Jurnal Lentera Kesehatan Masyarakat
Vol. 2, No. 1, April 2023
https://jurnalkesmas.co.id
MANAJEMEN
RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA DI PABRIK TAHU TUGUMULYO
SUMATERA SELATAN
Meliyanto Taufik Mustakim
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Email: meliyanto1800029268@webmail.uad.ac.id
Abstrak
Pabrik tahu Tugumulyo, Sumatera Selatan merupakan
industri yang sudah beroperasi sejak tahun 2014 yang bergerak dibidang produksi
tahu dan memiliki 4 orang pekerja. Selain menimbulkan dampak yang positif,
pabrik tahu yang aktif beroperasi ini juga menimbulkan dampak yang negatif
terutama bagi pekerja di sana. Di industri produksi makanan rentan terjadi
kecelakaan yang menimpa pekerja dikarenakan potensi bahaya yang ada di
lingkungan kerja dan berisiko mengakibatkan kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2022 dari hasil
pengamatan ditemukan beberapa permasalahan, salah satunya pada saat bekerja
mereka mengalami cidera ringan, terpleset dan terluka yang diakibatkan
kurangnya hati-hati dalam bekerja serta kondisi lingkungan kerja yang terlihat
tidak baik seperti lantai yang licin, tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
salah seperti Apron, sepatu boot dan sarung tangan. Sedangkan Sikap juga
berpengaruh terhadap perilaku tidak aman karena kurangnya kepedulian pekerja
terhadap keselamatan diri sendiri sehingga mudah terjadinya kecelakaan kerja.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain
penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah
observasional. Proses penilaian risiko mengacu pada Construction Industry
Standard 25:2018. Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metode Hazard
Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC). Metode ini dimulai
dengan mengklasifikasikan aktivitas kerja, mengidentifikasi kemungkinan bahaya
yang terjadi di tempat kerja kemudian dilanjutkan dengan penilaian risiko lalu
memberikan rekomendasi pengendalian bahaya dan risiko sehingga diharapkan dapat
meminimalisir tingkat risiko. Subjek pada penelitian kali ini berjumlah 3
orangpekerja. Pemilihan informan pada penelitian ini yaitu dipilih dengan
menggunakan teknik Snowball Sampling. Penilaian risiko menggunakan metode
Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control pada proses produksi
Tahu di Pabrik Tugumulyo terdapat 12 sumber bahaya tingkat low, 26 sumber
bahaya tingkat medium dan 2 sumber bahaya tingkat high. Aktivitas kerja perebusan
dan penggorengan memiliki sumber bayaha yang berada pada tingkat risiko high
yaitu suhu lingkungan kerja yang tinggi, sementara sumber bahaya yang terdapat
hampir disemua aktivitas kerja adalah lantai yang licin dan basah. Pada proses
pembuatan Tahu di Pabrik Tahu Tugumulyo Sumatera Selatan terdapat 6 sumber
bahaya yaitu physical hazard, mechanical hazard, ergonomic hazard, electricity
hazard, sound hazard, dan vibration hazard. Pengendalian risiko sementara yang
dapat diterapkan yaitu Engineering controls
pada sebagian peralatan produksi serta penggunaan PPE controls berupa sepatu
boot dan apron. Rekomendasi pengendalian yang dibuat pada manajemen risiko
berupa Elimination, Substitution, Engineering controls, Administrative
controls, dan Personal protective equipment (PPE).
Kata kunci: Manajemen Risiko, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja,
HIRARC, Industri Tahu
Pendahuluan
Pabrik Tahu Tugumulyo Sumatera Selatan merupakan
industri yang sudah beroperasi sejak tahun 2014 yang bergerak dibidang produksi
tahu dan memiliki 4 orang pekerja. Selain menimbulkan dampak yang positif,
Pabrik Tahu yang aktif beroperasi ini juga menimbulkan dampak yang negatif
terutama bagi pekerja di sana. Dampak positif dari industri tahu ini yaitu
dapat mempekerjakan masyarakat sekitar sehingga terciptanya lapangan pekerjaan
untuk masyarakat di sekitar pabrik tahu. Namun ada pula dampak negatif yang ditimbulkan
pabrik tahu ini, khususnya bagi pekerja di area produksi tahu karena pekerja
akan selalu berdampingan dan berpapasan dengan bahaya dari aktivitas pekerjaan
mereka. Di industri produksi makanan rentan terjadi kecelakaan yang menimpa
pekerja dikarenakan potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja dan berisiko
mengakibatkan kecelakaan kerja.
Menurut (Aoliso & Lao, 2018), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Kerja,
Kepuasan Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Pegawai” lingkungan kerja
merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja, baik fisik maupun non
fisik yang memengaruhi aktivitas pekerja. Dalam PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan
syarat-syarat K3 lingkungan kerja yang meliputi pengendalian bahaya fisika dan
kimia agar di bawah NAB. Pengendalian bahaya biologi, ergonomi dan psikologi
pekerja agar memenuhi standar. Penyediaan fasilitas dan hygiene di tempat
kerja, dan adanya personil K3 yang memiliki kompetensi di bidang lingkungan
kerja (Menteri Ketenagakerjaan 2018)
Menurut undang-undang republik Indonesia No. 1
tahun 1970 Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya (Indonesia & Indonesia, 1970).
Pabrik Tahu Tugumulyo ini sudah beroperasi
selama kurang lebih 8 tahun sehingga sudah banyak kecelakaan yang terjadi dan
banyak yang tidak tercatat, walaupun selama ini hanya kecelakaan ringan dan
tidak mengancam pekerja, hal tersebut tetap tidak boleh diabaikan. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang dilakukan beberapa kecelakaan yang sering terjadi
antara lain terpeleset, tertabrak, tertimpa, terkena air panas, dan terkena
bara api.
Manajemen risiko merupakan suatu upaya untuk
mencegah terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan atau mengendalikan
bahaya secara terperinci, terencana, terstruktur, dan terintegrasi dengan baik.
Secara umum Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi,
mengukur dan memastikan risiko serta mengembangkan strategi untuk mengelola
risiko tersebut (Mauliyani et al., 2022). Menurut (Dennistian, 2019), Manajemen risiko haruslah
sebuah proses yang
dinamis, tidak statis, dan berubah sejalan dengan kebutuhan dan risiko itu sendiri.
Construction Industry Standard (CIS) atau CIS
25:2018 dikembangkan sebagai Construction Activities Risk Assessment menggunakan
metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) dan
menjadi acuan dalam penelitian ini terutama untuk menentukan tingkat risiko dan
cara pengendaliannya yang bertujuan untuk memanajemen risiko di Pabrik Tahu
Tugumulyo Sumatera Selatan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Pendekatan
penelitian yang digunakan ialah observasional. Proses penilaian risiko mengacu
pada Construction Industry Standard 25:2018 (Al-Swidi et al., 2021). Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metode Hazard
Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC). Metode ini dimulai
dengan mengklasifikasikan aktivitas kerja, mengidentifikasi kemungkinan bahaya
yang terjadi di tempat kerja kemudian dilanjutkan dengan penilaian risiko lalu
memberikan rekomendasi pengendalian bahaya dan risiko sehingga diharapkan dapat
meminimalisir tingkat risiko. Subjek pada penelitian kali ini berjumlah 3 orang
dengan pertimbangan informan tersebut merupakan pekerja yang paling sering
terpapar bahaya pada proses pembuatan Tahu. Pemilihan informan pada penelitian
ini yaitu dipilih dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.
Hasil dan Pembahasan
Pembahasan Hasil Penilaian Risiko
Work activity |
Hazard |
Consequences/ Effect may cause |
L |
S |
R |
RC |
|
A. PENCUCIAN BIJI KEDELAI |
|||||||
1 |
Memindahkan biji kedelai dari karung ke tempat bak cuci |
Ergonomic : pekerja memindahkan beban berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
2 |
Memindahkan air |
Ergonomic : pekerja memindahkan beban berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
3 |
Mencuci biji kedelai |
Ergonomic : pekerja memindahkan beban berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
4 |
Meniriskan biji kedelai |
Ergonomic : pekerja memindahkan beban berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
B. PENGGILINGAN BIJI KEDELAI |
|||||||
1 |
Menghidupkan mesin |
Vibration : paparan getaran dari mesin giling |
gangguan fungsi tangan akibat getaran mesin giling |
3 |
4 |
12 |
M |
Electricity : tersengat listrik yang dihasilkan oleh
mesin giling |
mati rasa dan lumpuh sesaat akibat daya listrik yang
dihasilkan mesin giling |
3 |
4 |
12 |
M |
||
Sound : paparan suara dari mesin giling |
gangguan pendengaran akibat suara mesin giling |
3 |
4 |
12 |
M |
||
2 |
Memasukan biji kedelai ke dalam mesin |
Ergonomic : pekerja memindahkan beban berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
3 |
Memindahkan kedelai yang sudah digiling |
Ergonomic : pekerja memindahkan beban berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
C. PEREBUSAN BIJI KEDELAI |
|||||||
1 |
Memasukan biji kedelai yang sudah digiling ke dalam
kuali |
Ergonomic : pekerja memindahkan beban berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
Physical : terkena air panas |
pekerja mengalami luka bakar ringan akibat terkena air
panas |
3 |
2 |
6 |
M |
||
2 |
Merebus biji kedelai yang sudah digiling |
Physical : pekerja terpapar suhu yang tinggi |
pekerja mengalami gejala dehidrasi akibat suhu
lingkungan kerja yang tinggi di sekitar area perebusan biji kedelai |
4 |
4 |
16 |
H |
Mechanical : peralatan yang digunakan pekerja |
pekerja mengalami luka bakar ringan akibat terkena bara
api maupun kuali panas yang digunakan untuk merebus |
4 |
3 |
12 |
M |
||
Physical : terkena air panas |
pekerja mengalami luka bakar ringan akibat terkena air
panas |
3 |
2 |
6 |
M |
||
D. PEMISAHAN AMPAS TAHU DAN SARI TAHU |
|||||||
1 |
Memasang penyaring ampas tahu pada alat pengayak |
Ergonomic : pekerja bekerja ditempat yang tinggi dan
sempit |
cedera ringan akibat terjatuh saat memasang penyaring
ampas tahu pada alat pengayak |
2 |
3 |
6 |
M |
2 |
Menghidupkan mesin pada alat pengayak |
Electricity : tersengat listrik saat menghidupkan mesin
pada alat pengayak |
luka bakar parah akibat tersengat listrik |
1 |
5 |
5 |
M |
3 |
Membuang ampas tahu yang tertahan pada penyaring |
Physical : limbah ampas tahu yang panas |
luka bakar ringan akibat terkena limbah ampas tahu |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : terkena air panas |
pekerja mengalami luka bakar ringan akibat terkena air
panas |
3 |
2 |
6 |
M |
||
E. PEMBERIAN CUKA PADA SARI TAHU DAN
PENCETAKAN TAHU |
|||||||
1 |
Menuangkan cuka pada bak penampungan |
Physical : paparan uap panas dari bak penampungan |
luka bakar ringan akibat terkena bak penampungan dan
uap panas |
4 |
2 |
6 |
M |
2 |
Mengangkat tatakan atau cetakan tahu ke meja pencetakan |
Ergonomic : pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan
dengan pekerjaan lain |
luka ringan akibat tersandung dan terjepit |
3 |
2 |
6 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
3 |
Menuangkan sari tahu ke dalam tatakan atau cetakan tahu |
Mechanical : alat cetakan yang masih tradisional |
luka bakar ringan akibat terkena bak sari tahu yang
masih panas |
3 |
2 |
6 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
4 |
Meletakan pemberat pada cetakan tahu |
Ergonomic : alat pemberat yang masih berupa batu atau
cetakan semen |
cedera parah pada kaki akibat tertimpa pemberat |
2 |
4 |
6 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
F. PEMOTONGAN TAHU |
|||||||
1 |
Memindahkan tahu yang siap potong kemeja pemotongan |
Ergonomic : mengangkat benda berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
||
2 |
Memotong tahu menggunakan pisau dan mistar |
Mechanical : menggunakan benda tajam pada posisis kerja
yang tidak ideal |
luka ringan akibat terkena pemotong tahu |
4 |
3 |
12 |
M |
G. PENGGORENGAN TAHU |
|||||||
1 |
Memasukan tahu ke kuali penggorengan |
Mechanical : peralatan penggorengan yang masih
tradisional |
luka bakar ringan akibat percikan minyak panas |
4 |
3 |
12 |
M |
2 |
Menggoreng tahu |
Mechanical : peralatan penggorengan yang masih
tradisional |
luka bakar ringan akibat percikan minyak panas |
4 |
3 |
12 |
M |
Physical : pekerja terpapar suhu yang tinggi |
pekerja mengalami gejala dehidrasi akibat suhu
lingkungan kerja yang tinggi di sekitar area perebusan biji kedelai |
4 |
4 |
16 |
H |
||
3 |
Meniriskan tahu yang sudah di goreng |
Mechanical : mengangkat benda berat |
cedera punggung akibat mengangkat beban berat |
3 |
3 |
9 |
M |
Physical : terkena minyak panas |
luka bakar ringan |
4 |
3 |
12 |
M |
||
Physical : lantai yang licin dan basah |
nyeri pada pergelangan kaki akibat terpeleset dan
terjatuh |
3 |
1 |
3 |
L |
Pekerja akan selalu berdampingan dengan
bahaya dan risiko dari aktivitas pekerjaan mereka, baik aktivitas kerja yang
beresiko rendah (low risk)
sampai aktivitas kerja yang berisiko
tinggi (high risk). Apabila hal
tersebut terabaikan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dikarenakan potensi
bahaya dan risiko yang ada di lingkungan kerja. Pada penelitian kali ini
manajemen risiko K3 dilakukan untuk meminimalisir risiko yang ada pada proses
pembuatan tahu di pabrik tahu Tugumulyo dengan menggunakan metode HIRARC.
Berdasarkan hasil observasi terdapat 7 proses pembuatan tahu yang dilakukan oleh
pekerja di Pabrik Tahu Tugumulyo yaitu:
1)
Pencucian
biji kedelai dilakukan oleh 2 orang pekerja dengan menggunakan bak dan air.
Pada proses pencucian ini pekerja harus memindahkan air dan kedelai yang akan
dicuci menggunakan bak. Pada proses pencucian biji kedelai ini terdiri dari 4
tahapan yaitu Memindahkan biji kedelai dari karung ke tempat bak cuci,
Memindahkan air, Mencuci biji kedelai dan Meniriskan biji kedelai
2)
Penggilingan
biji kedelai dilakukan oleh 2 orang pekerja yang sama menggunakan mesin giling.
Dalam 1 kali penggilingan sekitar 10 kg biji kedelai dimasukan kedalam mesin
secara bergantian. Proses ini terdiri dari 3 tahapan yaitu Menghidupkan mesin,
Memasukan biji kedelai kedalam mesin, dan Memindahkan kedelai yang sudah
digiling.
3)
Perebusan
biji kedelai dilakukan oleh 2 orang yang sama menggunakan kuali dan tungku yang
besar. Biji kedelai yangs sudah digiling dimasukan kedalam tunggu secara manual
dalam proses ini terdiri dari 2 tahapan yaitu Memasukan biji kedelai yang sudah
digiling ke dalam kuali dan Merebus biji kedelai yang sudah digiling
4)
Pemisahan
ampas tahu dan sari tahu dilakukan oleh 2 orang yang sama dimana sari kedelai
yang sudah direbus dimasukan ke penyaringan menggunakan pipa yang terhubung ke
tungku. Proses ini terdiri dari 3 tahapan yaitu memasang penyaring ampas tahu
pada alat pengayak, Menghidupkan mesin pada alat pengayak, dan Membuang ampas
tahu yang tertahan pada penyaring
5)
Pemberian
cuka pada sari tahu dan pencetakan tahu dilakukan oleh orang yang sama. Pada
proses 1-5 dikerjakan oleh 2 orang yang sama dan dilakukan secara bersamaan.
Setelah proses pemisahan ampas tahu, sari tahu dialirkan ke bak penampungan
menggunakan pipa dan kemudian diberi cuka setelah itu sari tahu siap untuk
dicetak. Pada proses ini terdiri dari 4 tahap yaitu Menuangkan cuka pada bak
penampungan, Mengangkat tatakan atau cetakan tahu ke meja pencetakan,
Menuangkan sari tahu kedalam tatakan atau cetakan tahu, dan Meletakan pemberat
pada cetakan tahu.
6)
Pemotongan
tahu yang dilakukan oleh 1 orang. Setelah tahu dicetak kemudian dibawa ke meja
potong untuk dipotong sesuai ukuran. Pada proses ini terdiri dari 2 tahapan
yaitu Memindahkan tahu yang siap potong kemeja pemotongan dan Memotong tahu
menggunakan pisau dan mistar.
7)
Penggorengan
tahu dilakukan oleh 1 orang. Setelah tahu dipotong-potong sesuai ukuranya
kemudian dipindahkan ke penggorengan. Pada proses ini terdiri dari 2 tahapan
yaitu Memasukan tahu ke kuali penggorengan, Menggoreng tahu, dan Meniriskan
tahu yang sudah digoreng.
Identifikasi Bahaya
Setelah
mengetahui aktivitas kerja di Pabrik Tahu Tugumulyo selanjutnya
mengidentifikasi bahaya bahaya pada aktivitas pekerja di Pabrik Tahu Tugumulyo.
Ada 10 sumber bahaya berdasarkan sumbernya energinya yaitu Temperatur, Biologi,
Kimia, Elektrik, Gravitasi, Mekanik, Getaran, Tekanan, Radioaktif, Dan Suara.
Menurut Erick (Dennistian, 2019) dalam situs resmi National Association of Safety Professional (NASP)
menyebutkan bahwa ada 6 top workplace
hazard yaitu biological, chemical
ergonomic, physical, psychological, dan
safety (Purwanto et al., 2022).
Menurut (Ramli, 2020), ada banyak sekali sumber energi sebagai sumber bahaya di
suatu lingkungan kerja seperti Gravitasi, Bising, Getaran, Kimia, Listrik,
Makanikal, Termal, Tekanan, Radiasi, Dan Mikrobiologis. Jenis bahaya juga dapat
diklasifikasikan menjadi 5 yaitu Bahaya Mekanis, Bahaya Listrik, Bahaya Fisis,
Bahaya Biologis, dan Bahaya Kimia.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bahaya yang ada di
Pabrik Tahu Tugumulyo adalah sebagai berikut:
1)
Physical
hazard (Bahaya fisik) yang ditemukan dari hasil observasi dan identifikasi di
Pabrik Tahu Tugumulyo antara lain lantai yang licin, terkena air panas, terkena
minyak panas, terkena limbah tahu yang panas dan suhu ruangan yang tinggi.
Risiko yang ditimbulkan dari bahaya fisik ini meliputi terkilir, luka bakar dan
dehidrasi.
2)
Mechanical
hazard (Bahaya mekanik) yang ditemukan dari hasil observasi dan identifikasi yaitu
pada peralatan yang digunakan pekerja baik benda tajam maupun peralatan yang
masih tradisional. Risiko yang ditimbulkan berupa luka bakar ringan dan luka
akibat benda tajam.
3)
Ergonomic
hazard (Bahaya Ergonomi) terdapat pada hampir semua aktivitas kerja di Pabrik
Tahu Tugumulyo. Terutama saat memindahkan benda berat seperti memindahkan biji
kedelai kedalam mesin giling dan ke tungku perebusan dan dalam keadaan basah
dan teknik mengangkat yang tidak benar. Risiko yang ditimbulkan yaitu cedera
punggung dan terkilir. Menurut (Keperawatan et al., 2019),bahaya ergonomi memiliki banyak risiko apabila dilakukan
secara terus-menerus.
4)
Electricity
hazard (Bahaya elektrik) teridentifikasi terdapat pada saat proses menghidupkan
mesin baik itu mesin giling yang berbahan bakar bensin maupun alat pengayak
yang bertenagakan listrik. Pekerja yang terkena dampak sengatan listrik dari ke
2 mesin ini pun berbeda. Untuk mesin giling pekerja yang hanya mengalami kebas
dan kesemutan dikarenakan listrik berasal dari mesin itu sendiri yang
bertegangan rendah, sedangkan untuk mesin pengayak belum ada pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja. Namun dapat dipastikan pekerja akan mengalami luka
bakar parah karena sumber tenaga mesin pengayak berasal dari listrik PLN yang
bertegangan tinggi. Menurut (Ekawati et al., 2021), Luka akibat sengatan listrik merupakan luka yang
disebabkan oleh trauma listrik, dimana jenis trauma ini disebabkan oleh adanya
persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan
luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energy panas.
Berdasarkan hasil interview belum
pernah ada pekerja yang terkena listrik saat bekerja di pabrik ini.
5)
Sound hazard (Bahaya
kebisingan) berdasarkan hasil observasi yang dilakukan suara yang dihasilkan
oleh mesin giling berlangsung selama proses penggilingan berlangsung. Mesin
giling yang berada 1 ruangan dengan para pekerja menyebabkan pekerja terpapar
langsung dengan sumber bahaya tersebut.
6)
Vibration
hazard (Bahaya getaran) berdasarkan hasil observasi sumber bahaya ini terdapat
pada mesin giling. Sedikitnya interaksi pekerja dengan mesin giling menyebabkan
sumber bahaya tersebut hanya mengeksposure pekerja yang menghidupkan mesin
giling dengan rentan waktu yang singkat.
Berdasarkan
hasil interview
Gambar 1. NAB Pekerjaan Mengangkat
Sumber
: Permenaker No. 5 Tahun 2018
Pada proses
pemisahan sari tahu dan ampas tahu menggunakan mesin ayakan yang dihubungkan
melalui pipa sehingga biji kedelai yang sudah direbus langsung dialirkan
menggunakan pipa tersebut. Saat pemasangan kain penyaring pekerja harus naik
keatas mesin pengayak untuk mengaitkan kain tersebut diruang gerak yang
terbatas dan tidak terlalu tinggi. Saat pencetakan tahu pekerja menggunakan
pemberat seadanya seperti batu dan blok semen, pernah terjadi kecelakaan dimana
pemberat yang diangkat oleh pekerja terjatuh dan mengenai kaki pekerja yang
mengangkatnya sehingga pekerja harus diliburkan beberapa hari. Pada proses
pemotongan dan penggorengan tahu peralatan yang digunakan masih sangat
tradisional dan kurang menunjang untuk keselamatan pekerja. Saat menggoreng tahu
pekerja hanya menggunakan apron berbahan kain untuk menghindari cipratan minyak
panas. Berdasarkan hasil interview belum
pernah terjadi kecelakaan yang mengharuskan pekerjanya libur pada proses
pemotongan dan menggoreng tahu.
Ada bahaya
yang tidak begitu terlihat namun sangat berdampak pada pekerja terutama oleh
pekerja yang bekerja di area tersebut yaitu suhu ruangan. Hasil dari observasi
dan interview menunjukkan bahwa suhu
ruangan terutama yang berada disekitar aktivitas perebusan dan menggoreng tahu,
sehingga pekerja di area tersebut mengalami gejala dehidrasi. Pada suhu ruangan
yang tinggi, tubuh mengalami peningkatan suhu lebih tinggi dari biasanya dan
tekanan terhadap kardiovaskular
lebih tinggi sehingga
mengakibatkan proses dehidrasi
lebih tinggi sebagai
bentuk perlawanan terhadap peningkatan suhu tersebut (Mintarto & Fattahilah, 2019).
Sumber bahaya
dapat menyebabkan kecelakaan kerja apabila adanya interaksi antara pekerja
dengan sumber bahaya. Proses pembuatan tahu mengharuskan pekerja selalu
berdampingan dengan bahaya dan risiko dari aktivitas pekerjaan mereka sehingga
interaksi antara pekerja dan sumber bahaya tidak dapat terhindar. Sumber bahaya
diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan yaitu Low,
Medium, dan High. Menurut (Anwar dan Sugiharto, 2018), kecelakaan kerja
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, tingkat pendidikan, masa kerja,
tingkat pengetahuan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD).
Setelah semua
sumber bahaya teridentifikasi dan mengetahui semua risiko yang ada pada proses
pembuatan tahu di Pabrik tahu Tugumulyo, selanjutnya dilakukan penilaian
risiko. Dengan mengetahui sumber bahaya apa saja yang ada dan risiko yang
ditimbulkan maka penentuan tingkat likelihood
dan severity akan lebih mudah
dilakukan. Penilaian risiko pada aktivitas pekerja di tahu Pabrik Tahu
Tugumulyo menggunakan metode Hazard
Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC) berdasarkan Construction Industry Standard 25:2018.
Penilaian
risiko merupakan keseluruhan proses dari identifikasi risiko, analisis risiko,
dan evaluasi risiko. Risiko dapat dinilai pada tingkat organisasi, tingkat
departemen, proyek, serta kegiatan individu atau risiko tertentu. Penilaian
risiko juga memberikan pemahaman tentang risiko, penyebab risiko, konsekuensi
risiko, dan probabilitas dari risiko tersebut (Institution, 2018).
Cara
penilaian risiko dimulai dengan seberapa sering paparan tersebut terkena
pekerja (Likelihood) dan seberapa
besar dampak yang diakibatkan oleh sumber bahaya tersebut (Severity). Nilai dari suatu risiko atau Risk Level didapatkan melalui hasil kali dari 2 variabel diatas.
Menurut (Triswandana dan Armaeni, 2020), subjek penilaian risiko merupakan
hasil kali dari tingkat probabilitas terjadinya risiko tersebut dan tingkat
keparahan yang diakibatkan apabila risiko tersebut terjadi, maka akan
menghasilkan nilai dari suatu risiko yaitu risiko tingkat rendah (low) hingga sangat tinggi (very high).
Penentuan
tingkat likelihood pada setiap
potensi bahaya yang ditemukan saat observasi berdasarkan seberapa sering pekerja
terpapar sumber bahaya dan penentuan tingkat severity berdasarkan pada dampak yang diterima pekerja akibat
terpapar sumber bahaya. Masing-masing diberi poin 1-5 berdasarkan hasil
observasi dan interview peneliti. Menurut (Situmeang & Sirait, 2021), estimasi
terhadap frekuensi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja (likelihood) harus mempertimbangkan
seberapa sering dan lamanya pekerja terpapar potensi bahaya untuk menentukan
tingkat likelihood disetiap potensi
bahaya yang teridentifikasi. Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan
memerlukan pertimbangan dari beberapa banyak orang yang terkena dampak dan
anggota tubuh mana saja yang terpapar potensi bahaya.
Berdasarkan
buku Standard Industri Pembinaan (Construction
Industry Standard) Risk
Classification atau Klasifikasi Risiko terdiri dari low, medium, dan high. Klasifikasi risiko berdasarkan
hasil kali Likelihood dan Severity yaitu 1-3 untuk risiko yang
berada pada tingkatan low, 4-14 untuk
risiko yang berada pada tingkat medium,
dan 15-25 untuk risiko yang berada pada tingkat high. Risiko yang terklasifikasi pada tingkatan low dilabeli dengan warna hijau, medium
warna kuning dan high warna merah untuk membedakan satu sama lain dalam tabel
matriks maupun tabel HIRARC (Al-Swidi et al., 2021).
Hasil dari
penilaian risiko menggunakan metode Hazard
Identification, Risk Assessment, and Risk Control pada proses produksi tahu
di Pabrik Tugumulyo terdapat 12 sumber bahaya tingkat low, 26 sumber bahaya tingkat medium
dan 2 sumber bahaya tingkat high. 2
dari 7 aktivitas kerja pada proses pembuatan tahu di Pabrik Tahu Tugumulyo
memiliki potensi bahaya yang signifikan. Aktivitas kerja tersebut yaitu
perebusan dan penggorengan tahu, pada 2 aktivitas kerja tersebut terdapat
sumber bahaya tingkat high yang
berhubungan dengan suhu ruangan. Suhu ruangan yang tinggi mengakibatkan pekerja
mengalami gejala dehidrasi. Maka diperlukannya tindakan untuk menghilangkan
sumber bahaya tersebut sebelum memulai pekerjaan.
Evaluasi
bahaya dan risiko merupakan langkah yang dilakukan sebelum melakukan
pengendalian. Evaluasi bahaya dan risiko dilakukan ketika penentuan tingkat
risiko telah diselesaikan dan mengetahui gambaran serta keparahan yang dapat
ditimbulkan dari bahaya atau risiko tersebut. Ada 2 kemungkinan dari hasil
evaluasi bahaya dan risiko yaitu risiko dapat ditolerir dan tidak dapat
ditolerir. Evaluasi bahaya dilakukan untuk mengetahui apakah bahaya pada
aktivitas kerja tersebut dapat ditolerir atau tidak.
Menurut Guidelines for Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control Department of Occupational Safety and Health
Ministry of Human Resources Malaysia risiko yang diidentifikasi sebagai
sumber bahaya low dapat ditoleransi dan
pengendalian bahaya mungkin belum diperlukan, akan tetapi jika sumber bahaya
tersebut dapat diselesaikan dengan segera maka pengendalian bahaya harus
dilaksanakan (Farid Hakem, 2022).
Berdasarkan
hasil evaluasi hazard pada proses
pembuatan tahu di Pabrik Tahu Tugumulyo terdapat 12 hazard yang berada pada risk
level low, 27 hazard yang berada pada risk
level medium, dan 2 hazard yang
berada pada risk level high. Belum
adanya tindakan pengendalian risiko yang diterapkan sebelumnya pada sebagian
besar aktivitas kerja saat proses pembuat tahu menyebabkan hazard
yang ada pada aktivitas kerja berada pada tingkat medium risk sampai high risk (Lucasnussy, 2020).
Dalam (Institution, 2018), Evaluasi risiko merupakan perbandingan dari perkiraan
tingkat risiko dengan kriteria risiko yang telah ditentukan untuk menentukan
tingkat dan jenis risiko. Evaluasi risiko menggunakan pemahaman tentang risiko
yang diperoleh selama analisis risiko untuk membuat keputusan tentang tindakan
yang akan dilakukan. Pertimbangan etika, hukum, keuangan dan lainnya, termasuk
persepsi risiko, juga merupakan masukan untuk keputusan tersebut (Setiawan et
al., 2022).
Pengendalian Bahaya dan Risiko
Pengendalian
bahaya dan risiko bertujuan untuk melindungi pekerja dari paparan bahaya yang
ada di setiap aktivitas pekerjaan mereka. Dalam pengendalian bahaya dan risiko
terdapat HIRARKI pengendalian dan harus dilakukan secara berurutan yang terdiri
dari Elimination yaitu menghilangkan bahaya atau sumber bahaya
yang ada, Substitution yaitu
mengganti peralatan dengan peralatan yang memiliki sumber bahaya lebih rendah, Engineering Control yaitu merekayasa
lingkungan kerja dengan tujuan mengisolasi sumber bahaya, Administrative Control yaitu mengatur pekerja supaya tidak
terpapar sumber bahaya, PPE Control atau
alat pelindung diri digunakan untuk melindungi dari bahaya yang masih tersisa
setelah 4 pengendalian sebelumnya dilakukan.
Menurut James
B. Lucas dalam situs resmi Centers For
Disease Control (CDC) hirarki pengendalian atau Hierarchy of Controls merupakan cara untuk menentukan tindakan
terbaik dalam mengontrol Exposure
(paparan), memiliki 5 tingkatan tindakan pengendalian untuk mengurangi bahkan
menghilangkan bahaya. Berikut urutan Hierarchy
of Controls berdasarkan keefektifannya; Elimination,
Substitution, Engineering controls, Administrative controls, dan Personal protective equipment (PPE) (MIFTAHUL RESKI PUTRA NASJUM, 2020).
Berdasarkan
hasil observasi diketahui bahwa belum adanya pengendalian risiko yang
diterapkan pada sebagian besar aktivitas kerja menyebabkan 28 hazard yang ada
pada aktivitas kerja berada pada tingkat medium
sampai high. Pengendalian risiko
perlu diterapkan untuk mengurangi risiko sampai pada batas dapat ditolerir.
Tindakan pengendalian risiko dilakukan dengan cara hirarki kontrol untuk
menentukan tindakan terbaik dalam mengurangi tingkat risko. Terdapat 7 proses
pembuatan tahu dengan 12 low risk 27 medium risk dan 2 high risk.
Menurut buku
yang berjudul “Standard Industri Pembinaan (Construction
Industry Standard)” rekomendasi tindakan pengendalian dari risk level low sampai risk level high
memiliki perbedaan. Pada risk level low risiko yang ada dapat ditolerir
dengan tidak diperlukannya tindakan pengendalian dan pemantauan sesering
mungkin untuk memastikan tingkatan risiko yang ditetapkan akurat serta tidak
bertambah seiring berjalanya waktu. Pada risk
level medium tindakan pengendalian dilakukan dengan evaluasi bahaya untuk
menentukan tingkat risiko dalam periode waktu yang ditentukan, pengendalian
sementara berupa administrative controls
atau PPE control untuk sementara
selama pengendalian jangka panjang dibuat, dan diperlukannya manajemen yang
baik. Pada risk level high risiko
yang ada tidak dapat ditolerir dan harus dikurangi tingkat risikonya sebelum
pekerjaan dimulai, tindakan pengendalian risiko tidak boleh bergantung pada
alat pelindung diri (APD), jika memungkinkan bahaya harus dihilangkan sebelum pekerjaan
dimulai serta tinjauan manajemen diperlukan sebelum pekerjaan dimulai (Al-Swidi et al., 2021).
Rekomendasi
pengendalian suhu ruangan terutama di area sekitar aktivitas kerja perebusan
dan penggorengan tahu dilakukan dengan menggunakan alat penata udara seperti
kipas angin. Bisa juga dengan menambahkan beberapa ventilasi tambahan di area
sekitar aktivitas kerja perebusan dan penggorengan tahu. Hal ini sesuai dengan
KEPMENKES No.1405 Tahun 2002 Tentang Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri dimana apabila suhu udara di lingkungan kerja lebih dari 28o
C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner (AC), kipas
angin, dll (MIFTAHUL RESKI PUTRA NASJUM, 2020).
Hal tersebut
dapat dilihat pada simulasi berikut:
Gambar 2. NAB Pekerjaan Mengangkat
Sumber
: Permenaker No. 5 Tahun 2018
Dari simulasi
gambar diatas, didapat posisi aman mengangkat beban berat seberat 10 Kg yang
dapat digunakan pekerja dengan waktu kerja lebih dari 2 jam dengan maksimal
pekerjaan yang lakukan pekerja sebanyak 29 kali dalam 1 jam. Berikut
langkah-langkah manual handling berdasarkan PERMENAKER No. 5 Tahun 2018:
1)
Menentukan durasi pekerjaan mengangkat, yaitu
waktu/ lamanya pekerja melakukan pekerjaan mengangkat pada hari tersebut.
2)
Tentukan frekuensi angkat yang harus
dilakukan pekerja per jam
3)
Gunakan gambar diatas untuk mengetahui NAB
Beban Angkat, yang terkait dengan durasi dan frekuensi angkat.
4)
Tentukan zona vertikal berdasarkan letak
tangan di titik awal pengangkatan’
5)
Tentukan zona horizontal, berapa jauh benda
yang akan diangkat terhadap tubuh
6)
Pilih NAB Beban Angkat yang sesuai dengan
zona horizontal, berdasarkan frekuensi dan durasi angkat.
7)
Pertimbangkan beban di titik tujuan.
Bila beban diletakkan dengan cara yang tidak biasa, misalnya dengan perlahan
dan hati-hati, ulangi langkah 4 sampai 6, menggunakan titik tujuan angkat
(bukan titik awal angkat)
Kesimpulan
Dari hasil penelitian manajemen risiko
keselamatan dan kesehatan pada pekerja di pabrik tahu Tugumulyo, Sumatera
Selatan dapat disimpulkan bahwa: a). Pada proses pembuatan tahu di pabrik tahu
Tugumulyo, Sumatera Selatan terdapat 6 sumber bahaya yang dapat membahayakan
pekerja saat memproduksi tahu yaitu bahaya fisik yaitu lantai yang licin dan
suhu ruangan, bahaya mekanik yaitu peralatan yang digunakan, bahaya ergonomi
yaitu mengangkat benda berat, bahaya listrik seperti arus listrik dari mesin,
bahaya suara yaitu suara mesin giling, dan yang terakhir bahaya getaran yaitu
getaran dari mesin giling. b). Berdasarkan hasil manajemen risiko k3 diketahui
bahwa terdapat 2 risiko tingkat tinggi pada aktivitas perebusan dan
penggorengan tahu yang dapat mengakibatkan gejala dehidrasi pada pekerja.
Terdapat 27 risiko tingkat sedang pada semua aktivitas pembuatan tahu yang
dapat mengakibatkan cedera dan luka ringan pada pekerja. Serta terdapat 12
risiko tingkat rendah pada hampir semua aktivitas pembuatan tahu yang
mengakibatkan nyeri pada pergelangan kaki pekerja. c). rekomendasi pengendalian
risiko dilakukan berurutan berdasarkan herarcy hierarchy of control.
Pengendalian yang sudah ada dan diterapkan pada proses pembuatan tahu yaitu
rekayasa teknik pada sebagian peralatan produksi serta penggunaan APD berupa
sepatu boot dan apron. Rekomendasi pengendalian sementara dibuat berdasarkan
Construction Industry Standard 25:2018. Rekomendasi pengendalian untuk suhu
ruangan dan angkat angkut berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018.
BIBLIOGRAFI
Al-Swidi,
A. K., Gelaidan, H. M., & Saleh, R. M. (2021). The Joint Impact Of Green
Human Resource Management, Leadership And Organizational Culture On Employees’
Green Behaviour And Organisational Environmental Performance. Journal Of
Cleaner Production, 316, 128112.
Aoliso, A.,
& Lao, H. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Pada Pt. Taspen (Persero) Kantor Cabang Kupang. Bisman-Jurnal
Bisnis & Manajemen, 3(01), 9–16.
Dennistian,
R. (2019). Manajemen Risiko Usaha Pembibitan Tanaman Buah Dalam Perkembangan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Desa Sukahati (Study Kasus Di Kelompok Tani
Tunas Hijau. Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah, 3(1),
52–65.
Ekawati, F.
A., Carolina, Y., Sampe, S. A., & Ganut, S. F. (2021). The Efektivitas
Perilaku Cerdik Dan Patuh Untuk Mencegah Stroke Berulang. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 118–126.
Https://Doi.Org/10.35816/Jiskh.V10i1.530
Farid
Hakem, N. (2022). Risk Assessment On Clinical Waste Activity For A Selected
Dialysis Activity/Farid Hakem Nozlan. Universiti Malaya.
Indonesia,
R., & Indonesia, P. R. (1970). Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang:
Keselamatan Kerja. Sekretariat Negara: Jakarta.
Institution,
B. S. (2018). Bs Iso 45001: 2018: Occupational Health And Safety Management
Systems-Requirements With Guidance For Use. Bsi Standards Limited.
Keperawatan,
P., Ngudia, S., & Madura, H. (2019). Kasus Tersengat Listrik Pada Anak
Di Desa Mlajah Listrik Merupakan Salah Satu Sumber Kehidupan Manusia Saat Ini ,
Hampir Semua Orang Didunia Khususnya Di Indonesia Menggunakan Listrik Untuk
Memudahkan Aktivitas Mereka Sehari-Hari . Berdasarkan Data Kement. 1,
1–7.
Lucasnussy,
M. N. (2020). Gerakan Aliansi “Rakyat Indonesia Menggugat” Di Kupang
Menentang Kekerasan Human Trafficking.
Mauliyani,
H., Fauziah, M., Studi, P., Masyarakat, K., Masyarakat, F. K., Jakarta, U. M.,
Selatan, K. T., Identificatio, H., & Assessment, R. (2022). Identifikasi
Risiko Keselamatan Kerja Metode ( Hirarc ) Pada Tahap Pembuatan Tangki Di Pt .
Gemala Saranaupaya. 2(2), 163–174.
Miftahul
Reski Putra Nasjum. (2020). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における
健康関連指標に関する共分散構造分析title. In Kaos
Gl Dergisi (Vol. 8, Issue 75).
Https://Doi.Org/10.22216/Jit.2015.V9i4.1238.De
Mintarto,
E., & Fattahilah, M. (2019). Efek Suhu Lingkungan Terhadap Fisiologi Tubuh
Pada Saat Melakukan Latihan Olahraga. Jses : Journal Of Sport And
Exercise Science, 2(1), 9. Https://Doi.Org/10.26740/Jses.V2n1.P9-13
Purwanto,
A. D., Ibrahim, A., Ulfa, A., Parwati, E., & Supriyono, A. (2022).
Pengembangan Model Identifikasi Habitat Bentik Menggunakan Pendekatan
Segmentasi Object-Based Image Analysis (Obia) Dan Algoritma Machine Learning (Studi
Kasus: Pulau Pari, Kepulauan Seribu). Jurnal Kelautan Nasional, 17(2),
131. Https://Doi.Org/10.15578/Jkn.V17i2.10377
Ramli, R.
(2020). Correlation Of Mothers’ Knowledge And Employment Status With Exclusive
Breastfeeding In Sidotopo. Jurnal Promkes, 8(1), 36.
Https://Doi.Org/10.20473/Jpk.V8.I1.2020.36-46
Setiawan,
F. B., Sutrisno, P. U., Pratomo, L. H., & Riyadi, S. (2022). Penerapan
Algoritma Hsv Pada Autonomous Car Untuk Sistem Self-Driving Berbasis Raspberry
Pi 4. Jurnal Rekayasa Elektrika, 18(4), 255–262.
Https://Doi.Org/10.17529/Jre.V18i4.27495
Situmeang,
A., & Sirait, G. (2021). Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko Upaya
Mengurangi Tingkat Kecelakaan Di Area Logistik Pada Pt Osi Electronics. Prosiding
Seminar Nasional Ilmu Sosial Dan Teknologi, 3, 184–195.
Https://Ejournal.Upbatam.Ac.Id/Index.Php/Prosiding/Article/View/6435
Terok, Y.
C., Diana, V. D. D., & Hilman, A. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dan Tindakan Tidak Aman Dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja Pada Kelompok Nelayan Di Desa Tambala. Kesmas, 9(1),
114–121.