Jurnal Lentera Kesehatan Masyarakat

Vol. 1, No. 3, Desember 2022

https://jurnalkesmas.co.id

 

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN SAFETY BEHAVIOR PADA PEKERJA WORKSHOP PT. TRASINDO MURNI PERKASA KALIMANTAN TIMUR

 

Adam Maulana, Wiga Welyusa Fadillah

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia

Email: adammaulana402@mail.com

 

Abstrak

Latar Belakang: Perilaku aman merupakan suatu hal yang kompleks. Ranah perilaku terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor atau dalam bentuk yang lebih operasional dapat diukur dengan pengetahuan dan sikap. Hasil pengukuran pengetahuan dan ini dapat dijadikan sebuah acuan untuk pengambilan keputusan perusahaan dalam melakukan suatu manajemen K3 yang lebih baik agar safety behavior pekerja menjadi meningkat. Dengan berbagai risiko yang mengancam pekerja maka di perlukan perilaku keselamatan (safety behavior) dari para karyawan untuk dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan safety behavior pada pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Metode: Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional. Penelitian dilakukan di PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Teknik pengambilan sampel penelitian adalah Purposive Sampling. Jumlah populasi 121 dan sampel sebanyak 60 pekerja workshop. Analisis data menggunakan Uji Chi-Square. Hasil: Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan secara statistik antara pengetahuan (p-value=0,000<a=0,05; PR=12,500; CI 95%=3,308-47,231) dan sikap (p-value=0,003<a=0,05; PR=5,403; CI 95%=1,738-16,791) dengan safety behavior pada pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan safety behavior pada pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perksa Kalimantan Timur.

Kata kunci: Kecelakaan kerja, Pengetahuan, Perilaku aman, Sikap.

 

Abstract

Background: Safe behavior is a complex matter. The behavioral domain consists of cognitive, affective, and psychomotor or in a more operational form it can be measured by knowledge and attitudes. The results of knowledge measurement and this can be used as a reference for company decision making in carrying out a better K3 management so that the safety behavior of workers will increase. With various risks that threaten workers, safety behavior is needed from employees to be able to reduce the occurrence of work accidents. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes with safety behavior in the workshop workers of PT. Trasindo Murni Perkasa East Kalimantan. Methods: This type of research is quantitative research with a cross sectional design. The research was conducted at PT. Trasindo Murni Perkasa East Kalimantan. The research sampling technique was purposive sampling. The total population is 121 and the sample is 60 workshop workers. Data analysis using Chi-Square Test. Results: The results of the bivariate test showed that there was a statistical relationship between knowledge (p-value=0,000<a=0,05; PR=12,500; 95% CI=3,308-47,231) and attitudes (p-value=0,003<a=0,05). ; PR = 5,403; 95% CI = 1,738-16,791) with safety behavior in the workshop workers of PT. Trasindo Murni Perkasa East Kalimantan. Conclusion: There is a relationship between knowledge and attitudes with safety behavior in the workshop workers of PT. Trasindo Murni Perksa East Kalimantan.

Keywords: Work accident Knowledge, safe behavior, attitude.

 

 

 


Pendahuluan

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) termasuk salah satu program pemeliharaan yang ada di perusahaan. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan produktivitas dan mengurangi kecelakaan kerja. Tujuan dari hal ini dimaksudkan agar sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan (Mandrioli et al., 2018). Menurut ILO 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut sekitar 2,4 juta (86,3%) meninggal dikarenakan penyakit akibat kerja dan lebih dari 380.000 (13,7%) meninggal akibat kecelakaan kerja (Ketenagakerjaan & di Indonesia, 2013).

Menurut Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang saat ini telah berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat terjadi 147.000 kasus kecelakaan kerja sepanjang 2018, atau 40.273 kasus setiap hari. Dari jumlah itu, sebanyak 4.678 kasus (3,18 persen) berakibat kecacatan, dan 2.575 (1,75 persen) kasus berakhir dengan kematian.jumlah peserta yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari jumlah tersebut 146.219 (75,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 46.692 berjenis kelamin perempuan (Shihab, 2018). Dari jumlah kecelakaan tersebut sebagian besar atau sekitar 69,59% terjadi dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang di luar. perusahaan sebanyak 10,26% dan sisanya atau sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja. Sementara akibat kecelakaan tersebut, jumlah peserta BPJS yang meninggal sebanyak 3.093 pekerja, yang mengalami sakit 15.106 orang, luka-luka 174.266 orang dan meninggal mendadak sebanyak 446 orang.

Terdapat sekitar 85-96% kasus kecelakaan kerja yang disebabkan karena tindakan yang tidak aman ataupun faktor kesalahan yang berasal dari manusia itu sendiri. Perilaku berbahaya merupakan suatu kegagalan manusia atau pekerja dalam melakukan pekerjaannya (Hadipoetro, 2014). Adapun beberapa contoh perilaku berbahaya yaitu tidak memakai APD dengan benar, pengetahuan rendah dan sikap tidak hati- hati. Maka dari itu untuk menghindari risiko terjadinya kecelakaan kerja perilaku tidak aman, (unsafe act) harus dihindari (Sugeng et al., 2003).

Perilaku aman merupakan suatu hal yang kompleks. Ranah perilaku terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor atau dalam bentuk yang lebih operasional dapat diukur dengan pengetahuan dan sikap. Dengan adanya pengukuran pengetahuan dan sikap ini nantinya dapat diidentifikasi apa yang telah diketahui dan dilakukan pekerja serta bagaimana sikap pekerja dalam melakukan pekerjaan sehari- hari apakah sudah mencerminkan perilaku aman atau belum. Hasil pengukuran pengetahuan dan ini dapat dijadikan sebuah acuan untuk pengambilan keputusan perusahaan dalam melakukan suatu manajemen K3 yang lebih baik agar safety behavior pekerja menjadi meningkat (Dewi & Wawan, 2011).

Dengan berbagai risiko yang mengancam pekerja maka di perlukan perilaku keselamatan (safety behavior) dari para karyawan untuk dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Prilaku keselamatan (safety behavior) yang dimaksud adalah bagaimana pekerja tersebut dapat menaati peraturan yang ada di perusahaan dalam menjalankan pekerjaannya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku keselamatan (safety behavior) diantaranya persepsi, perilaku, pengetahuan dan tempat kerja.

PT. Trasindo Murni Perkasa ada berbagai macam program preventif untuk menurunkan angka kecelakaan pada pekerja yang sudah dijalankan, yaitu: Safety Induction, Inspeksi K3L, SHE Talk, SHE Morning Talk, dan Daily Toolbox Meeting. Dari program-program tersebut, pekerja mengetahui fungsi dari penggunaan APD serta bagaimana harus berperilaku pada saat bekerja. Namun masih terdapat banyak pekerja yang lalai menggunaan. Program inspeksi K3L adalah inspeksi yang dilakukan pada pekerja maupun kondisi lingkungan kerja. Pada inspeksi ini safety officer berwewenang untuk melakukan penyitaan peralatan-peralatan kerja yang tidak aman, dan memberikan punishment berupa adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing mandor pekerja apabila tidak menggunakan APD dan berperilaku tidak aman pada saat bekerja.

Melihat data yang telah didapatkan dari perusahaan bahwa semua bagian pekerjaan yang mengalami peningkatan dalam perilaku tidak aman adalah bagian workshop, jumlah pekerja bagian workshop berjumlah 121 orang. Pada pengetahuan yang dimiliki pekerja masih kurang, dilihat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan ringan pada pekerja, salah satunya tentang menggunakan APD seperti helm, kaca mata, dan sarung tangan. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat beberapa pekerja menganggap APD tidak begitu penting digunakan dalam melakukan pekerjaan. serta kurangnya pengetahuan K3 pekerja seperti adanya pekerja yang kurang mengetahui dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup oleh pekerja. Apabila tidak maka dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari pekerja dalam.    menjalankan peralatan kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut asal- asalan, maka akan membahayakan peralatan dan pekerja itu sendiri. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan pekerja dan kurangnya pengetahuan pekerja tersebut disebabkan sosialisasi mengenai pentingnya pengetahuan menjaga keselamataan saat bekerja masih kurang dilakukan oleh perusahaan. Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari kurangnya pengetahuan K3 dalam hal penggunaan mesin-mesin dan peralatan otomotif juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading), kecepatan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak baik dan masih terdapat pelanggaran dalam bekerja seperti tidak menggunakan peralatan keselamatan, ditemukan pekerja yang sedang mengelas tidak menggunakan topeng las. Selain pelanggaran kurangnya pengetahuan K3 pada pekerja ditemukan juga perilaku tidak aman. Terdapat pekerja menggunakan peralatan kerja yang tidak benar, pekerja melempar peralatan kerja, pekerja merokok di area kerja. Pada saat observasi langsung ditemukan pekerja workshop yang melakukan sikap kerja yang tidak aman seperti tidak peduli dengan keselamatan, tidak setuju dengan penggunaan APD, dan tidak mau mengikuti prosedur kerja. Sebab sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kerja tidak aman pada pekerja. Pada saat observasi terdapat sikap negatif yang kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci peraturan yang ada di tempat kerja. Sikap negatif pekerja workshop yang sering dilakukan salah satunya adalah kelalaian dalam penggunaan APD pekerja hanya menggunakan sebagian APD, yang harus digunakan pekerja workshop, antara lain: helm keselamatan, masker, sarung tangan, rompi, safety shoes dan kaca mata.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan safety behavior pada pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 121 pekerja dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 pekerja. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2021. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap pekerja workshop. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Safety Behavior pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Data primer dalam penelitian didapatkan dari hasil lembar kuesioner. Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah pekerja workshop dan profil PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Analisis data menggunakan uji Chi-Square.

 

Hasil dan Pembahasan

1.   Karakteristik Data Umum

Karakteristik pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur:

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pekerja Workshop Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di PT. Trasindo Murni Perkasa

Variable

Jumlah

N

%

Umur

24-34 Tahun

32

53,3

35-45 Tahun

28

46,7

Total

60

100

Jenis Kelamin

Laki-Laki

60

100

Perempuan

0

0

Total

60

100

 

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 60 pekerja workshop yang dijadikan sampel mayoritas umur pekerja rentang 24 sampai 34 tahun yaitu sebanyak 32 pekerja (53,3%). Sedangkan dari hasil tabel dapat diketahui bahwa dari 60 pekerja workshop yang dijadikan sampel mayoritas jenis kelain perkerja laki-laki sebanyak 60 pekerja (100%).

2.   Analisis Univariat

a.   Deskripsi Variabel Bebas (Independent)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerja Workshop Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Safety Behavior PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur

Variabel

Jumlah

Pengetahuan

Rendah

35

58,3

Tinggi

25

41,7

Total

60

100

Sikap

Buruk

33

55

Baik

27

45

Total

60

100

Safety behavior

Buruk

37

61,7

Baik

23

38,3

Total

60

100

(Data Primer, 2021)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 60 pekerja workshop yang dijadikan sampel pekerja workshop yang memiliki pengetahuan dengan kategori tidak baik sebanyak 35 pekerja (58,3%). Sikap pekerja workshop dari 60 pekerja yang dijadikan sampel dengan kategori tidak baik sebanyak 33 pekerja (55%). Hasil dari 60 pekerja workshop yang dijadikan sampel, pekerja workshop yang memiliki safety behavior sebanyak 37 pekerja workshop (61,7%).

3.   Analisis Bivariat

a.   Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Safety Behavior pada Pekerja Workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur


 

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Safety Behavior pada Pekerja Workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur

Variabel

Safety Behavior

Total

P-Value

Rp (95% CI)

Buruk

Baik

N

%

N

%

N

%

Pengetahuan

Rendah

35

58,3

0

0

35

58,3

0,000

12,500 (3,308-47,231)

Tinggi

2

3,4

23

38,3

25

41,7

Total

37

61,7

23

38,3

60

100

Sikap

Buruk

26

43,3

7

11,7

33

55

0,003

5,403 (1,738-16,791)

Baik

11

18,4

16

26,6

27

45

Total

37

61,7

23

38,3

60

100

(Data Primer, 2021)

 


 

Berdasarkan tabel 3 hasil analisis bivariat bahwa pekerja dengan pengetahuan tidak baik dan safety behavior tidak baik terdapat 35 pekeja dengan persentase 58,3%.Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai P-Value sebesar 0,000 (p<0,05), maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan safety behavior pada pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Tahun 2021. Hasil uji kemaknaan biologis diketahui nilai Confident Interval (CI) berada diantara 3,308-47,231 dan nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 12,500 maka >1 yang artinya merupakan faktor risiko dapat disimpulkan pekerja yang memiliki pengetahuan tidak baik berisiko 12,500 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang memiliki pengetahuan baik.

Sikap pekerja workshop dengan kategori tidak baik dan safety behavior tidak baik terdapat 26 pekerja dengan persentase 43,3%. Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai P-Value sebesar 0,003 (p<0,05), maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan safety behavior pada pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Hasil uji kemaknaan biologis diketahui nilai Confident Interval (CI) berada diantara 1,738-16,791 dan nilai Ratio Prevalens (RP) sebesar 5,403 maka >1 yang artinya merupakan faktor risiko dapat disimpulkan pekerja yang memiliki sikap tidak baik berisiko 5,403 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang memiliki sikap baik.

 

 

 

4.   Pembahasan

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu kondisi dalam perkerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Pada penelitian ini terdapat 10 pertanyaan untuk mengetahui perilaku keselamatan dan Kesehatan kerja pada pekerja. Penelitian perilaku K3 yang baik adalah menggunakan nilai rata-rata dari total skor yang diperoleh dari pekerja, sehingga diketahui bahwa terdapat 61,7% pekerja yang memiliki perilaku buruk, sedangkan sisanya memiliki perilaku baik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pekerja dalam perilaku keselamatan dan Kesehatan kerja (K3). Menurut Lawrance Green perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor Predisposisi (pengetahuan dan sikap) , faktor Pendukung (lingkungan fisik dan fasilitas pelayanan kesehatan), dan faktor Pendorong (perilaku keluarga dan perilaku petugas) (KM, 2020).

a.   Hubungan antara Pengetahuan dengan Safety Behavior pada Pekerja Workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur

Berdasarkan Tabel 3. Hubungan antara Pengetahuan dengan Safety Behavior pada Pekerja Workshop PT. Trasindo Murni Perkasa yang mempunyai Pengetahuan Safety Behavior yang tidak baik sebanyak 35 orang (58,3%) dari 35 orang (58,3%). Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan safety behavior yang baik yakni 23 orang (38,3%) dari 25 orang (41,7%). Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai P-Value sebesar 0,000 (p<0,05), maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan safety behavior pada pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Tahun 2021.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan peneliian yang dilakukan oleh Rizky Reza Juandri. Diperoleh hasil bahwa hampir keseluruhan responden memiliki pengetahuan yang berada pada kategori baik mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Juandri, 2019). Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Endang yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keselamatan dan Kesehatan kerja (Rahayu, 2015).

Pengetahuan yang didapatkan oleh responden tidak terlepas dari peran serta pihak manajemen perusahaan yang telah menyampaikan halhal yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada tenaga kerjanya melalui program dan pelatihan sehingga dapat dilihat bahwa responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diterapkan di PT. Trasindo Murni Perkasa.

Masih ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan dan dicermati baik oleh perusahaan maupun dari tenaga kerja itu sendiri dikarenakan berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden terdapat 35 (58,3%) pekerja pada bagian workshop yang memiliki pengetahuan tidak baik mengenai penerapan safety behevior. Tenaga kerja yang berkerja dibagian workshop tersebut memiliki tingkat pengetahuan yang tergolongtidak baikdisebabkan beberapa aspek dalam penerapan program K3 di perusahaan yang tidak diketahui dan dikuasai oleh tenaga kerja tersebut, yaitu mengenai pentingnya pelatihan K3 bagi tenaga kerja, pengetahuan yang kurang mengenai tujuan dari penerapan K3 itu sendiri, peran serta tenaga kerja dalam menyukseskan program K3 di perusahaan, pentingnya aspek pemantauan/pengukuran lingkungan kerja, penyediaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) untuk pencegahan kebakaran, pentingnya pelaporan kecelakaan kerja, faktor pencahayaan yang baik demi kelancaran proses kerja, dan mengenai bahaya debu bagi kesehatan tenaga kerja.

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman dan juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu, di tempat kerja telah dipasang poster- poster keselamatan dan kalimat-kalimat persuasif yang mengajak pekerja untuk berperilaku aman seperti memakai APD. Hal-hal tersebut akan meningkatkan pengetahuan tentang pada pekerja (Soekidjo, 2012).

Dalam ranah perilaku menurut Bloom, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu (1) Tahu (know) yaitu pemanggilan kembali (recall) dari memori yang sudah diamati. (2) Memahami (comprehension) yaitu proses menginterpreatsi secara benar objek yang telah diketahui. (3) Aplikasi (application) yaitu menggunakan kembali pemahaman terhadap suatu objek pada situasi lain. (4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, lau mencari hubungan komponen- komponen yang ada dalam suatu kasus tertentu. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki.(6) Evaluasi (evaluation) yaitu proses justifikasi atau penilaian objek tertentu. Sehingga, semakin tinggi pengetahuan maka akan semakin tinggi seseorang melakukan tindakan yang terkait dengan tindakan tersebut (Soekidjo, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, 2012).

Hasil penelitian sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo, pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kalalo, bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja yaitu menggunakan uji statistic fishers diperoleh nilai P(0,000) < α (0,05) (Kalalo, 2016).

Berdasarkan penelitian Sandewa, juga mengatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan risiko kecelakaan kerja, dengan menggunakan uji statistic chi square diperoleh nilai p(0,001) < α 0,05 (Adhiwijaya, 2017). Hasil penelitian dari Aswar, juga mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan hubungan antara pengetahuan K3 dengan kecelakaan kerja dimana nilai Pvalue < α dengan nilai hubungan kedua variabel bernilai kuat (phi=0,655) (Aswar et al., 2016).

b.   Hubungan antara Sikap dengan Safety Behavior pada Pekerja Workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur

Berdasarkan Tabel 3. Hubungan antara Sikap dengan Safety Behavior pada pekerja workshop yang mempunyai sikap Safety Behavior yang tidak baik sebanyak 26 orang (43,3%) dari 33 orang (55%). Sedangkan responden yang mempunyai Sikap Safety Behavior baik sebanyak 16 orang (26,6%) dari 27 orang (45%). Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai P-Value sebesar 0,003 (p<0,05), maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan safety behavior pada pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. Trasindo Murni Perkasa diketahui sikap pekerja mendukung safety behavior dikarenakan kesiapan dan kesediaan pekerja untuk bertindak, dimana hal ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman pribadi yang dimiliki pekerja dalam safety behavior. Selain itu safety behavior pada pekerja dipengaruhi oleh faktor emosional dan pengaruh dari lingkungan sekitar pekerja. Selain itu dikaitkan juga dengan kurangnya pengetahuan pekerja mengenai safety behavior, sesuai dengan yang dikatakan Notoatmojo bahwa pengetahuan yang baik akan menimbulkan sikap yang positif pada seseorang, begitu juga sebaliknya (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan kepada pekerja bagian workshop bahwa dari keseluruhan 60 responden memiliki sikap yang kurang mendukung mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sikap responden disini adalah kesiapan untuk menyesuaikan diri dan bereaksi terhadap objek di lingkungan kerjanya, yaitu dalam hal ini adalah tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri. Sikap responden menjelaskan bagaimana responden berpendapat tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) setelah responden memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Azwar yang menyatakan bahwa sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya adalah pengaruh orang lain yaitu komponen social yang ikut mempengaruhi sikap seseorang dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri individu. Factor lain yang mempengaruhi tingkat penerimaan informasi safety behavior adalah faktor internal dan eksternal yaitu dari diri sendiri dan dari luar seperti lingkungan (Azwar, 2014). Selain itu, penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Erwin Wahyu Pratama tentang hubungan antara perilaku pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja bagian produksi PT Linggarjati Mahardika Mulia di Pacitan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada PT Linggarjati Mulia di Pacitan (Kholis & Anis, 2020).

Sikap adalah respon yang tidak teramati secara langsung yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap seseorang dapat berubah melalui penekanan keselamatan selama kursus pelatihan dan Pendidikan. Sehingga apabila pengetahuan pekerja tentang faktor faktor penyebab kecelakaan kerja baik, maka dapat menimbulkan sikap dari pekerja yang baik juga. Jika seseorang bersikap baik akan cenderung memilih berperilaku aman saat bekerja. Perilaku aman inilah yang diharapkan mampu menghindarkan pekerja dari hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja. Selanjutnya pekerja yang memiliki sikap baik akan merasa bahwa prosedur dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan dibentuk untuk melindungi dan meningkatkan produktivitas pekerja (Hidayat, 2019).

Sebaliknya jika pekerja memiliki sikap buruk maka akan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan dan bahaya yang ada ditempat kerja. Meraka merasa bahwa prosedur dan peraturan keselamatan dan Kesehatan kerja hanya dibuat dan dibentuk untuk kepentingan perusahaan dan hanya membebani pekerja dengan beberapa peraturan yang menurutnya menghambat kinerja. Sehingga yang memiliki sikap buruk akan melakukan perilaku tidak aman saat bekerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, dan media informasi (Mullins & McLean, 2019).

 

Kesimpulan

Ada hubungan antara pengetahuan dengan safety behavior pada pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur dengan nilai p= 0,000 (p<0,05). Ada hubungan antara sikap dengan safety behavior pada pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur dengan nilai p= 0,003 (p<0,05).

Adapun Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitin ini untuk Pimpinanan PT. Trasindo Murni Perkasa agar dapat mengupayakan peningkatan baik secara faktor internal dalam meningkatkan Pengetahuan dan Sikap terhadap safety behavior dari pekerja. Faktor internal misalnya melakukan pelatihan penyegaran baik untuk pekerja dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Bagi Pekerja Workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa agar dapat lebih meningkatkan kesadaran tentang pentingnya Pengetahuan dan Sikap terhadap Safety Behavior sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Pekerja hendaknya memiliki pengetahuan yang luas dan sikap yang positif agar dapat menumbuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk berperilaku K3 karena hal tersebut dapat bekal dalam keselamatan diri pada saat bekerja. Dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel pengganggu yang tidak diteliti seperti faktor ekonomi, faktor lingkungan dan peran teman sebaya menggunakan teknik lain seperti kualitatif ataupun deskriptif.

 

BIBLIOGRAFI

Adhiwijaya, S. S. A. (2017). Hubungan perilaku dengan resiko kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 5(4), 500–506.

Aswar, E., Asfian, P., & Fachlevy, A. F. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel Mobil Kota Kendari Tahun 2016. Haluoleo University.

Azwar, S. (2014). Sikap Manusia, Teori & Pengukurannya.[Edisi II]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, M., & Wawan, A. (2011). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Hadipoetro, S. (2014). Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja Jakarta: Yayasan Putra Tarbiyyah Nusantara. Yayasan Putra Tarbiyyah Nusantara.

Hidayat, D. (2019). Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku penerapan program 5R pada pekerja proyek long span LRT Cawang Tahun 2019. Universitas Binawan.

Juandri, R. R. (2019). Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Tenaga Kerja Tentang Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Hutahaean Kecamatan Laguboti Tahun 2018.

Kalalo, S. Y. (2016). Hubungan Antara pengetahuan dan sikap tentang K3 dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok nelayan di desa belang kecamatan belang kabupaten minahasa tenggara. PHARMACON, 5(1).

Ketenagakerjaan, I. L. O. T., & di Indonesia, S. (2013). Memperkuat PeranPekerja Layak dalam Kesetaraan Pertumbuhan. Jakarta: Kantor ILO Untuk Indonesia.

Kholis, M. N., & Anis, M. (2020). Hubungan Antara Perilaku K3 Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Di Koperasi Batur Jaya. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

KM, I. S. (2020). Etika dan Perilaku Kesehatan. Absolute Media.

Mandrioli, D., Schlünssen, V., Adam, B., Cohen, R. A., Colosio, C., Chen, W., Fischer, A., Godderis, L., Goeen, T., & Ivanov, I. D. (2018). WHO/ILO work-related burden of disease and injury: protocol for systematic reviews of occupational exposure to dusts and/or fibres and of the effect of occupational exposure to dusts and/or fibres on pneumoconiosis. Environment International, 119, 174–185.

Mullins, L. J., & McLean, J. E. (2019). Organisational behaviour in the workplace. Pearson Harlow.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan.

Rahayu, E. P. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Karyawan dengan Penerapan Manajemen Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6), 289–293.

Shihab, A. N. (2018). Hadirnya Negara Di Tengah Rakyatnya Pasca Lahirnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (The Presence Of The State Among People After The Declaration Of Law Number 24 Year 2011 Concerning Social Security Administering Agency). Jurnal Legislasi Indonesia, 9(2), 175–190.

Soekidjo, N. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 131–132.

Sugeng, B., Jusuf, R. M. S., & Pusparini, A. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.