Jurnal Lentera Kesehatan
Masyarakat
Vol. 1, No. 3, Desember 2022
https://jurnalkesmas.co.id
HUBUNGAN
ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN SAFETY BEHAVIOR PADA PEKERJA WORKSHOP PT.
TRASINDO MURNI PERKASA KALIMANTAN TIMUR
Adam
Maulana, Wiga Welyusa Fadillah
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Email: adammaulana402@mail.com
Abstrak
Latar Belakang: Perilaku aman merupakan suatu hal yang kompleks. Ranah perilaku terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor atau dalam bentuk
yang lebih operasional dapat diukur dengan
pengetahuan dan sikap.
Hasil pengukuran pengetahuan
dan ini dapat dijadikan sebuah acuan untuk pengambilan
keputusan perusahaan dalam melakukan suatu manajemen K3 yang lebih baik agar safety behavior pekerja menjadi meningkat. Dengan berbagai risiko yang mengancam pekerja maka di perlukan perilaku keselamatan (safety
behavior) dari para karyawan
untuk dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan safety behavior pada
pekerja workshop PT. Trasindo
Murni Perkasa Kalimantan Timur. Metode:
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional. Penelitian
dilakukan di PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Teknik pengambilan
sampel penelitian adalah Purposive Sampling. Jumlah
populasi 121 dan sampel sebanyak 60 pekerja workshop. Analisis data menggunakan Uji
Chi-Square. Hasil: Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan secara
statistik antara pengetahuan (p-value=0,000<a=0,05; PR=12,500; CI
95%=3,308-47,231) dan sikap (p-value=0,003<a=0,05;
PR=5,403; CI 95%=1,738-16,791) dengan safety behavior
pada pekerja workshop PT. Trasindo
Murni Perkasa Kalimantan Timur. Kesimpulan:
Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan safety behavior pada pekerja
workshop PT. Trasindo Murni
Perksa Kalimantan Timur.
Kata
kunci: Kecelakaan kerja,
Pengetahuan, Perilaku aman, Sikap.
Abstract
Background: Safe behavior is a complex matter. The
behavioral domain consists of cognitive, affective, and psychomotor or in a
more operational form it can be measured by knowledge and attitudes. The
results of knowledge measurement and this can be used as a reference for
company decision making in carrying out a better K3 management so that the
safety behavior of workers will increase. With various risks that threaten
workers, safety behavior is needed from employees to be able to reduce the
occurrence of work accidents. This study aims to determine the relationship
between knowledge and attitudes with safety behavior in the workshop workers of
PT. Trasindo Murni Perkasa
East Kalimantan. Methods: This type of research is quantitative research
with a cross sectional design. The research was conducted at PT. Trasindo Murni Perkasa East
Kalimantan. The research sampling technique was purposive sampling. The total
population is 121 and the sample is 60 workshop workers. Data analysis using
Chi-Square Test. Results: The results of the bivariate test showed that
there was a statistical relationship between knowledge
(p-value=0,000<a=0,05; PR=12,500; 95% CI=3,308-47,231) and attitudes
(p-value=0,003<a=0,05). ; PR = 5,403; 95% CI =
1,738-16,791) with safety behavior in the workshop workers of PT. Trasindo Murni Perkasa East
Kalimantan. Conclusion: There is a relationship between knowledge and
attitudes with safety behavior in the workshop workers of PT. Trasindo Murni Perksa East Kalimantan.
Keywords: Work accident Knowledge, safe behavior,
attitude.
Pendahuluan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) termasuk salah satu program pemeliharaan yang ada di perusahaan. Pelaksanaan program keselamatan
dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah
penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi
serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan
produktivitas dan mengurangi
kecelakaan kerja. Tujuan dari hal
ini dimaksudkan agar sumber daya manusia
yang dimiliki perusahaan dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan (Mandrioli et al., 2018). Menurut
ILO 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut sekitar 2,4 juta (86,3%) meninggal dikarenakan penyakit akibat kerja dan lebih dari 380.000 (13,7%) meninggal akibat kecelakaan kerja (Ketenagakerjaan & di Indonesia, 2013).
Menurut Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang saat ini telah berubah
menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat terjadi 147.000 kasus kecelakaan kerja sepanjang 2018, atau 40.273 kasus setiap hari.
Dari jumlah itu, sebanyak 4.678 kasus (3,18 persen) berakibat kecacatan, dan 2.575 (1,75 persen)
kasus berakhir dengan kematian.jumlah
peserta yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari jumlah
tersebut 146.219 (75,8%) berjenis
kelamin laki-laki dan
46.692 berjenis kelamin perempuan (Shihab, 2018). Dari jumlah kecelakaan tersebut sebagian besar atau sekitar 69,59% terjadi dalam perusahaan
ketika mereka bekerja. Sedangkan yang di luar. perusahaan sebanyak 10,26% dan sisanya atau sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja. Sementara akibat kecelakaan tersebut, jumlah peserta BPJS yang meninggal sebanyak 3.093 pekerja, yang mengalami sakit 15.106 orang, luka-luka
174.266 orang dan meninggal mendadak
sebanyak 446 orang.
Terdapat sekitar 85-96% kasus kecelakaan kerja yang disebabkan karena tindakan yang tidak aman ataupun
faktor kesalahan yang berasal dari manusia
itu sendiri. Perilaku berbahaya merupakan suatu kegagalan manusia atau pekerja dalam
melakukan pekerjaannya (Hadipoetro, 2014). Adapun beberapa contoh perilaku berbahaya yaitu tidak memakai APD dengan benar, pengetahuan
rendah dan sikap tidak hati- hati.
Maka dari itu untuk menghindari
risiko terjadinya kecelakaan kerja perilaku tidak aman, (unsafe act) harus dihindari (Sugeng et al., 2003).
Perilaku aman merupakan suatu hal yang kompleks. Ranah perilaku terdiri atas kognitif,
afektif, dan psikomotor atau dalam bentuk
yang lebih operasional dapat diukur dengan
pengetahuan dan sikap. Dengan adanya pengukuran
pengetahuan dan sikap ini nantinya dapat
diidentifikasi apa yang telah diketahui dan dilakukan pekerja serta bagaimana sikap pekerja dalam
melakukan pekerjaan sehari- hari apakah
sudah mencerminkan perilaku aman atau
belum. Hasil pengukuran pengetahuan dan ini dapat dijadikan sebuah acuan untuk
pengambilan keputusan perusahaan dalam melakukan suatu manajemen K3 yang lebih baik agar safety behavior pekerja
menjadi meningkat (Dewi & Wawan, 2011).
Dengan berbagai risiko yang mengancam pekerja maka di perlukan perilaku keselamatan (safety behavior) dari
para karyawan untuk dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Prilaku keselamatan (safety behavior) yang dimaksud
adalah bagaimana pekerja tersebut dapat menaati peraturan
yang ada di perusahaan dalam menjalankan pekerjaannya. Adapun faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku keselamatan (safety
behavior) diantaranya persepsi,
perilaku, pengetahuan dan tempat kerja.
PT.
Trasindo Murni Perkasa ada berbagai macam
program preventif untuk menurunkan angka kecelakaan pada pekerja yang sudah dijalankan, yaitu: Safety Induction, Inspeksi
K3L, SHE Talk, SHE Morning Talk, dan Daily Toolbox Meeting. Dari
program-program tersebut, pekerja
mengetahui fungsi dari penggunaan APD serta bagaimana harus berperilaku pada saat bekerja. Namun
masih terdapat banyak pekerja yang lalai menggunaan. Program inspeksi K3L adalah inspeksi yang dilakukan pada pekerja maupun kondisi lingkungan kerja. Pada inspeksi ini safety officer berwewenang untuk melakukan penyitaan peralatan-peralatan kerja yang tidak aman, dan memberikan punishment berupa adanya biaya
yang harus dikeluarkan oleh
masing-masing mandor pekerja
apabila tidak menggunakan APD dan berperilaku tidak aman pada saat bekerja.
Melihat data yang telah didapatkan dari perusahaan bahwa semua bagian pekerjaan
yang mengalami peningkatan dalam perilaku tidak aman adalah
bagian workshop, jumlah pekerja bagian workshop berjumlah 121 orang. Pada pengetahuan
yang dimiliki pekerja masih kurang, dilihat
dari beberapa faktor penyebab kecelakaan ringan pada pekerja, salah satunya tentang menggunakan APD seperti helm, kaca mata, dan sarung tangan. Hal tersebut dapat terjadi karena
terdapat beberapa pekerja menganggap APD tidak begitu penting
digunakan dalam melakukan pekerjaan. serta kurangnya pengetahuan K3 pekerja seperti adanya pekerja yang kurang mengetahui dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup oleh pekerja. Apabila tidak maka
dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari pekerja dalam. menjalankan peralatan kerja, memahami karakter dari masing-masing mesin dan sebagainya, menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut asal-
asalan, maka akan membahayakan peralatan dan pekerja itu sendiri. Hal ini disebabkan karena latar belakang
pendidikan pekerja dan kurangnya pengetahuan pekerja tersebut disebabkan sosialisasi mengenai pentingnya pengetahuan menjaga keselamataan saat bekerja masih kurang
dilakukan oleh perusahaan. Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari kurangnya pengetahuan K3 dalam hal penggunaan
mesin-mesin dan peralatan otomotif juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal-asalan), beban yang berlebihan
(overloading), kecepatan yang berlebihan,
penempatan beban yang tidak baik dan masih terdapat pelanggaran dalam bekerja seperti tidak menggunakan peralatan keselamatan, ditemukan pekerja yang sedang mengelas tidak menggunakan topeng las. Selain pelanggaran kurangnya pengetahuan K3 pada pekerja ditemukan juga perilaku tidak aman. Terdapat pekerja menggunakan peralatan kerja yang tidak benar, pekerja
melempar peralatan kerja, pekerja merokok di area kerja. Pada saat observasi langsung ditemukan pekerja workshop yang melakukan sikap kerja yang tidak aman seperti
tidak peduli dengan keselamatan, tidak setuju dengan
penggunaan APD, dan tidak mau mengikuti prosedur
kerja. Sebab sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kerja tidak aman
pada pekerja. Pada saat observasi terdapat sikap negatif yang kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci peraturan yang ada di tempat kerja.
Sikap negatif pekerja workshop yang sering dilakukan salah satunya adalah kelalaian dalam penggunaan APD pekerja hanya menggunakan
sebagian APD, yang harus digunakan pekerja workshop, antara lain: helm keselamatan,
masker, sarung tangan, rompi, safety shoes dan kaca mata.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan safety behavior pada pekerja
workshop di PT. Trasindo Murni
Perkasa Kalimantan Timur.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 121 pekerja dengan teknik pengambilan
sampel adalah purposive
sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 pekerja. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2021. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan
dan sikap pekerja workshop.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Safety Behavior pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur. Data primer dalam penelitian didapatkan dari hasil lembar kuesioner.
Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah pekerja
workshop dan profil PT. Trasindo
Murni Perkasa Kalimantan Timur. Analisis
data menggunakan uji Chi-Square.
Hasil
dan Pembahasan
1. Karakteristik Data Umum
Karakteristik pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan Timur:
Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Pekerja Workshop Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin di PT. Trasindo Murni Perkasa
Variable |
Jumlah |
|
N |
% |
|
Umur |
||
24-34 Tahun |
32 |
53,3 |
35-45 Tahun |
28 |
46,7 |
Total |
60 |
100 |
Jenis Kelamin |
||
Laki-Laki |
60 |
100 |
Perempuan |
0 |
0 |
Total |
60 |
100 |
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa dari 60 pekerja workshop yang dijadikan sampel mayoritas umur pekerja rentang
24 sampai 34 tahun yaitu sebanyak 32 pekerja (53,3%). Sedangkan dari hasil tabel
dapat diketahui bahwa dari 60 pekerja
workshop yang dijadikan sampel
mayoritas jenis kelain perkerja laki-laki sebanyak 60 pekerja (100%).
2. Analisis Univariat
a. Deskripsi Variabel Bebas (Independent)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pekerja Workshop Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Safety
Behavior PT. Trasindo Murni
Perkasa Kalimantan Timur
Variabel |
Jumlah |
|
Pengetahuan |
||
Rendah |
35 |
58,3 |
Tinggi |
25 |
41,7 |
Total |
60 |
100 |
Sikap |
||
Buruk |
33 |
55 |
Baik |
27 |
45 |
Total |
60 |
100 |
Safety
behavior |
||
Buruk |
37 |
61,7 |
Baik |
23 |
38,3 |
Total |
60 |
100 |
(Data Primer, 2021)
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 60 pekerja
workshop yang dijadikan sampel
pekerja workshop yang memiliki
pengetahuan dengan kategori tidak baik sebanyak 35 pekerja (58,3%). Sikap pekerja workshop dari 60 pekerja yang dijadikan sampel dengan kategori
tidak baik sebanyak 33 pekerja (55%). Hasil dari 60 pekerja workshop yang dijadikan sampel, pekerja workshop yang memiliki
safety behavior sebanyak 37 pekerja
workshop (61,7%).
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Safety Behavior pada Pekerja
Workshop PT. Trasindo Murni
Perkasa Kalimantan Timur
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Safety Behavior pada
Pekerja Workshop PT. Trasindo
Murni Perkasa Kalimantan Timur
Variabel |
Safety Behavior |
Total |
P-Value |
Rp (95% CI) |
||||
Buruk |
Baik |
|||||||
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|||
Pengetahuan |
||||||||
Rendah |
35 |
58,3 |
0 |
0 |
35 |
58,3 |
0,000 |
12,500 (3,308-47,231) |
Tinggi |
2 |
3,4 |
23 |
38,3 |
25 |
41,7 |
||
Total |
37 |
61,7 |
23 |
38,3 |
60 |
100 |
||
Sikap |
||||||||
Buruk |
26 |
43,3 |
7 |
11,7 |
33 |
55 |
0,003 |
5,403 (1,738-16,791) |
Baik |
11 |
18,4 |
16 |
26,6 |
27 |
45 |
||
Total |
37 |
61,7 |
23 |
38,3 |
60 |
100 |
(Data Primer,
2021)
Berdasarkan tabel
3 hasil analisis bivariat bahwa pekerja dengan pengetahuan tidak baik dan safety behavior tidak baik terdapat 35 pekeja dengan persentase
58,3%.Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square
diperoleh nilai P-Value sebesar 0,000 (p<0,05), maka
Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan safety
behavior pada pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Tahun 2021. Hasil uji kemaknaan biologis diketahui nilai Confident Interval (CI) berada
diantara 3,308-47,231 dan nilai
Ratio Prevalens (RP) sebesar
12,500 maka >1 yang artinya
merupakan faktor risiko dapat disimpulkan
pekerja yang memiliki pengetahuan tidak baik berisiko 12,500 kali lebih besar untuk
mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang memiliki pengetahuan baik.
Sikap pekerja
workshop dengan kategori tidak baik dan safety behavior tidak baik terdapat
26 pekerja dengan persentase 43,3%. Hasil uji bivariat
dengan menggunakan uji
Chi-Square diperoleh nilai
P-Value sebesar 0,003 (p<0,05), maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan safety behavior pada
pekerja workshop di PT. Trasindo
Murni Perkasa Kalimantan Timur. Hasil uji kemaknaan biologis diketahui nilai Confident
Interval (CI) berada diantara
1,738-16,791 dan nilai Ratio Prevalens
(RP) sebesar 5,403 maka
>1 yang artinya merupakan
faktor risiko dapat disimpulkan pekerja yang memiliki sikap tidak baik
berisiko 5,403 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang memiliki sikap baik.
4. Pembahasan
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu kondisi dalam
perkerjaan yang sehat dan aman baik itu
bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat
kerja tersebut. Pada penelitian ini terdapat 10 pertanyaan untuk mengetahui perilaku keselamatan dan
Kesehatan kerja pada pekerja.
Penelitian perilaku K3 yang
baik adalah menggunakan nilai rata-rata dari total skor yang diperoleh dari pekerja, sehingga diketahui bahwa terdapat 61,7% pekerja yang memiliki perilaku buruk, sedangkan sisanya memiliki perilaku baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pekerja dalam perilaku keselamatan dan Kesehatan kerja
(K3). Menurut Lawrance
Green perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu
faktor Predisposisi (pengetahuan dan sikap) , faktor Pendukung (lingkungan fisik dan fasilitas pelayanan kesehatan), dan faktor Pendorong (perilaku keluarga dan perilaku petugas) (KM, 2020).
a. Hubungan antara Pengetahuan dengan Safety
Behavior pada Pekerja Workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan
Timur
Berdasarkan Tabel 3. Hubungan antara Pengetahuan dengan Safety
Behavior pada Pekerja Workshop PT. Trasindo Murni Perkasa yang mempunyai Pengetahuan Safety
Behavior yang tidak baik sebanyak 35 orang (58,3%) dari 35
orang (58,3%). Sedangkan responden
yang mempunyai pengetahuan
safety behavior yang baik yakni
23 orang (38,3%) dari 25 orang (41,7%). Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh
nilai P-Value sebesar 0,000
(p<0,05), maka Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan safety
behavior pada pekerja workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa Tahun 2021.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
peneliian yang dilakukan
oleh Rizky Reza Juandri. Diperoleh hasil bahwa hampir keseluruhan
responden memiliki pengetahuan yang berada pada kategori baik mengenai
penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) (Juandri, 2019). Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Endang yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keselamatan dan Kesehatan kerja (Rahayu, 2015).
Pengetahuan yang didapatkan oleh responden tidak terlepas dari peran
serta pihak manajemen perusahaan yang telah menyampaikan hal – hal yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada
tenaga kerjanya melalui program dan pelatihan sehingga dapat dilihat bahwa responden
telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang diterapkan
di PT. Trasindo Murni
Perkasa.
Masih ada beberapa hal
yang masih perlu diperhatikan dan dicermati baik oleh perusahaan maupun dari tenaga
kerja itu sendiri dikarenakan berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden terdapat 35 (58,3%) pekerja pada bagian workshop yang memiliki pengetahuan tidak baik mengenai penerapan
safety behevior. Tenaga kerja
yang berkerja dibagian
workshop tersebut memiliki tingkat pengetahuan yang tergolong “tidak baik” disebabkan beberapa aspek dalam penerapan program K3 di perusahaan yang tidak diketahui dan dikuasai oleh tenaga kerja tersebut,
yaitu mengenai pentingnya pelatihan K3 bagi tenaga kerja,
pengetahuan yang kurang mengenai tujuan dari penerapan K3 itu sendiri, peran
serta tenaga kerja dalam menyukseskan
program K3 di perusahaan, pentingnya
aspek pemantauan/pengukuran lingkungan kerja, penyediaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) untuk pencegahan kebakaran, pentingnya pelaporan kecelakaan kerja, faktor pencahayaan
yang baik demi kelancaran
proses kerja, dan mengenai bahaya debu bagi
kesehatan tenaga kerja.
Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman
dan juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan orang lain. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu, di tempat kerja telah
dipasang poster- poster keselamatan
dan kalimat-kalimat persuasif
yang mengajak pekerja untuk berperilaku aman seperti memakai
APD. Hal-hal tersebut akan meningkatkan pengetahuan tentang pada pekerja (Soekidjo, 2012).
Dalam ranah perilaku menurut Bloom, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan
yaitu (1) Tahu (know) yaitu pemanggilan kembali (recall) dari memori yang sudah diamati. (2) Memahami
(comprehension) yaitu proses menginterpreatsi
secara benar objek yang telah diketahui. (3) Aplikasi
(application) yaitu menggunakan
kembali pemahaman terhadap suatu objek pada situasi lain. (4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, lau mencari hubungan komponen- komponen yang ada dalam suatu
kasus tertentu. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen
pengetahuan yang dimiliki.(6) Evaluasi (evaluation) yaitu
proses justifikasi atau penilaian objek tertentu. Sehingga, semakin tinggi pengetahuan maka akan semakin tinggi
seseorang melakukan tindakan yang terkait dengan tindakan tersebut (Soekidjo, 2012).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, 2012).
Hasil penelitian sesuai dengan teori menurut
Notoatmodjo, pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat atau individu tentang
aspek-aspek yang bersangkutan,
sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kalalo, bahwa terdapat
hubungan yang signifikan pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja yaitu menggunakan
uji statistic fishers diperoleh nilai
P(0,000) < α (0,05) (Kalalo, 2016).
Berdasarkan penelitian Sandewa, juga mengatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan risiko kecelakaan kerja, dengan menggunakan
uji statistic chi square diperoleh nilai p(0,001) < α 0,05 (Adhiwijaya, 2017). Hasil penelitian dari Aswar, juga mengatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan hubungan antara pengetahuan K3 dengan kecelakaan kerja dimana nilai
Pvalue < α dengan nilai hubungan kedua variabel bernilai kuat (phi=0,655) (Aswar et al., 2016).
b. Hubungan antara Sikap dengan Safety Behavior pada
Pekerja Workshop PT. Trasindo
Murni Perkasa Kalimantan Timur
Berdasarkan Tabel 3. Hubungan antara Sikap dengan Safety Behavior pada
pekerja workshop yang mempunyai
sikap Safety Behavior yang tidak
baik sebanyak 26 orang
(43,3%) dari 33 orang (55%). Sedangkan
responden yang mempunyai Sikap Safety Behavior baik sebanyak 16 orang (26,6%) dari 27
orang (45%). Hasil uji bivariat dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh
nilai P-Value sebesar 0,003
(p<0,05), maka Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan safety behavior pada
pekerja workshop di PT. Trasindo
Murni Perkasa Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. Trasindo Murni Perkasa diketahui sikap pekerja mendukung safety behavior
dikarenakan kesiapan dan kesediaan pekerja untuk bertindak, dimana hal ini
banyak dipengaruhi oleh pengalaman pribadi yang dimiliki pekerja dalam safety behavior. Selain itu safety behavior pada pekerja dipengaruhi oleh faktor emosional dan pengaruh dari lingkungan sekitar pekerja. Selain itu dikaitkan
juga dengan kurangnya pengetahuan pekerja mengenai safety behavior, sesuai dengan yang dikatakan Notoatmojo bahwa pengetahuan yang baik akan menimbulkan sikap yang positif pada seseorang, begitu juga sebaliknya (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan kepada pekerja bagian workshop bahwa dari keseluruhan
60 responden memiliki sikap yang kurang mendukung mengenai penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Sikap
responden disini adalah kesiapan untuk menyesuaikan diri dan bereaksi terhadap objek di lingkungan kerjanya, yaitu dalam hal
ini adalah tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri. Sikap
responden menjelaskan bagaimana responden berpendapat tentang penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) setelah
responden memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan
Azwar yang menyatakan bahwa sikap dipengaruhi
oleh faktor-faktor diantaranya
adalah pengaruh orang lain yaitu komponen social yang ikut mempengaruhi sikap seseorang dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri individu. Factor lain yang mempengaruhi tingkat penerimaan informasi safety
behavior adalah faktor
internal dan eksternal yaitu
dari diri sendiri dan dari luar seperti lingkungan
(Azwar, 2014). Selain itu, penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Erwin Wahyu Pratama tentang hubungan antara perilaku pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja bagian produksi PT Linggarjati Mahardika Mulia di Pacitan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara sikap pekerja dengan
kejadian kecelakaan kerja pada PT Linggarjati Mulia di Pacitan (Kholis & Anis, 2020).
Sikap adalah respon yang tidak teramati secara langsung yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap seseorang
dapat berubah melalui penekanan keselamatan selama kursus pelatihan dan Pendidikan. Sehingga apabila pengetahuan pekerja tentang faktor faktor penyebab kecelakaan kerja baik, maka dapat
menimbulkan sikap dari pekerja yang baik juga. Jika seseorang bersikap baik akan
cenderung memilih berperilaku aman saat bekerja. Perilaku
aman inilah yang diharapkan mampu menghindarkan pekerja dari hal yang tidak
diinginkan seperti kecelakaan kerja. Selanjutnya pekerja yang memiliki sikap baik akan merasa
bahwa prosedur dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan dibentuk untuk melindungi dan meningkatkan produktivitas pekerja (Hidayat, 2019).
Sebaliknya jika pekerja memiliki
sikap buruk maka akan cenderung
tidak peduli terhadap lingkungan dan bahaya yang ada ditempat kerja. Meraka merasa bahwa
prosedur dan peraturan keselamatan dan Kesehatan kerja hanya dibuat dan dibentuk untuk kepentingan perusahaan dan hanya membebani pekerja dengan beberapa peraturan yang menurutnya menghambat kinerja. Sehingga yang memiliki sikap buruk akan melakukan
perilaku tidak aman saat bekerja
yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, dan media informasi (Mullins & McLean, 2019).
Kesimpulan
Ada
hubungan antara pengetahuan dengan safety
behavior pada pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan
Timur dengan nilai p= 0,000
(p<0,05). Ada hubungan antara
sikap dengan safety
behavior pada pekerja workshop PT. Trasindo Murni Perkasa Kalimantan
Timur dengan nilai p= 0,003
(p<0,05).
Adapun
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitin
ini untuk Pimpinanan PT. Trasindo Murni Perkasa agar dapat mengupayakan peningkatan baik secara faktor
internal dalam meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap terhadap safety behavior dari pekerja. Faktor internal misalnya melakukan pelatihan penyegaran baik untuk pekerja
dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Bagi Pekerja Workshop di PT. Trasindo Murni Perkasa agar dapat lebih meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya Pengetahuan dan Sikap terhadap Safety Behavior sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja. Pekerja hendaknya memiliki pengetahuan yang luas dan sikap yang positif agar dapat menumbuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk
berperilaku K3 karena hal tersebut dapat
bekal dalam keselamatan diri pada saat bekerja. Dan bagi peneliti selanjutnya
diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel pengganggu yang tidak diteliti seperti faktor ekonomi, faktor lingkungan dan peran teman sebaya menggunakan
teknik lain seperti kualitatif ataupun deskriptif.
BIBLIOGRAFI
Adhiwijaya, S. S. A. (2017). Hubungan perilaku dengan resiko
kecelakaan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 5(4), 500–506.
Aswar, E., Asfian, P., & Fachlevy, A. F. (2016). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel Mobil Kota
Kendari Tahun 2016. Haluoleo University.
Azwar, S. (2014). Sikap Manusia, Teori &
Pengukurannya.[Edisi II]. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dewi, M., & Wawan, A. (2011). Teori Dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hadipoetro, S. (2014). Manajemen Komprehensif
Keselamatan Kerja Jakarta: Yayasan Putra Tarbiyyah Nusantara. Yayasan Putra
Tarbiyyah Nusantara.
Hidayat, D. (2019). Hubungan antara pengetahuan dan
sikap dengan perilaku penerapan program 5R pada pekerja proyek long span LRT
Cawang Tahun 2019. Universitas Binawan.
Juandri, R. R. (2019). Gambaran Pengetahuan, Sikap,
dan Tindakan Tenaga Kerja Tentang Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
PT. Hutahaean Kecamatan Laguboti Tahun 2018.
Kalalo, S. Y. (2016). Hubungan Antara pengetahuan dan
sikap tentang K3 dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok nelayan di desa
belang kecamatan belang kabupaten minahasa tenggara. PHARMACON, 5(1).
Ketenagakerjaan, I. L. O. T., & di Indonesia, S.
(2013). Memperkuat PeranPekerja Layak dalam Kesetaraan Pertumbuhan. Jakarta:
Kantor ILO Untuk Indonesia.
Kholis, M. N., & Anis, M. (2020). Hubungan
Antara Perilaku K3 Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Di Koperasi Batur Jaya.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
KM, I. S. (2020). Etika dan Perilaku Kesehatan.
Absolute Media.
Mandrioli, D., Schlünssen, V., Adam, B., Cohen, R. A.,
Colosio, C., Chen, W., Fischer, A., Godderis, L., Goeen, T., & Ivanov, I.
D. (2018). WHO/ILO work-related burden of disease and injury: protocol for
systematic reviews of occupational exposure to dusts and/or fibres and of the
effect of occupational exposure to dusts and/or fibres on pneumoconiosis. Environment
International, 119, 174–185.
Mullins, L. J., & McLean, J. E. (2019). Organisational
behaviour in the workplace. Pearson Harlow.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian
kesehatan.
Rahayu, E. P. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Karyawan dengan Penerapan Manajemen Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6), 289–293.
Shihab, A. N. (2018). Hadirnya Negara Di Tengah
Rakyatnya Pasca Lahirnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (The Presence Of The State Among People After The
Declaration Of Law Number 24 Year 2011 Concerning Social Security Administering
Agency). Jurnal Legislasi Indonesia, 9(2), 175–190.
Soekidjo, N. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 131–132.
Sugeng, B., Jusuf, R. M. S., & Pusparini, A.
(2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.