Jurnal Lentera Kesehatan
Masyarakat
Vol. 1, No.2, Agustus 2022
https://jurnalkesmas.co.id
ANALISIS KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) FULL BODY HARNESS
PADA PEKERJA PLN ULP AMUNTAI TAHUN 2020
Amita Daniati¹, Wiga Welyusa
Fadilla²
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Email: amitadaniatiuad16@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang : Green menyatakan bahwa
perilaku kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, yang pertama yaitu
faktor predisposisi (predisposing factor)
yang meliputi usia, masa kerja, pengetahuan, sikap, sistem budaya, serta
tingkat pendidikan. Faktor kedua yaitu faktor pemungkin
(enabling factor) yang
mencakup sarana dan prasarana/fasilitas. Faktor ketiga yaitu faktor penguat (reinforcing factor) yang meliputi
sikap pekerja, dan peraturan yang berlaku. Berdasarkan study observasi yang
peneliti lakukan pada tanggal 24 April 2020. Ditemukan permasalahan mengenai
FBH yaitu kurangnya kedisiplinan dan komitmen dalam penggunaan FBH, SDM belum
sepenuhnya aware terhadap penggunaan FBH, belum semua
teredukasi terkait perbedaan safety belt dengan FBH, serta masih banyak pekerjaan atau titik
lokasi pekerjaan tidak sebanding dengan penyediaan peralatan FBH. Tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
penggunaan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Metode :
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif analitik, yang
dilakukan untuk memperoleh analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan penggunaan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Sampel
penelitian yang diambil sebanyak 35 responden. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah kuesioner dalam bentuk google form. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat
dengan uji statistik Chi Square. Hasil : Hasil
uji statistik Fisher’s Exact
menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan
kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value =
1,000). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value = 0,499). Hasil uji statistik Fisher’s
Exact menunjukkan ada hubungan antara kelengkapan APD
FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value
= 0,035). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengawasan
dengan kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value
= 1,000). Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara kepatuhan penggunaan
APD FBH dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengawasan. Ada hubungan
antara kelengkapan APD FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH.
Kata kunci: Kepatuhan; Alat Pelindung Diri; Full
Body Harness; Pendidikan
Terakhir; Pengetahuan; Kelengkapan dan Pengawasan.
Pendahuluan
Berdasarkan
data International Labour Organization (Wadsworth & Walters, 2019), setiap tahun sekitar 380.000 pekerja atau 13,7 persen dari 2,78 juta orang meninggal
setiap tahun akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja, salah satu penyebabnya yaitu karena masih rendahnya
kesadaran pengusaha dan karyawan akan pentingnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) (Puspaningrum, 2016). Selain itu, terdapat sekitar
374 juta cedera dan penyakit akibat
kerja yang tidak fatal setiap
tahunnya, yang banyak mengakibatkan absensi kerja (Anugraini, 2022).
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti
disiplin dan taat. Patuh adalah
suka menurut perintah, taat pada perintah
atau aturan (Wahyuni, 2010). Pekerja yang patuh memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk melindungi
dirinya terhadap bahaya keselamatan kerja dan akan berperilaku aman dalam
melaksanakan pekerjaannya, sebaliknya pekerja yang tidak patuh akan cenderung
melakukan kesalahan dalam setiap proses kerja karena tidak mematuhi standar dan
peraturan yang ada (Wawan & Dewi, 2010).
Terdapat berbagai macam APD
yang digunakan dalam pekerjaan, salah satunya adalah full body harness. Full body harness adalah perlengkapan alat pelindung diri yang bentuknya seperti sabuk pengaman
yang umumnya di gunakan
oleh orang yang pekerjaannya berhubungan
dengan ketinggian. Penggunaan full body harness bermanfaat
untuk mengurangi risiko cidera fatal akibat terjatuh dari ketinggian. Full body
harness didesain untuk melindungi seluruh bagian tubuh pekerja
seperti bahu, paha bagian atas, dada, dan panggul sehingga lebih aman saat
bekerja di ketinggian (Saputri & Paskarini, 2014).
Berdasarkan study observasi yang peneliti
lakukan pada tanggal 24
April 2020. Ditemukan permasalahan
mengenai FBH yaitu kurangnya kedisiplinan dan komitmen dalam penggunaan FBH, SDM belum sepenuhnya aware terhadap penggunaan FBH, belum semua teredukasi terkait perbedaan safety belt dengan FBH, serta masih banyak pekerjaan
atau titik lokasi pekerjaan tidak sebanding dengan penyediaan peralatan FBH.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif analitik, yang dilakukan untuk memperoleh analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Sampel penelitian
yang diambil sebanyak 35 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk google form. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik Chi Square.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 1. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden
pekerja PLN ULP Amuntai
Jenis Kelamin |
Jumlah |
Persentase (%) |
Laki-laki |
33 |
94,3% |
Perempuan |
2 |
5,7% |
Total |
35 |
100% |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 1. Menunjukkan responden yang paling
tinggi adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 33 orang (94,3%).
b. Karakteristik
responden berdasarkan umur
Tabel 2. Distribusi frekuensi umur responden pekerja PLN
ULP Amuntai
Umur |
Jumlah |
Persentase (%) |
Remaja (17-25) tahun |
3 |
8,6% |
Dewasa (25-45) tahun |
32 |
91,4% |
Total |
35 |
100% |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan responden dengan
kelompok umur dewasa berjumlah 32 orang (91,4%).
c. Karakteristik
responden berdasarkan masa kerja
Tabel 3. Distribusi frekuensi masa kerja responden
pekerja PLN ULP Amuntai
Masa Kerja |
Jumlah |
Persentase (%) |
<=
5 Tahun (Baru) |
12 |
34,3% |
>= 5 Tahun
(Lama) |
23 |
65,7% |
Total |
35 |
100% |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 3. Menunjukkan jumlah responden dengan
masa kerja lama berjumlah 23 orang (65,7%).
d. Karakteristik
responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4. Distribusi frekuensi Pendidikan Terakhir
responden pekerja PLN ULP Amuntai
Pendidikan |
Jumlah |
Persentase (%) |
SMA (Menengah)
|
26 |
74,3% |
DIPLOMA, S1 (Tinggi) |
9 |
25,7% |
Total |
35 |
100% |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 4. Menunjukan
responden dengan tingkan pendidikan menengah
berjumlah 26 orang (74,3%).
Tabel 5. Distribusi frekuensi Pengetahuan APD FBH
responden pekerja PLN ULP Amuntai
Pengetahuan
APD FBH |
Jumlah |
Persentase (%) |
Tinggi |
32 |
91,4% |
Rendah |
3 |
8,6% |
Total |
35 |
100% |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 5. Menunjukan
responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 32 orang (91,4%).
Tabel 6. Distribusi frekuensi Kelengkapan APD FBH
responden pekerja PLN ULP Amuntai
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 6. Menunjukan
jawaban responden dengan presentase kelengkapan APD
FBH yang disediakan pihak kantor sebanyak 33 orang (94,3%).
Tabel 7. Distribusi frekuensi Pengawasan APD FBH
responden pekerja PLN ULP Amuntai
Pengawasan APD FBH |
Jumlah |
Persentase (%) |
Baik |
32 |
91,4% |
Kurang
Baik |
3 |
8,6% |
Total |
35 |
100% |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 7. Menunjukan
responden dengan pengawasan baik sebanyak 32 orang (91,4%).
Tabel 8. Distribusi frekuensi Kepatuan APD FBH responden pekerja PLN ULP Amuntai
Kepatuhan APD FBH |
Jumlah |
Persentase (%) |
Patuh |
30 |
85,7% |
Tidak
Patuh |
5 |
14,3% |
Total |
35 |
100% |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel 8. Menunjukan
responden dengan tingkat kepatuhan patuh sebanyak 30 orang (85,7%).
2. Analisis Bivariat
a. Analisis
hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan perilaku kepatuhan
penggunaan APD FBH
Tabel 9. Hasil analisis hubungan antara tingkat
pendidikan terakhir dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH
Tingkat
Pendidikan Terakhir |
Kepatuhan Penggunaan
APD FBH |
Total |
RP |
CI (95%) |
P
value |
||||
Tidak Patuh |
Patuh |
||||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||||
Menengah |
5 |
14,3 |
21 |
5,7 |
7 |
20,0 |
0,833 |
(0,131-5,297) |
1,000 |
Tinggi |
2 |
60,0 |
7 |
20,0 |
28 |
80,0 |
|||
Total |
7 |
20,0 |
28 |
80,0 |
35 |
100 |
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa dari 35 responden
yang diteliti, responden yang memiliki pendidikan menengah (SMA) yang tidak
patuh sebanyak 5 orang (14,3%). Hasil uji statistik Fisher’s
Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan terakhir dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan 95% CI: 0,131 sampai 5,297). Dikatakan
tidak berhubungan secara statistik karena nilai p-value
lebih dari α 0,05.
b. Analisis
hubungan antara pengetahuan APD FBH dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD
FBH
Tabel 10. Hasil analisis hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH
Tingkat Pengetahuan APD FBH |
Kepatuhan Penggunaan APD FBH |
Total |
RP |
CI (95%) |
P value |
||||
Tidak Patuh |
Patuh |
||||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||||
Rendah |
1 |
2,9 |
2 |
5,7 |
3 |
8,6 |
2,176 |
(0,168-28,009 |
0,499 |
Tinggi |
6 |
20,0 |
26 |
80,0 |
32 |
91,4 |
|||
Total |
7 |
20,0 |
28 |
80,0 |
35 |
100 |
Sumber : Data
Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa dari 35
responden yang diteliti. Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi yang tidak
patuh sebanyak 6 orang (20,0%). Hasil uji statistik Fisher’s
Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,499 dan 95% CI: 0,168 sampai 28,009). Dikatakan
tidak berhubungan secara statistik karena nilai p-value
lebih dari α 0,05.
c.
Analisis hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan
perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH
Tabel
11. Hasil analisis hubungan antara kelengkapan dengan perilaku kepatuhan
penggunaan APD FBH
Kelengkapan APD FBH |
Kepatuhan Penggunaan APD FBH |
Total |
RP |
CI (95%) |
P value |
||||
Tidak Patuh |
Patuh |
||||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||||
Tidak Lengkap |
2 |
5,7 |
0 |
0,0 |
2 |
5,7 |
0,714 |
(0,447-1,141) |
0,035 |
Lengkap |
5 |
14,3 |
28 |
80,0 |
33 |
94,3 |
|||
Total |
7 |
20,0 |
28 |
80,0 |
35 |
100 |
Sumber
: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa dari 35
responden yang diteliti, responden yang memiliki kelengkapan APD lengkap yang
tidak patuh sebanyak 5 orang (14,3%). Hasil uji statistik Fisher’s
Exact menunjukkan ada hubungan antara kelengkapan APD
FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value
= 0,035 dan 95% CI: 0,447 sampai 1,141). Dikatakan berhubungan secara statistik
karena nilai p-value kurang dari α 0,05.
d.
Analisis hubungan antara pengawasan APD FBH dengan
perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH
Tabel
12. Hasil analisis hubungan antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan
penggunaan APD FBH
Pengawasan APD FBH |
Kepatuhan Penggunaan APD FBH |
Total |
RP |
CI (95%) |
P value |
||||
Tidak Patuh |
Patuh |
||||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||||
Kurang Baik |
0 |
0,0 |
2 |
5,7 |
2 |
5,7 |
1,077 |
(0,972-1,193) |
1,000 |
Baik |
7 |
20,0 |
26 |
74,3 |
33 |
94,3 |
|||
Total |
7 |
20,0 |
28 |
80,0 |
35 |
100 |
Sumber
: Data Primer, 2020
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa dari 35
responden yang diteliti. Responden dengan pengawasan baik dan patuh sebanyak 26
orang (74,3%) Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pengawasan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan 95% CI: 0,972 sampai 1,193). Dikatakan
tidak berhubungan secara statistik karena nilai p-value
lebih dari α 0,05.
B. Pembahasan
1.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Penggunaan APD FBH
Berdasarkan
data hasil penelitian pada pekerja PLN ULP Amuntai dapat diketahui bahwa
tingkat pendidikan pekerja sebagian besar adalah lulusan dengan tingkan pendidikan menengah (SMA) berjumlah 26 orang
(74,3%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi (Diploma, S1)
berjumlah 9 orang (25,7%). Hasil uji statistik Fisher’s
Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan terakhir dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan 95% CI: 0,131 sampai 5,297).
Peneliti menarik kesimpulan bahwa
responden yang berpendidikan rendah tetapi patuh terhadap penggunaan APD FBH
karena mereka mematuhi aturan yang ada di perusahaan dan juga mengetahui bahaya
bila tidak menggunakan APD FBH. Sedangkan responden yang pendidikan tinggi
tetapi tidak patuh menggunakan APD FBH dikarenakan responden beranggapan bahwa
pengalaman yang lama bekerja di ketinggian menjadi alasan. Sehingga selama
bekerja di ketinggian mereka tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Kemudian
menjadikan alasan untuk tidak menggunakan APD FBH saat bekerja di ketinggian
pada situasi tertentu.
Menurut
teori (Apriluana,
Khairiyati, & Setyaningrum, 2016) menyatakan tingkat pendidikan
akan berpengaruh dalam memberi respons yang datang dari luar, seseorang yang
lebih tinggi pendidikannya maka pengetahuannya akan semakin luas. Teori ini
tidak sejalan dengan hasil data di lapangan karena pekerja PLN ULP Amuntai
sering bertukar pikiran dengan sesama rekan kerja dan hal tersebut bisa
menambah pengetahuan pekerja yang baru. Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian (Pamelia
& Airlangga, 2019), yang
menyatakan seseorang memperoleh
pendidikan tidak hanya dari pendidikan formal, namun bisa didapatkan melalui
pendidikan informal seperti media cetak, penyuluhan K3, atau bertukar pikiran
dengan rekan kerja yang lebih berpengalaman dalam bidangnya.
2.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Penggunaan APD FBH
Menurut
hasil penelitian dapat diketahui bahwa distribusi menunjukan
responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 32 orang (91,4%).
Sedangkan respon dengan tingkat pengetahuan rendah
sebanyak 3 orang (8,6%). Hasil uji statistik Fisher’s
Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,499 dan 95% CI: 0,168 sampai 28,009).
Pekerja
PLN ULP Amuntai yang bekerja di
ketinggian sebagian besar berusia diatas 35 tahun,
dengan masa kerja yang sudah cukup lama membuat mereka sudah tebiasa dengan lingkungan kerja yang sering mereka datangi,
sehingga mereka lebih mengetahui bahaya dilingkungan tersebut dari
pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya. Hal ini didukung juga oleh hasil
penelitian (Jannah
& Handari, 2020), yang menyatakan
Pengalaman juga memberikan pengaruh
dalam meningkatkan pengetahuan seseorang, karena pengetahuan seseorang juga
diperoleh dari pengalaman.
Menurut
teori Green dalam (Nursalam,
2016), pengetahuan
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu sebagai faktor
predisposisi. Peningkatan pengetahuan tidak selalu sejalan dengan perubahan
perilaku. Sehingga perbedaan hasil penelitian antara pengetahuan dengan
perilaku manusia terkadang masih ditemukan. Hal ini sejalan dengan penelitian (Dewi,
Adawiyah, & Rujito, 2020). yang menyatakan tingkat
pengetahuan dalam pemakaian APD dari uji Chi-Square
didapat p value sebesar 0,227 sehingga tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan pekerja dengan kepatuhan pekerja operator dalam
pemakaian APD.
3.
Hubungan Ketersediaan APD FBH Dengan Kepatuhan
Penggunaan APD FBH
Berdasarkan
data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti,
responden yang memiliki kelengkapan APD FBH lengkap yang tidak patuh sebanyak 5
orang (14,3%). Sedangkan responden dengan APD FBH yang tidak lengkap dan tidak
patuh sebanyak 2 orang (5,7%). Hasil uji statistik Fisher’s
Exact menunjukkan ada hubungan antara kelengkapan APD
FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value
= 0,035 dan 95% CI: 0,447 sampai 1,141).
Adanya
hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH di
dukung dengan hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti saat pengambilan
data, dengan adanya ketersediaan APD FBH dalam kondisi yang baik, terawat dan
mencukupi untuk semua pekerja PLN ULP Amuntai maka budaya selamat akan mereka
terapkan melalui kepatuhan menggunakan APD FBH yang sudah tersedia untuk setiap
pekerja. Sehingga mereka tidak memiliki alasan lagi untuk tidak memakai APD FBH
karena masing-masing dari mereka sudah diberikan FBH sendiri-sendiri.
Ketersediaan
APD FBH merupakan suatu bentuk upaya perlindungan terhadap petugas PLN ULP
Amuntai yang bekerja di ketinggian agar terhindar dari risiko kecelakaan kerja
dan menunjang kepatuhan dalam memenuhi keselaman
petugas lapangan, tetapi perlu juga memperhatikan kenyaman
setiap pemakaian APD FBH dalam bekerja. Adanya ketersediaan APD FBH yang
disediakan PLN dan pihak K3 sangat mendukung pekerja dalam bekerja. Ketersedian yang lengkap dan baik tersebuat
merupakan faktor pendorong dalam terbentuknya budaya K3.
Ketersediaan
APD merupakan salah satu faktor pendukung (enabling factor) yang terdapat dalam teori perilaku kesehatan Green (Nurdiani
& Krianto, 2019). Hasil ini sejalan
dengan penelitian (Edigan,
2019), yang menunjukan bahwa
ketersediaan fasilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan fasilitas memiliki hubungan signifikan dengan
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada mahasiswa profesi dokter gigi di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jenderal Soedirman.
4.
Hubungan Pengawasan Dengan Kepatuhan Penggunaan APD
FBH
Berdasarkan
data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti,
responden dengan pengawasan baik yang tidak patuh sebanyak 7 orang (20,0%).
Sedangkan responden dengan pengawasan baik dan patuh sebanyak 26 orang (74,3%).
Hasil uji statistik Fisher’s Exact
menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengawasan dengan kepatuhan
penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan
95% CI: 0,972 sampai 1,193).
Pengawasan
sudah diberikan merata kepada semua pekerja PLN ULP Amuntai saat melakukan
pekerjaan di lapangan. Namun adanya pengaruh dari lingkungan kerja dan rekan
kerja dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaan di lapangan. Jadi
pengawasan yang baik tidak sepenuhnya membuat pekerja menjadi patuh, melainkan
adanya faktor dorongan pula dari rekan kerja yang mempengaruhi kepatuhan
pekerjanya.
Green
menjelaskan bahwa faktor penguat dari luar yakni peer
influence dari teman terdekat atau lingkungan sekitar
dapat mempengaruhi seseorang. Rekan kerja dapat juga mempengaruhi perilaku
seseorang karena rekan kerja merupakan salah satu teman terdekat yang bisa
menjadi contoh dalam berperilaku, baik contoh yang benar atau yang salah. Pada
PLN Rayon Tembilahan yang menunjukkan hasil bahwa
tidak terdapat hubungan antara pengawasan dengan penggunan
APD pada pekerja teknisi mesin di PT PLN Rayon tembilan
dengan (Pvalue = 0,854 OR 1.429, Cl
95% = 0.375-5.437) dengan 18 responden menjawab baik dan 17 responden menjawab
kurang baik. Kepatuhan pekerja tidak akan terbentuk dengan sendirinya tanpa
disertai dengan upaya yang dilakukan oleh pemimpin, salah satunya dengan adanya
pengawasan yang dilakukan kepada pekerja saat dilakukannya pekerjaan di
lapangan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan tentang analisis kepatuhan penggunaan alat pelindung
diri (APD) full body harness pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Dari
analisis uji Fisher’s Exact
yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini menunjukkan
tidak adanya hubungan antara pendidikan terakhir dengan kepatuhan menggunakan
APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 > α
0,05) dan 95% Confident
Interval (CI) 0,131 sampai 5,297. Hipotesis ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara pendidikan terakhir dengan kepatuhan menggunakan APD FBH pada
pekerja PLN ULP Amuntai.
Dari analisis uji Fisher’s Exact yang dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya
hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan menggunakan APD FBH. Dengan nilai
(p-value = 0,499 > α 0,05) dan 95% Confident
Interval (CI) 0,168 sampai 28,009. Hipotesis ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan menggunakan APD FBH pada pekerja
PLN ULP Amuntai. Dari analisis uji Fisher’s Exact yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kelengkapan APD dengan
kepatuhan menggunakan APD FBH. Dengan nilai (p-value
= 0,035 < α 0,05) dan 95% Confident Interval (CI) 0,447 sampai 1,141.
Hipotesis diterima yang
berarti ada hubungan antara kelengkapan APD dengan kepatuhan menggunakan APD
FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai. Dari analisis uji Fisher’s
Exact yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengawasan dengan
kepatuhan menggunakan APD FBH. Dengan nilai (p-value
= 1,000 > α 0,05) dan 95% Confident Interval (CI) 0,972 sampai 1,193. Hipotesis
ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan
menggunakan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai.
Berdasarkan hasil dan
simpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan saran
kepada pihak perusahan, APD FBH yang masih kurang
lengkap sebaiknya dilengkapi secepatnya agar tidak ada lagi pekerja yang merasa
kekurangan APD FBH saat bekerja di ketinggian, karena APD merupakan fasilitas
yang wajib mereka dapatkan dari kantor. Perusahaan dapat memberikan pelatihan
khusus kepada pekerja mengenai Full Body Harness dan cara pemakaian
yang benar sesuai standar. Pihak K3 juga dapat memberikan solusi APD lain
seperti safety belt ketika
kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk pekerja menggunakan FBH, agar
keamanan pekerja tetap terjamin.
BIBLIOGRAFI
Anugraini,
Vanitalia Puspita. (2022). Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan APD Dengan
Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di DPU Kabupaten Pati.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Apriluana,
Gladys, Khairiyati, Laily, & Setyaningrum, Ratna. (2016). Hubungan antara
usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap dan ketersediaan alat
pelindung diri (APD) dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga kesehatan. Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia (JPKMI), 3(3), 82–87.
Dewi, Ina
Permata, Adawiyah, Wiwiek R., & Rujito, Lantip. (2020). Analisis Tingkat
Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri Mahasiswa Profesi Dokter Gigi Di Rumah
Sakit Gigi Dan Mulut Unsoed. Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi, 21(4).
Edigan,
Firman. (2019). Hubungan Antara Perilaku Keselamatan Kerja Terhadap Penggunaan
Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Karyawan Ptsurya Agrolika Reksa Di Sei. Basau. Jurnal
Saintis, 19(2), 61–70.
Jannah, Miftahul,
& Handari, Sri Riptifah Tri. (2020). Hubungan Antara Karakteristik,
Kenyamanan, Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Pada Petani Pengguna Pestisida Di Desa “X’’Tahun 2018. Environmental
Occupational Health and Safety Journal, 1(1), 17–28.
Nurdiani,
Catu Umirestu, & Krianto, Tri. (2019). Kepatuhan penggunaan alat pelindung
diri (APD) di laboratorium pada mahasiswa Prodi Diploma Analis Kesehatan
Universitas Mh Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(2), 88–93.
Nursalam,
NIDN. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salimba Medika.
Pamelia,
I., & Airlangga, U. (2019). Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan Menggunakan APD di SPBU “X” Surabaya. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health, 3(1), 120–131.
Puspaningrum,
M. (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan alat
pelindung diri (APD) pada pekerja bagian tabung gas liquefied petroleum gas
(LPG). Skripsi. Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar.
Saputri,
Ika Anjari Doy, & Paskarini, Indriati. (2014). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD pada pekerja kerangka bangunan. The
Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment, 1(1),
120–131.
Wadsworth,
Emma, & Walters, David. (2019). Safety and Health at the Heart of the
Future of Work: Building on 100 Years of Experience.
Wahyuni,
Ika. (2010). Sistem pengendalian bahaya bekerja pada ketinggian dalam upaya
pencegahan kecelakaan kerja di PT. Gunanusa Utama Fabricators Serang Banten.
Wawan, A.,
& Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Sikap dan Perilaku Manusia
dilengkapi Contoh Kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika.