Jurnal Lentera Kesehatan
Masyarakat
Vol. 1, No. 3, Desember 2022
https://jurnalkesmas.co.id
ANALISIS
POSTUR KERJA DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL
DISORDERS (Msds) PADA PEKERJA DI INSTALASI GIZI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA
Ade
Yustika Salsabila
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Email: ade1800029212@webmail.uad.ac.id
Abstrak
Latar Belakang: Kasus
Musculoskeletal Disorders (MSDs) di tahun 2011 sebanyak 322.840 kasus dan terjadi peningkatan di tahun 2018 sebanyak 900.380 kasus Musculoskeletal Disorders (MSDs). Pekerja
ritel, manufaktur, perawatan kesehatan serta pekerja sosial
menyumbang 50% dari semua kasus Musculoskeletal
Disorders (MSDs) di sektor swasta.
pekerja mengeluhkan nyeri pada bahu bagian kiri dan bahu bagian kanan serta nyeri
pada punggung, hal ini disebabkan karena alat bantu
kerja seperti troli digunakan secara bergantian sehingga pekerja ada yang mengangkat secara manual handling dalam
proses produksi makanan pekerja di instalasi gizi harus berdiri
dan jongkok saat memilih dan memilah bahan makanan, melakukan bergerakan tangan yang berulang-ulang saat memotong bahan
makanan, serta mendorong troli untuk membawa makanan.Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis
postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada pekerja di instalasi
gizi Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik total sampling untuk pengambilan sampel. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 23 orang, untuk metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu lembar observasi Rapid Entire
Body Assessment (REBA) dan lembar ceklis
Nordic Body Map untuk melihat
keluhan nyeri dibagian tubuh. Hasil: Analisis postur kerja pada pekerja di instalasi gizi telah dilakukan dengan metode REBA. Tingkat risiko pekerja di instalasi gizi secara keseluruhan mendapatkan tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 4 (17,4%), tingkat risiko tinggi sebanyak
13 (56,5%), dan tingkat risiko
sedang sebanyak 6 (26,1%). Kesimpulan:
Tingkat risiko postur kerja pada tahapan kerja produksi, tahap peramu masak,
dan tahap peramu saji di instalasi gizi Rumah Sakit
Jiwa Grhasia mendapatkan tingkat risiko tinggi yang berisiko mengalami keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs).
Kata
kunci: Postur Kerja, Risiko Ergonomi, REBA, Pekerja di Instalasi Gizi.
Abstract
Background: Cases of Musculoskeletal Disorders (MSDs)
in 2011 were 322,840 cases and there was an increase in 2018 of 900,380 cases
of Musculoskeletal Disorders (MSDs). Retail, manufacturing, health care workers
as well as social workers account for 50% of all cases of Musculoskeletal
Disorders (MSDs) in the private sector. workers complain of pain in the left
shoulder and right shoulder as well as pain in the back, this is because work
aids such as trolleys are used interchangeably so that workers there are
manually lifting handling in the food production process Workers in nutrition
installations must stand up and squat when choosing and sorting foodstuffs,
doing repeated hand movements when cutting foodstuffs, as well as pushing the
trolley to carry food. The purpose of this study was to analyze work posture
with complaints of Musculoskeletal Disorders (MSDs) in workers at the nutrition
installation of Grhasia Mental Hospital. Method:
This type of research is descriptive quantitative with total sampling technique
for sampling. The sample in this study was 23 people, for the data collection
method used, namely the Rapid Entire Body Assessment (REBA) observation sheet
and the Nordic Body Map check sheet to see pain complaints in the body. Results:
Analysis of working posture in workers in nutrition installations has been
carried out by the REBA method. The risk level of workers in nutrition
installations as a whole received a very high risk
level of 4 (17.4%), a high risk level of 13 (56.5%), and a moderate risk level
of 6 (26.1%). Conclusion: The level of risk of work posture at the
production work stage, the cooking mucoper stage, and
the serving mixer stage at the Grhasia Mental
Hospital nutrition installation gets a high level of risk at risk of
experiencing complaints of Musculoskeletal Disorders (MSDs).
Keywords: Working Posture, Ergonomic Risk, REBA,
Worker in Nutrition Installation.
Pendahuluan
Survey of Occupational Injuries and Illnesses
(SOII) mengumpulkan data kasus
Musculoskeletal Disorders (MSDs) di tahun 2011 sebanyak 322.840 kasus dan terjadi peningkatan di tahun 2018 sebanyak 900.380 kasus Musculoskeletal Disorders (MSDs). Pekerja
ritel, manufaktur, perawatan kesehatan serta pekerja sosial
menyumbang 50% dari semua kasus Musculoskeletal
Disorders (MSDs) di sektor swasta.
Sektor kesehatan dan bantuan sosial memiliki 56.360 kasus, pada pekerja industri transportasi dan pergudangan memiliki prevalensi kasus Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebesar
77,1 pada tahun 2018. Pekerja
yang berusia 45-64 tahun memiliki peluang terjadinya keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) lebih dari 30 kasus per 10.000, pekerja di usia 65 tahun keatas memiliki
10.010 kasus. Prevalensi kasus Musculoskeletal Disorders (MSDs) dari
semua usia tersebut adalah 21,2 atau sekitar 44% (Sheet, n.d.).
Kondisi Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah penyebab utama kecacatan di seluruh dunia, dengan nyeri punggung bawah menjadi penyebab
utama kecacatan di 160
negara. Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) diantaranya, nyeri punggung bawah adalah yang paling membebani dengan prevalensi kasus 568 juta orang. Gangguan nyeri ini yang sangat membatasi mobilitas dan ketangkasan, menyebabkan pensiun dini, kesejahteraan yang lebih rendah, dan mengurangi kemampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat (Alsobayel et al., 2021).
Berdasarkan data dari Kemenkes RI dalam RISKESDAS (Kemenkes, 2018), prevalensi penyakit Musculoskeletal Disrders
(MSDs) di Indonesia yaitu sebanyak
7,9%. Prevalensi berdasarkan
diagnosis tertinggi berada
di Aceh sebesar 13,3%, kemudian
diikuti oleh Bengkulu sebesar
10,5%, dan Bali sebesar 8,5%. Dalam
5 tahun terakhir Indonesia,
dilaporkan bahwa angka penyakit akibat kerja masih
terbilang sangat kecil namun lebih didominasi
oleh gangguan tulang belakang, pendengaran, gatal-gatal pada kulit karena zat kimia
dan gangguan kulit pada tangan (Solechan, 2019).
Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau gangguan otot
rangka adalah kerusakan di otot, saraf, tendon, ligamen, persendian, kartilago, dan discus
invertebralis. Kerusakan
pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang berupa memar, mikro
faktor, patah, atau terpelintir. Musculoskeletal
Disorders (MSDs) merupakan gangguan
pada bagian otot skeletal
yang disebabkan karena otot menerima beban
statis secara berulang dengan jangka waktu
yang lama dan dapat mengakibatkan
keluhan berupa kerusakan sendi, ligamen dan tendon (Briansah, 2018).
Postur kerja yang sering dilakukan manusia dalam melakukan
pekerjaan antara lain berdiri, duduk, jongkok, membungkuk, berjalan, dan lain sebagainya. Postur kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi sistem
kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan
kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Salah satunya adalah pekerja akan mengalami
keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Nurmianto dalam (Tampubolon, 2020). Penggunaan metode REBA digunakan untuk menilai dengan
cepat postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja (Restuputri, 2017). Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang kurang sesuai dengan anthropometri
sehingga mempengaruhi kinerja yang tidak alami menyebabkan ketidaknyamanan (Sulaiman & Sari, 2018).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Grhasia yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 November
2021 di Rumah Sakit Jiwa Grhasia dengan pengukuran keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) menggunakan Nordic
Body Map pada 30 pekerja di 7 instalasi
yang berbeda yaitu instalasi gizi, IGD, Laboratorium, Linen (Laundry), Wisma Bima,
Wisma Gatot Kaca, dan
Bagian Manajemen. Pekerjaan
yang dilakukan pada instalasi
gizi yaitu memotong bahan makanan, pada IGD yaitu memasang infus, pada pekerjaan di Laboratorium yaitu membantu diagnose suatu penyakit, pada Linen yaitu memasukkan pakaian ke dalam
mesin cuci dan menyetrika pakaian, pada Wisma Gatot Kaca dan Wisma Bima yaitu mengangkat
pasien, serta pada bagian manajemen pekerja duduk dengan jangka waktu yang lama.
Berdasarkan hasil dari pengisian Nordic Body Map ternyata didapatkan yang paling banyak mengisi yaitu di instalasi gizi sebanyak 3 orang, sebagian pekerja mengeluhkan nyeri pada bahu bagian kiri dan bahu bagian kanan serta
nyeri pada punggung, hal ini disebabkan
karena pekerjaan dalam proses produksi makanan dimana para pekerja di instalasi gizi harus berdiri
dan jongkok saat memilih dan memilah bahan makanan, melakukan bergerakan tangan yang berulang-ulang untuk memotong bahan makanan, serta mendorong troli untuk membawa
makanan. Dampak yang muncul dan dialami oleh pekerja adalah adanya keluhan Musculoskeletal
Disorder.
Metode Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Jl.Kaliurang KM.17, Duwetsari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni 2022. Jenis metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling, sampel dalam penelitian ini seluruh pekerja di instalasi gizi. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis postur kerja dengan
keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja di instalasi gizi Rumah Sakit
Jiwa Grhasia.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1)
Karakteristik Responden
Tabel 1. Deskripsi Subjek
Penelitian
Karakteristik |
Frekuensi
(Orang) |
Presentase
(%) |
Umur < 30 Tahun ≥ 30 Tahun |
4 19 |
17,4 82,6 |
Jenis
Kelamin Perempuan Laki-Laki |
9 14 |
39,1 60,9 |
Masa Kerja < 5 Tahun ≥ 5 Tahun |
7 16 |
30,4 69,6 |
Bagian
Kerja Produksi Peramu Masak
Peramu Saji |
6 6 11 |
26,1 26,1 47,8 |
Responden dengan usia paling banyak berumur ≥ 30 Tahun yaitu sebanyak 19 (82,6%), responden dengan jenis kelamin terbanyak
yaitu laki-laki sebanyak 14 (60,9%), masa kerja terlama yaitu ≥ 5 Tahun yaitu sebanyak
16 (69,6%), dan bagian kerja
terbanyak ada dibagian peramu saji sebanyak 11 (47,8%).
2) Hasil Analisis Postur Kerja Metode REBA
Tabel 2.Hasil skor C seluruh
pekerja instalasi gizi
No. |
Skor C |
Jumlah |
Presentase |
1. |
4-7 |
10 |
43,47% |
2. |
8-10 |
12 |
52,17% |
3. |
11 |
1 |
4,34% |
Sumber : Data primer
2022
Berdasarkan tabel 3. Ditemukan skor C pekerja di instalasi gizi ditahap produksi,
tahap peramu masak, dan tahap peramu saji terendah
pada skor C 4-7 dengan jumlah pekerja 10 (43,47%), pada pekerja skor C tertinggi 8-10 dengan jumlah pekerja 12 (52,17%), sedangkan pekerja dengan skor C sangat tinggi 11 dengan jumlah pekerja 1 (4,43%).
3) Hasil Tingkat Risiko Metode REBA
Hasil analisis tingkat risiko pada pekerja di instalasi gizi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hasil
Tingkat Risiko
Tingkat Risiko |
Frekuensi (Orang) |
Presentase
(%) |
Risiko Sedang |
6 |
26,1 |
Risiko Tinggi |
13 |
56,5 |
Risiko Sangat Tinggi |
4 |
17,4 |
Sumber : Data primer
2022
4) Hasil Level
Tindakan Metode REBA
Hasil level tindakan untuk 23 pekerja di instalasi gizi dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. level Tindakan
Tingkat Risiko |
Frekuensi (Orang) |
Level Tindakan |
Risiko Sedang |
6 |
Diperlukan |
Risiko Tinggi |
13 |
Diperlukan
segera |
Risiko Sangat Tinggi |
4 |
Diperlukan saat ini juga |
Sumber : Data primer
2022
Berdasarkan tabel 4. Pekerja yang memerlukan tindakan saat ini
juga yaitu sebanyak 4
orang, sedangkan pekerja
yang memerlukan tindakan segera yaitu sebanyak
13 orang, dan pekerja yang memerlukan
tindakan sebanyak 6 orang.
5) Hasil Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Presentase keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) berdasarkan bagian tubuh dari
jumlah 23 responden, bagian tubuh yang banyak mengalami keluhan adalah bahu kanan dengan jumlah
responden 7 (30%), pinggang
dengan jumlah responden 7 (30%), dan punggung dengan jumlah resonden
6 (26%), dan betis kanan dengan jumlah 5 responden (22%).
B.
Pembahasan
1)
Analisis Postur
Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Di Instalasi Gizi Rumah Sakit
Jiwa Grhasia
Berdasarkan penelitian ini
menyatakan gambaran postur kerja yang dilakukan oleh bekerja di instalasi gizi yaitu dengan postur
menekuk leher kearah bawah dan postur leher sedikit
memutar ke kiri. Menurut Setyowati
& Fathimahhayati (Setyowati
& Fathimahhayati, 2021), leher
adalah bagian tulang belakang maka posisi leher
harus mengikuti posisi tulang belakang
atau selaras dengan posisi netral
tulang belakang. Postur punggung yang dilakukan oleh pekerja saat bekerja memotong
dan mencuci bahan makanan dilakukan posisi membungkuk. Postur tulang belakang
membungkuk ini terjadi karena cara kerja yang kurang tepat dan kurangnya alat bantu kerja yang sesuai dengan pekerjaan
ditahap produksi. Pekerjaan ini dilakukan
selama kurang lebih 40 menit tanpa istirahat dengan jumlah bahan
makanan sebesar 8-15 kg
yang harus dipotong dan pekerjaan dilakukan secara berulang. Menurut Bridger (Bridger,
2017), postur
tulang belakang membungkuk kearah bawah lebih dari
60° tidak diperbolehkan sesuai dengan pedoman
ISO dan tulang belakang kearah belakang tidak diperbolehkan tanpa bantalan pendukung. Sudut dari 0° - 20° dapat diterima dengan durasi waktu 5 menit dan sudut dari 20° - 60° dapat dipertahankan hanya 1 – 4 menit. Salah satu masalah yang diduga postur kerja tidak
wajar seperti posisi yang tidak ergonomis, pekerjaan yang berulang-ulang, duduk dalam waktu yang lama merupakan beberapa masalah ergonomis yang terjadi setiap hari (Istighfaniar
& Mulyono, 2016).
Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan peneliti saat peramu masak
perempuan maupun laki-laki melakukan aktivitas seperti menunggu bahan masakan distasiun kerja dilakukan dengan berdiri. Menurut Nurmianto (Nurmianto,
2005), untuk
menghindari sikap atau posisi kerja
yang kurang baik ini direkomendasikan untuk peramu masak
saat bekerja menggunakan kursi duduk yang mudah diatur (adjustable) diharapkan telapak kaki akan terletak pada permukaan lantai, dan tinggi duduk harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
ada tekanan pada bagian bawah paha.
Postur kaki pada tahap peramu masak memiliki
risiko yang tinggi karena menekuk kakinya. Hasil Nordic Body Map pada pekerja
tahap peramu masak menyatakan adanya keluhan pada lutut kanan. Bekerja
dengan dimensi ketinggian tubuh yang tepat juga merupakan cara untuk mempermudah
segala sesuatunya, salah satu aturan praktis
adalah bahwa sebagian besar pekerjaan harus dilakukan setinggi siku, baik duduk maupun berdiri. Namun ada pengecualian untuk aturan ini
untuk pekerjaan yang lebih berat paling baik dilakukan dibawah ketinggian siku (Setyowati
& Fathimahhayati, 2021).
Berdasarkan penelitian postur
leher pada pekerja ditahap peramu saji terlihat sejajar
dengan tulang belakang. Posisi tulang belakang saat pekerja mendorong
troli dengan posisi membungkuk. Postur ini terjadi
karena pekerja harus mendorong troli yang berisi makanan pasien, jalan yang dilewati pekerja saat mengantar
makanan merupakan jalan yang tidak rata. Postur pergelangan tangan pada semua responden Ketika melakukan pekerjaan ditahap peramu saji yaitu
menekuk. Bekerja untuk jangka waktu
yang lama dengan tangan dan
lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat menyebabkan
keluhan spesifik dan pergelangan tangan, siku, dan
bahu. Pergelangan tangan
yang terus menggenggam dapat menyebabkan saraf lokal menjadi
meradang dan terjebak, mengakibatkan rasa sakit pergelangan tangan dan kesemutan pada jari (Kuswana,
2014). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan bahwa secara keseluruhan skor postur kerja
mendapatkan skor resiko tinggi (Pandey et
al., 2020) (Puspita et
al., 2017).
2)
Analisis Tingkat Risiko
Postur Kerja Pada Pekerja Di Insatalasi Gizi Rumah Sakit
Jiwa Grhasia
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pekerja tahap produksi
instalasi gizi, melakukan pekerjaan pembersihan dan pemotongan bahan makanan dengan
posisi berdiri dan badan sedikit membungkuk serta posisi tangan
yang mengangkat bahan makan, terdapat posisi lengan yang menjauhi tubuh saat mengambil alat masak yang berada diatas stasiun
kerja. Postur kerja pada tahap produksi pada salah satu responden didapatkan hasil skor REBA sebesar 11 yang berarti memiliki risiko sangat tinggi, sesuai hasil skor metode
REBA perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut agar didapatkan tindakan perubahan segera. Postur kerja memiliki pengaruh akan tingkatan
risiko yang akan diterima oleh seorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada postur kerja pada pengangkatan galon dengan metode
REBA sebesar 8 dan postur kerja pada penangangan pasien secara manual dengan risiko ergonomi
tinggi dengan nilai rata-rata 8 sampai dengan 10 dan pada penelitian
yang dilakukan pada pekerja
pengangkatan dan penurunan buah kelapa sawit
didapatkan hasil skol
rata-rata REBA sebesar 11 (Valentine
& Wisudawati, 2020) (Setiawan
et al., 2019). Posisi
pekerja dilakukan dengan posisi berdiri
dan bagian leher menunduk. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan bahwa hasil kuesioner
NBM menunjukan keluhan subjektif yang paling banyak dirasakan yaitu pada bagian punggung dan leher dengan skor
35 (87,5%) (Prasena,
2021) (Kapitán et
al., 2021).
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan pada pekerja di tahap peramu masak, pekerja
melakukan pekerjaan dengan postur berdiri
tegak dan tidak jarang posisi kaki berdiri dengan beban yang berada pada salah satu kaki. Postur kerja pada tahap peramu masak salah satu responden didapatkan hasil skor REBA yaitu sebesar 11 yang berarti memiliki risiko sangat tinggi, sesuai hasil skor metode
REBA perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut agar didapatkan tindakan perubahan segera. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fragastia
& Ramadhan, 2022), yang menunjukan
bahwa dari kelima elemen kerja,
nilai paling berisiko terjadi MSDs pada pekerja terdapat di elemen kerja ketiga (menggoreng).
Dari keempat metode menunjukan hasil action level 3
pada elemen kerja ketiga. Dengan kata lain pemeriksaan harus segera dilakukan dan perubahan harus dilakukan secepatnya untuk menghindari gangguan otot sistem
rangka karena yang pembebanan yang terus menerus.
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan pada pekerja di tahap peramu saji, pekerjaan
dengan mendorong troli makanan melewati
jalan yang naik turun membuat pekerja bertumpu dibagian kaki serta badan yang membungkuk apabila menggunakan troli yang pendek. Postur kerja pada tahap peramu saji
ditemukan dua responden didapatkan hasil 11 yang berarti memiliki risiko sangat tinggi, sesuai hasil skor metode
REBA perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut agar didapatkan tindakan perubahan segera.
Berdasarkan hasil penelitian
ini tingkat risiko yang dialami pekerja di instalasi gizi secara keseluruhan
mendapatkan tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 4 (17,4%), tingkat risiko tinggi sebanyak
13 (56,5%), dan tingkat risiko
sedang sebanyak 6 (26,1%).
Hasil penelitian dari Larasandir (Larasandi
et al., 2016), menunjukan
risiko sedang sebesar 3,33%, risiko tinggi sebesar 46,67%, dan 50% untuk postur sangat tinggi. keluhan dari pekerja berupa
kram, kesemutan, kaku, panas, dan nyeri.
3)
Level Tindakan Postur Kerja Pada Pekerja Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Jiwa Grhasia
Berdasarkan penelitian ini
pekerjaan di instalasi gizi tahap produksi
mendapatkan hasil Rapid
Entire Body Assessment (REBA) dengan rentan skor yaitu
6 – 11, kategori sangat tinggi
sehingga perlu dilakukan tindakan perubahan saat itu juga dan pada pekerja dengan kategori tinggi perlu dilakukan
tindakan perubahan segera serta untuk
pekerja dengan tingkat risiko sedang berada pada level perlu dilakukan tindakan. Berdasarkan dari skor REBA tersebut dapat dinyatakan bahwa postur membungkuk yang dilakukan pekerja saat memotong dan mencuci bahan makanan
menyebabkan adanya keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada kedua pekerja tahap
produksi. Gangguan pada
tendon biasanya berupa peradangan disebut Tendinitis diakibatkan oleh pekerjaan yang berulang-ulang dan secara terus-menerus dalam durasi waktu yang lama dapat membebani tendon tertentu seperti bahu, siku, pergelangan tangan dan tumit (Safitri,
2019).
Berdasarkan penelitian ini
pekerjaan di instalasi gizi tahap peramu
masak mendapatkan hasil Rapid Entire Body Assessment (REBA) dengan rentan skor
yaitu 7 – 11, kategori
sangat tinggi sehingga perlu dilakukan tindakan perubahan saat itu juga dan pada pekerja dengan kategori tinggi perlu dilakukan tindakan perubahan segera serta untuk
pekerja dengan tingkat risiko sedang berada pada level perlu dilakukan tindakan..
Berdasarkan dari skor REBA tersebut dapat dinyatakan bahwa postur saat
peramu masak mengangkat bahan makan dan saat mengaduk bahan makanan menyebabkan adanya keluhan Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada kedua pekerja.Keluhan
rasa sakit atau nyeri pada pekerja berdasarkan lembar ceklis Nordic Body Map didapatkan
sebagian besar keluhan pada bahu, lengan bawah, tangan, dan lutut. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewantari (Dewantari,
2021) hasil
postur kerja didapatkan nilai REBA 10 yang memiliki arti risiko tinggi, memiliki risiko tinggi akan
berbahaya sehingga diperlukan segera perbaikan agar tidak terjadi MSDs. Angota tubuh yang berkontribusi memberi nilai tinggi
pada skor akhir postur kerja berturut-turut
adalah punggung, kaki, leher, lengan atas,
lengan bawah, pergelangan dan aktivitas yang dilakukan berulang. Pada penelitian Tiogana (Tiogana
& Hartono, 2020) resiko
bahaya musculoskeletal yang teramati
ada pada beberapa area tubuh, seperti punggung bawah, betis, dan lainnya.
Berdasarkan penelitian ini
pekerjaan di instalasi gizi tahap produksi
mendapatkan hasil Rapid
Entire Body Assessment (REBA) dengan rentan skor yaitu
5 – 11, kategori sangat tinggi
sehingga perlu dilakukan tindakan perubahan saat itu juga dan pada pekerja dengan kategori tinggi perlu dilakukan
tindakan perubahan segera serta untuk
pekerja dengan tingkat risiko sedang berada pada level perlu dilakukan tindakan. Berdasarkan dari skor REBA tersebut dapat dinyatakan bahwa postur saat peramu
saji mengangkat makanan pasien dan saat mendorong troli makanan melewati
jalan yang tidak rata menyebabkan adanya keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada kedua pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian
terdahulu postur kerja penjahit berisiko tinggi, peneliti menyarankan untuk melakukan intervensi pada faktor- faktor yang dimodifikasi, yaitu postur kerja
dan waktu kerja, pekerja dengan postur kerja manual handling kategori sangat sangat tinggi sebesar 73,34% (Andriani
et al., 2020) (Andriani
et al., 2020). Keluhan
rasa sakit atau nyeri pada pekerja tahap peramu saji
berdasarkan lembar ceklis Nordic Body Map didapatkan
sebagian besar keluhan pada bahu, punggung,lengan
atas, pinggang,tangan, dan
kaki. Hasil penelitian dari
(Taufik et
al., 2018) mengenai
faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
musculoskeletal disorders di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan, didapatkan hasil yaitu tidak adanya
pengaruh umur terhadap musculoskeletal disorders pada perawat
di RSU Sari Mutiara. Hasil penelitian terdahulu keluhan subjektif MSDs terbanyak dirasakan pekerja dibagian pinggang 6 dari 7 pekerja (87%) (Musyarofah
et al., 2019) (Kierklo et
al., 2011). Berdasarkan
hasil penelitian ini level tindakan bagi pekerja di instalasi gizi secara keseluruhan untuk tingkat risiko
sangat tinggi ada 4 orang dengan level tindakan perlu dilakukan saat ini juga, untuk risiko tinggi
ada 13 orang dengan level tindakan perlu dilakukan segera, dan tingkat risiko sedang ada 6 orang dengan level tindakan diperlukan.
4)
Mengetahui Pencegahan
Lebih Lanjut Postur Kerja Dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Di Instalasi Gizi Rumah Sakit
Jiwa Grhasia
Aktivitas pekerjaan di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Jiwa Grhasia ditemukan tingkat risiko yang tinggi. tingkat risiko yang tinggi dalam pekerjaan
yang dilakukan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja salah satunya Musculoskeletal Disorders (MSDs). Risiko ini muncul
dikarenakan pekerjaan yang dilakukan secara manual untuk melakukan aktivitas mengangkat bahan makanan, memotong bahan makan, mengaduk bahan
makanan, dan membawa bahan makan. Melihat
adanya aktivitas tersebut, maka perlu adanya pemantauan
dan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di instalasi gizi oleh pihak rumah sakit.
Hal
ini sesuai dengan Permenaker (Tirta,
2020), yang menyatakan
bahwa tempat kerja harus menyediakan
dan menyiapkan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman serta mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pada penelitian terdahulu merekomendasi untuk mengurangi risiko postur kerja
yang dapat menyebabkan keluhan MSDs pada pekerja, diharapkan pemilik usaha menyediakan fasilitas kerja seperti dataran/ meja kerja, peralatan
kerja yang ergonomis, dan mesin untuk bekerja,
serta istirahat selama beberapa menit disaat tubuh
mulai merasakan kelelahan atau stress otot tubuh. Langkah preventif untuk meminimalisir overexertion dan mencegah
adanya sikap kerja yang tidak alamiah menurut (Tarwaka,
2015) (Rahman,
2017) yaitu
:
1.
Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik biasanya
dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif seperti substitusi, yaitu menganti alat / bahan yang lama dengan alat / bahan baru
yang aman, seperti pada saat memotong bahan
makan menggunakan kursi duduk, menggunakan alat bantu kerja
yang memadai seperti tangga kerja untuk
membantu mengambil alat / bahan yang berada diatas. Mengupayakan agar ukuran pegangan tangan yang sesuai dengan lingkar
genggam pekerja dan karakteristik pekerjaan serta menggunakan alat yang ringan. Menurut Nurmianto (Nurmianto,
2005), fleksibilitas
untuk wastafel (Sink) yaitu setinggi 14 – 1067 mm dan permukaan kompor (Stove) setinggi 838 – 990 mm. Beberapa rekomendasi untuk tinggi bangku (standing work) untuk wanita 850 – 900 dan untuk pria 900 – 950.
2.
Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat
dilakukan dengan tindakan – tindakan sebagai berikut :
-
Pelatihan, melalui pelatihan pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan kerja dan alat kerja sehingga
diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat
kerja.
-
Pengawasan yamg intensif, melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap
kemungkinan risiko penyakit akibat kerja.
Kesimpulan
1) Gambaran postur kerja pada pekerja di instalasi gizi Rumah Sakit
Jiwa mendapatkan Skor C 4-7 dengan
jumlah pekerja 10 (43,47%),
pada pekerja skor C tertinggi 8-10 dengan jumlah pekerja 12 (52,17%), sedangkan pekerja dengan skor C sangat tinggi 11 dengan jumlah pekerja 1 (4,43%).
2) Tingkat risiko pekerja di instalasi gizi secara keseluruhan mendapatkan tingkat risiko sangat tinggi sebanyak 4 (17,4%), tingkat risiko tinggi sebanyak
13 (56,5%), dan tingkat risiko
sedang sebanyak 6 (26,1%).
3) Level tindakan bagi pekerja
di instalasi gizi secara keseluruhan untuk tingkat risiko
sangat tinggi ada 4 orang dengan level tindakan perlu dilakukan saat ini juga, untuk risiko tinggi
ada 13 orang dengan level tindakan perlu dilakukan segera, dan tingkat risiko sedang ada 6 orang dengan level tindakan diperlukan.
4) Tindakan pencegahan pada postur kerja yang dilakukan yaitu dengan rekayasa
teknik, seperti pada saat memotong bahan
makan menggunakan kursi duduk, menggunakan alat bantu kerja
yang memadai seperti tangga kerja untuk
membantu mengambil alat / bahan yang berada diatas. Mengupayakan agar ukuran pegangan tangan yang sesuai dengan lingkar
genggam pekerja dan karakteristik pekerjaan serta menggunakan alat yang ringan. Rekayasa manajemen dengan pelatihan pekerja menjadi lebih memahami lingkungan kerja dan alat kerja sehingga
diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat
kerja.
Saran
1) Bagi pekerja
a. Untuk postur yang memiliki skor tinggi
dalam penilaian risiko ergonomi seperti postur janggal pada tulang belakang, lengan atas, lengan bawah,
dan juga pada kaki sebaiknya diperbaiki
sesuai dengan postur kerja yang aman.
b. Desain stasiun kerja pada tahap produksi untuk memotong bahan makanan menggunakan
kursi yang ergonomi dan tahap peramu masak
menggunakan spatula yang lebih
panjang agar ketika mengaduk bahan makanan pada tahap ini pekerja tidak
terlalu membungkuk.
2) Bagi pihak Rumah Sakit
a. Memberikan pengetahuan kepada pekerja di instalasi gizi Rumah Sakit Jiwa Grhasia tentang tingkat risiko ergonomi pada pekerjaan mereka agar pekerja lebih peduli terutama
aspek kesehatan diri pekerja.
b. Mengadakan senam pagi minimal sekali seminggu untuk para pekerja di instalasi gizi Rumah Sakit Jiwa Grhasia.
3) Bagi peneliti selanjutnya
a. Mengembangkan penilaian risiko ergonomi dengan metode eksperimen.
b. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor risiko lebih
lanjut pada pekerja di instalasi gizi, dengan melibatkan faktor individu seperti jenis kelamin,
antropometri tubuh pekerja dan durasi kerja.
BIBLIOGRAFI
Alsobayel, H., Alodaibi, F., Albarrati, A., Alsalamah, N.,
Alhawas, F., & Alhowimel, A. (2021). Does Telerehabilitation Help in
Reducing Disability among People with Musculoskeletal Conditions? A Preliminary
Study. International Journal of Environmental Research and Public Health,
19(1), 72.
Andriani, B., Camelia, A., & Faisya, H. A. F.
(2020). Analysis of Working Postures with Musculoskeletal Disorders (Msds)
Complaint of Tailors in Ulak Kerbau Baru Village, Ogan Ilir. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 11(01), 75–88.
Briansah, A. O. (2018). ANALISA POSTUR KERJA YANG
TERJADI UNTUK AKTIVITAS DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE RULA DI
CV. BASANI (Studi Kasus CV. Basani Bidang Konstruksi, Yogyakarta).
Bridger, R. (2017). Introduction to human factors
and ergonomics. CRC press.
Dewantari, N. M. (2021). Analisa postur kerja
menggunakan REBA untuk mencegah musculoskeletal disorder. Journal Industrial
Servicess, 7(1), 33–36.
Fragastia, V. A., & Ramadhan, M. D. (2022).
Penilaian Postur Kerja Operator Pada UKM XYZ Dengan Metode Biomekanika. IESM
Journal (Industrial Engineering System and Management Journal), 3(1),
67–80.
Istighfaniar, K., & Mulyono, M. (2016). Evaluasi
Postur Kerja Dan Keluhan Muskoloskeletal Pada Pekerja Instalasi Farmasi. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 5(1), 81–90.
Kapitán, M., Hodačová, L., Čermáková, E., Machač, S.,
Schmidt, J., & Pilbauerová, N. (2021). The Development of Musculoskeletal
Disorders during Undergraduate Dentistry Studies—A Long-Term Prospective Study.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(14),
7662.
Kemenkes, R. I. (2018). Laporan nasional riskesdas
2018. Jakarta: Kemenkes RI, 154–166.
Kierklo, A., Kobus, A., Jaworska, M., & Botuliński,
B. (2011). Work-related musculoskeletal disorders among dentists-a
questionnaire survey. Annals of Agricultural and Environmental Medicine,
18(1), 79–84.
Kuswana, W. S. (2014). Ergonomi dan K3. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Larasandi, D. S., Suroto, S., & Widjasena, B.
(2016). Analisis Postur Kerja Terhadap Keluhan Musculoskeletal Pada Pekerja Di
Tempat Pengasapan Ikan X Kali Asin, Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang
Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 4(3), 352–361.
Musyarofah, S., Setiorini, A., Mushidah, M., &
Widjasena, B. (2019). Analisis postur kerja dengan metode REBA dan gambaran
keluhan subjektif musculoskeletal disorders (MSDS)(pada pekerja sentra industri
tas Kendal tahun 2017). Jurnal Kesehatan, 1, 24–32.
Nurmianto, E. (2005). Ergonomi, konsep dasar dan
aplikasinya.
Pandey, B. E., Doda, D. V. D., & Malonda, N. S.
(2020). Analisis Postur Kerja Dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Petani Pemetik
Cengkih Di Kabupaten Minahasa Selatan. E-Biomedik, 8(1).
Prasena, R. W. (2021). Analisis Postur Kerja Dan
Karakteristik Pekerja Terhadap Keluhan MSDs Karyawan PT Sany Toga Gemilang.
Prodi Teknik Industri.
Puspita, D., Suroto, S., & Kurniawan, B. (2017).
Analisis Postur Kerja Terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada
Pekerja Mekanik Bengkel Sepeda Motor X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 5(5), 126–133.
Rahman, A. dul. (2017). Analisis Postur Kerja dan
Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada
Pekerja Beton Sektor Informal di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa Tahun 2017. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Restuputri, D. P. (2017). Metode REBA untuk pencegahan
musculoskeletal disorder tenaga kerja. Jurnal Teknik Industri, 18(1),
19–28.
Safitri, I. (2019). Hubungan Postur Kerja dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pekerja Sewing CV Maju Abadi
Garmen Sukoharjo.
Setiawan, M. S., Kirana, I. W., Cahyani, A. D., &
Suryoputro, M. R. (2019). Penilaian Postur Pekerja Pengangkatan Galon Dengan
Metode REBA dan Biomekanika. Seminar Dan Konferensi Nasional IDEC, 1–8.
Setyowati, D. L., & Fathimahhayati, L. D. (2021).
Sikap Kerja Ergonomis Untuk Menggurangi Keluhan Muskuloskeletal Pada Pengrajin
Manik-Manik. Jakarta: Penerbit Insan Cendikia Mandiri.
Sheet, F. (n.d.). Occupational injuries and
illnesses resulting in musculoskeletal disorders (msds)| May 2020.(2020, May
1). US Bureau of Labor Statistics.
Solechan, S. (2019). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan Sebagai Pelayanan Publik. Administrative Law and Governance
Journal, 2(4), 686–696.
Sulaiman, F., & Sari, Y. P. (2018). Analisis Postur
Kerja Pekerja Proses Pengesahan Batu Akik Dengan Menggunakan Metode REBA. Jurnal
Teknovasi: Jurnal Teknik Dan Inovasi Mesin Otomotif, Komputer, Industri Dan
Elektronika, 3(1), 16–25.
Tampubolon, H. S. (2020). Hubungan Postur Kerja
dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Bagian Pencetakan Paving
Blok di Sinar Traso Jaya Medan Tahun 2019.
Tarwaka, E. I. (2015). Dasar Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press.
Taufik, R., Ketaren, O., & Salmah, M. S. U. (2018).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap musculosceletal disorders pada perawat
di rumah sakit umum sari mutiara medan tahun 2017. Jurnal Riset Hesti Medan
Akper Kesdam I/BB Medan, 3(1), 31–40.
Tiogana, V., & Hartono, N. (2020). Analisis Postur
Kerja Dengan Menggunakan REBA dan RULA di PT X. Journal of Integrated System,
3(1), 9–25.
Tirta, A. (2020). Evaluasi Penerapan Permenaker No.
5 Tahun 2018 Di PT. Xyz Pabrik Pengolahan Padi Dan Jagung Cabang Sumbawa Nusa
Tenggara Barat.
Valentine, A., & Wisudawati, N. (2020). Analisis
Postur Kerja pada Pengangkutan Buah Kelapa Sawit menggunakan Metode RULA dan
REBA. Integrasi: Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 5(2), 1–5.