Soewandhi Surabaya. The Indonesian Journal of Safety, Health And Environment,
1(1), 15–23.
Rinaldi, R. R. (2020). HUBUNGAN USIA, MASA KERJA DAN
STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA AWAK MOBIL TANGKI (AMT) DI PT. ELNUSA
PETROFIN BANJARMASIN TAHUN 2020. Universitas Islam Kalimantan MAB.
Saraswati, A. L. (2019). Perlindungan Hukum Pekerja
Outsourcing Yang Tidak Diikutsertakan Bpjs Ketenagakerjaan Yang Mengalami
Kecelakaan Kerja Di Tempat Kerja. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Sari, W. R. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Penyadap Karet Di PT. Perkebunan Nusantara
V Riau. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Setyawati, L. (2010). Selintas tentang kelelahan kerja. Yogyakarta:
Amara Books, 28–33.
Setyowati, D. L., Shaluhiyah, Z., & Widjasena, B. (2014).
Penyebab kelelahan kerja pada pekerja mebel. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 8(8), 386–392.
Suma’mur, P. K. (2013). Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (Hiperkes), Edisi Kedua. Jakarta: CV. Agung Seto.
Suma’mur, P. K. (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Penerbit Sagung Seto. Jakarta.
Suwardi, D. (2018). Pedoman Praktis K3LH: Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gaya Media.
Verawati, L. (2016). Hubungan tingkat kelelahan subjektif
dengan produktivitas pada tenaga kerja bagian pengemasan di cv sumber barokah. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 5(1), 51–60.
Wadsworth, E., & Walters, D. (2019). Safety and Health
at the Heart of the Future of Work: Building on 100 Years of Experience.
Yuriana, T., & Suwardi, S. (2018). The use of Napier
Bones props to enhance learning achievement on Grade 5 Math multiplication. MUDARRISA:
Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 10(2), 188–205.