Jurnal Lentera Kesehatan Masyarakat

Vol. 1, No.2, Agustus 2022

https://jurnalkesmas.co.id

 

ANALISIS KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) FULL BODY HARNESS PADA PEKERJA PLN ULP AMUNTAI TAHUN 2020

 

 

Amita Daniati¹, Wiga Welyusa Fadilla²

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia

Email: amitadaniatiuad16@gmail.com

 

Abstrak

Latar Belakang : Green menyatakan bahwa perilaku kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, yang pertama yaitu faktor predisposisi (predisposing factor) yang meliputi usia, masa kerja, pengetahuan, sikap, sistem budaya, serta tingkat pendidikan. Faktor kedua yaitu faktor pemungkin (enabling factor) yang mencakup sarana dan prasarana/fasilitas. Faktor ketiga yaitu faktor penguat (reinforcing factor) yang meliputi sikap pekerja, dan peraturan yang berlaku. Berdasarkan study observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 24 April 2020. Ditemukan permasalahan mengenai FBH yaitu kurangnya kedisiplinan dan komitmen dalam penggunaan FBH, SDM belum sepenuhnya aware terhadap penggunaan FBH, belum semua teredukasi terkait perbedaan safety belt dengan FBH, serta masih banyak pekerjaan atau titik lokasi pekerjaan tidak sebanding dengan penyediaan peralatan FBH. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Metode : Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif analitik, yang dilakukan untuk memperoleh analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Sampel penelitian yang diambil sebanyak 35 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk google form. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik Chi Square. Hasil : Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value = 1,000). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value = 0,499). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value = 0,035). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengawasan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH, dengan nilai (p-value = 1,000). Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara kepatuhan penggunaan APD FBH dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengawasan. Ada hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH.

 

Kata kunci: Kepatuhan; Alat Pelindung Diri; Full Body Harness; Pendidikan Terakhir; Pengetahuan; Kelengkapan dan Pengawasan.

 

 


Pendahuluan

Berdasarkan data International Labour Organization (Wadsworth & Walters, 2019), setiap tahun sekitar 380.000 pekerja atau 13,7 persen dari 2,78 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja, salah satu penyebabnya yaitu karena masih rendahnya kesadaran pengusaha dan karyawan akan pentingnya penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Puspaningrum, 2016). Selain itu, terdapat sekitar 374 juta cedera dan penyakit akibat kerja yang tidak fatal setiap tahunnya, yang banyak mengakibatkan absensi kerja (Anugraini, 2022).

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan (Wahyuni, 2010). Pekerja yang patuh memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk melindungi dirinya terhadap bahaya keselamatan kerja dan akan berperilaku aman dalam melaksanakan pekerjaannya, sebaliknya pekerja yang tidak patuh akan cenderung melakukan kesalahan dalam setiap proses kerja karena tidak mematuhi standar dan peraturan yang ada (Wawan & Dewi, 2010).

Terdapat berbagai macam APD yang digunakan dalam pekerjaan, salah satunya adalah full body harness. Full body harness adalah perlengkapan alat pelindung diri yang bentuknya seperti sabuk pengaman yang umumnya di gunakan oleh orang yang pekerjaannya berhubungan dengan ketinggian. Penggunaan full body harness bermanfaat untuk mengurangi risiko cidera fatal akibat terjatuh dari ketinggian. Full body harness didesain untuk melindungi seluruh bagian tubuh pekerja seperti bahu, paha bagian atas, dada, dan panggul sehingga lebih aman saat bekerja di ketinggian (Saputri & Paskarini, 2014).

Berdasarkan study observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 24 April 2020. Ditemukan permasalahan mengenai FBH yaitu kurangnya kedisiplinan dan komitmen dalam penggunaan FBH, SDM belum sepenuhnya aware terhadap penggunaan FBH, belum semua teredukasi terkait perbedaan safety belt dengan FBH, serta masih banyak pekerjaan atau titik lokasi pekerjaan tidak sebanding dengan penyediaan peralatan FBH.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif analitik, yang dilakukan untuk memperoleh analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Sampel penelitian yang diambil sebanyak 35 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk google form. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik Chi Square.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil

1.   Analisis Univariat

a.    Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 1. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden pekerja PLN ULP Amuntai

 

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase (%)

Laki-laki

33

94,3%

Perempuan

2

5,7%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 1. Menunjukkan responden yang paling tinggi adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 33 orang (94,3%).

b.   Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 2. Distribusi frekuensi umur responden pekerja PLN ULP Amuntai

Umur

Jumlah

Persentase (%)

Remaja (17-25) tahun

3

8,6%

Dewasa (25-45) tahun

32

91,4%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan responden dengan kelompok umur dewasa berjumlah 32 orang (91,4%).

c.    Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Tabel 3. Distribusi frekuensi masa kerja responden pekerja PLN ULP Amuntai

Masa Kerja

Jumlah

Persentase (%)

<= 5 Tahun (Baru)

12

34,3%

>= 5 Tahun (Lama)

23

65,7%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 3. Menunjukkan jumlah responden dengan masa kerja lama berjumlah 23 orang (65,7%).

d.   Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 4. Distribusi frekuensi Pendidikan Terakhir responden pekerja PLN ULP Amuntai

Pendidikan

Jumlah

Persentase (%)

SMA (Menengah)

26

74,3%

DIPLOMA, S1 (Tinggi)

9

25,7%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4. Menunjukan responden dengan tingkan pendidikan menengah berjumlah 26 orang (74,3%).

 

Tabel 5. Distribusi frekuensi Pengetahuan APD FBH responden pekerja PLN ULP Amuntai

Pengetahuan APD FBH

Jumlah

Persentase (%)

Tinggi

32

91,4%

Rendah

3

8,6%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 5. Menunjukan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 32 orang (91,4%).

Tabel 6. Distribusi frekuensi Kelengkapan APD FBH responden pekerja PLN ULP Amuntai

Kelengkapan APD FBH

Jumlah

Persentase (%)

Lengkap

33

94,3%

Tidak Lengkap

2

5,7%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 6. Menunjukan jawaban responden dengan presentase kelengkapan APD FBH yang disediakan pihak kantor sebanyak 33 orang (94,3%).

Tabel 7. Distribusi frekuensi Pengawasan APD FBH responden pekerja PLN ULP Amuntai

Pengawasan  APD FBH

Jumlah

Persentase (%)

Baik

32

91,4%

Kurang Baik

3

8,6%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

 

Berdasarkan tabel 7. Menunjukan responden dengan pengawasan baik sebanyak 32 orang (91,4%).

Tabel 8. Distribusi frekuensi Kepatuan  APD FBH responden pekerja PLN ULP Amuntai

Kepatuhan APD FBH

Jumlah

Persentase (%)

Patuh

30

85,7%

Tidak Patuh

5

14,3%

Total

35

100%

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 8. Menunjukan responden dengan tingkat kepatuhan patuh sebanyak 30 orang (85,7%).

2.   Analisis Bivariat

a.    Analisis hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH

Tabel 9. Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH

 

 

 

 

 

 

 


Tingkat Pendidikan Terakhir

Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Total

RP

CI

(95%)

P value

Tidak Patuh

Patuh

n

%

n

%

n

%

Menengah

5

14,3

21

5,7

7

20,0

0,833

(0,131-5,297)

1,000

Tinggi

2

60,0

7

20,0

28

80,0

Total

7

20,0

28

80,0

35

100

Sumber : Data Primer, 2020

 


Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti, responden yang memiliki pendidikan menengah (SMA) yang tidak patuh sebanyak 5 orang (14,3%). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan 95% CI: 0,131 sampai 5,297). Dikatakan tidak berhubungan secara statistik karena nilai p-value lebih dari α 0,05.

b.   Analisis hubungan antara pengetahuan APD FBH dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH

Tabel 10. Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH

 

 


Tingkat Pengetahuan APD FBH

Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Total

RP

CI

(95%)

P value

Tidak Patuh

Patuh

n

%

n

%

n

%

Rendah

1

2,9

2

5,7

3

8,6

2,176

(0,168-28,009

0,499

Tinggi

6

20,0

26

80,0

32

91,4

Total

7

20,0

28

80,0

35

100

Sumber : Data Primer, 2020


 

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti. Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi yang tidak patuh sebanyak 6 orang (20,0%). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,499 dan 95% CI: 0,168 sampai 28,009). Dikatakan tidak berhubungan secara statistik karena nilai p-value lebih dari α 0,05.

c.   Analisis hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH

Tabel 11. Hasil analisis hubungan antara kelengkapan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH


 

Kelengkapan APD FBH

Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Total

RP

CI

(95%)

P value

Tidak Patuh

Patuh

n

%

n

%

n

%

Tidak Lengkap

2

5,7

0

0,0

2

5,7

0,714

(0,447-1,141)

0,035

Lengkap

5

14,3

28

80,0

33

94,3

Total

7

20,0

28

80,0

35

100

Sumber : Data Primer, 2020

 


Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti, responden yang memiliki kelengkapan APD lengkap yang tidak patuh sebanyak 5 orang (14,3%). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,035 dan 95% CI: 0,447 sampai 1,141). Dikatakan berhubungan secara statistik karena nilai p-value kurang dari α 0,05.

d.   Analisis hubungan antara pengawasan APD FBH dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH

Tabel 12. Hasil analisis hubungan antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD FBH

 

 

 

 


Pengawasan APD FBH

Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Total

RP

CI

(95%)

P value

Tidak Patuh

Patuh

n

%

n

%

n

%

Kurang Baik

0

0,0

2

5,7

2

5,7

1,077

(0,972-1,193)

1,000

Baik

7

20,0

26

74,3

33

94,3

Total

7

20,0

28

80,0

35

100

Sumber : Data Primer, 2020

 


Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti. Responden dengan pengawasan baik dan patuh sebanyak 26 orang (74,3%) Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengawasan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan 95% CI: 0,972 sampai 1,193). Dikatakan tidak berhubungan secara statistik karena nilai p-value lebih dari α 0,05.

B.  Pembahasan

1.   Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Berdasarkan data hasil penelitian pada pekerja PLN ULP Amuntai dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan pekerja sebagian besar adalah lulusan dengan tingkan pendidikan menengah (SMA) berjumlah 26 orang (74,3%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi (Diploma, S1) berjumlah 9 orang (25,7%). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan terakhir dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan 95% CI: 0,131 sampai 5,297).

               Peneliti menarik kesimpulan bahwa responden yang berpendidikan rendah tetapi patuh terhadap penggunaan APD FBH karena mereka mematuhi aturan yang ada di perusahaan dan juga mengetahui bahaya bila tidak menggunakan APD FBH. Sedangkan responden yang pendidikan tinggi tetapi tidak patuh menggunakan APD FBH dikarenakan responden beranggapan bahwa pengalaman yang lama bekerja di ketinggian menjadi alasan. Sehingga selama bekerja di ketinggian mereka tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Kemudian menjadikan alasan untuk tidak menggunakan APD FBH saat bekerja di ketinggian pada situasi tertentu.

Menurut teori (Apriluana, Khairiyati, & Setyaningrum, 2016) menyatakan tingkat pendidikan akan berpengaruh dalam memberi respons yang datang dari luar, seseorang yang lebih tinggi pendidikannya maka pengetahuannya akan semakin luas. Teori ini tidak sejalan dengan hasil data di lapangan karena pekerja PLN ULP Amuntai sering bertukar pikiran dengan sesama rekan kerja dan hal tersebut bisa menambah pengetahuan pekerja yang baru. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian (Pamelia & Airlangga, 2019), yang menyatakan  seseorang memperoleh pendidikan tidak hanya dari pendidikan formal, namun bisa didapatkan melalui pendidikan informal seperti media cetak, penyuluhan K3, atau bertukar pikiran dengan rekan kerja yang lebih berpengalaman dalam bidangnya.

2.   Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Menurut hasil penelitian dapat diketahui bahwa distribusi menunjukan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 32 orang (91,4%). Sedangkan respon dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 3 orang (8,6%). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,499 dan 95% CI: 0,168 sampai 28,009).

Pekerja PLN ULP Amuntai yang  bekerja di ketinggian sebagian besar berusia diatas 35 tahun, dengan masa kerja yang sudah cukup lama membuat mereka sudah tebiasa dengan lingkungan kerja yang sering mereka datangi, sehingga mereka lebih mengetahui bahaya dilingkungan tersebut dari pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian (Jannah & Handari, 2020), yang menyatakan Pengalaman juga memberikan  pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan seseorang, karena pengetahuan seseorang juga diperoleh dari pengalaman.

Menurut teori Green dalam (Nursalam, 2016), pengetahuan merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu sebagai faktor predisposisi. Peningkatan pengetahuan tidak selalu sejalan dengan perubahan perilaku. Sehingga perbedaan hasil penelitian antara pengetahuan dengan perilaku manusia terkadang masih ditemukan. Hal ini sejalan dengan penelitian (Dewi, Adawiyah, & Rujito, 2020). yang menyatakan tingkat pengetahuan dalam pemakaian APD dari uji Chi-Square didapat p value sebesar 0,227 sehingga tidak terdapat hubungan antara pengetahuan pekerja dengan kepatuhan pekerja operator dalam pemakaian APD.

3.   Hubungan Ketersediaan APD FBH Dengan Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti, responden yang memiliki kelengkapan APD FBH lengkap yang tidak patuh sebanyak 5 orang (14,3%). Sedangkan responden dengan APD FBH yang tidak lengkap dan tidak patuh sebanyak 2 orang (5,7%). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,035 dan 95% CI: 0,447 sampai 1,141).

Adanya hubungan antara kelengkapan APD FBH dengan kepatuhan penggunaan APD FBH di dukung dengan hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti saat pengambilan data, dengan adanya ketersediaan APD FBH dalam kondisi yang baik, terawat dan mencukupi untuk semua pekerja PLN ULP Amuntai maka budaya selamat akan mereka terapkan melalui kepatuhan menggunakan APD FBH yang sudah tersedia untuk setiap pekerja. Sehingga mereka tidak memiliki alasan lagi untuk tidak memakai APD FBH karena masing-masing dari mereka sudah diberikan FBH sendiri-sendiri.

Ketersediaan APD FBH merupakan suatu bentuk upaya perlindungan terhadap petugas PLN ULP Amuntai yang bekerja di ketinggian agar terhindar dari risiko kecelakaan kerja dan menunjang kepatuhan dalam memenuhi keselaman petugas lapangan, tetapi perlu juga memperhatikan kenyaman setiap pemakaian APD FBH dalam bekerja. Adanya ketersediaan APD FBH yang disediakan PLN dan pihak K3 sangat mendukung pekerja dalam bekerja. Ketersedian yang lengkap dan baik tersebuat merupakan faktor pendorong dalam terbentuknya budaya K3.

Ketersediaan APD merupakan salah satu faktor pendukung (enabling factor) yang terdapat dalam teori perilaku kesehatan Green (Nurdiani & Krianto, 2019). Hasil ini sejalan dengan penelitian (Edigan, 2019), yang  menunjukan bahwa ketersediaan fasilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa ketersediaan fasilitas memiliki hubungan signifikan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada mahasiswa profesi dokter gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jenderal Soedirman.

4.   Hubungan Pengawasan Dengan Kepatuhan Penggunaan APD FBH

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden yang diteliti, responden dengan pengawasan baik yang tidak patuh sebanyak 7 orang (20,0%). Sedangkan responden dengan pengawasan baik dan patuh sebanyak 26 orang (74,3%). Hasil uji statistik Fisher’s Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengawasan dengan kepatuhan penggunaan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 dan 95% CI: 0,972 sampai 1,193).

Pengawasan sudah diberikan merata kepada semua pekerja PLN ULP Amuntai saat melakukan pekerjaan di lapangan. Namun adanya pengaruh dari lingkungan kerja dan rekan kerja dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaan di lapangan. Jadi pengawasan yang baik tidak sepenuhnya membuat pekerja menjadi patuh, melainkan adanya faktor dorongan pula dari rekan kerja yang mempengaruhi kepatuhan pekerjanya.

Green menjelaskan bahwa faktor penguat dari luar yakni peer influence dari teman terdekat atau lingkungan sekitar dapat mempengaruhi seseorang. Rekan kerja dapat juga mempengaruhi perilaku seseorang karena rekan kerja merupakan salah satu teman terdekat yang bisa menjadi contoh dalam berperilaku, baik contoh yang benar atau yang salah. Pada PLN Rayon Tembilahan yang menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengawasan dengan penggunan APD pada pekerja teknisi mesin di PT PLN Rayon tembilan dengan (Pvalue = 0,854 OR 1.429, Cl 95% = 0.375-5.437) dengan 18 responden menjawab baik dan 17 responden menjawab kurang baik. Kepatuhan pekerja tidak akan terbentuk dengan sendirinya tanpa disertai dengan upaya yang dilakukan oleh pemimpin, salah satunya dengan adanya pengawasan yang dilakukan kepada pekerja saat dilakukannya pekerjaan di lapangan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) full body harness pada pekerja PLN ULP Amuntai tahun 2020. Dari analisis uji Fisher’s Exact yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pendidikan terakhir dengan kepatuhan menggunakan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 > α 0,05)  dan 95% Confident Interval (CI) 0,131 sampai 5,297. Hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan terakhir dengan kepatuhan menggunakan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai.

Dari analisis uji Fisher’s Exact yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan menggunakan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,499 > α 0,05)  dan 95% Confident Interval (CI) 0,168 sampai 28,009. Hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan menggunakan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai. Dari analisis uji Fisher’s Exact yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kelengkapan APD dengan kepatuhan menggunakan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 0,035 < α 0,05)  dan 95% Confident Interval (CI) 0,447 sampai 1,141.

Hipotesis diterima yang berarti ada hubungan antara kelengkapan APD dengan kepatuhan menggunakan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai. Dari analisis uji Fisher’s Exact yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan menggunakan APD FBH. Dengan nilai (p-value = 1,000 > α 0,05)  dan 95% Confident Interval (CI) 0,972 sampai 1,193. Hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pengawasan dengan kepatuhan menggunakan APD FBH pada pekerja PLN ULP Amuntai.

Berdasarkan hasil dan simpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan saran kepada pihak perusahan, APD FBH yang masih kurang lengkap sebaiknya dilengkapi secepatnya agar tidak ada lagi pekerja yang merasa kekurangan APD FBH saat bekerja di ketinggian, karena APD merupakan fasilitas yang wajib mereka dapatkan dari kantor. Perusahaan dapat memberikan pelatihan khusus kepada pekerja mengenai Full Body Harness dan cara pemakaian yang benar sesuai standar. Pihak K3 juga dapat memberikan solusi APD lain seperti safety belt ketika kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk pekerja menggunakan FBH, agar keamanan pekerja tetap terjamin.

 

BIBLIOGRAFI

 

Anugraini, Vanitalia Puspita. (2022). Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan APD Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di DPU Kabupaten Pati. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Apriluana, Gladys, Khairiyati, Laily, & Setyaningrum, Ratna. (2016). Hubungan antara usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap dan ketersediaan alat pelindung diri (APD) dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga kesehatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia (JPKMI), 3(3), 82–87.

Dewi, Ina Permata, Adawiyah, Wiwiek R., & Rujito, Lantip. (2020). Analisis Tingkat Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri Mahasiswa Profesi Dokter Gigi Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Unsoed. Jurnal Ekonomi, Bisnis, Dan Akuntansi, 21(4).

Edigan, Firman. (2019). Hubungan Antara Perilaku Keselamatan Kerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Karyawan Ptsurya Agrolika Reksa Di Sei. Basau. Jurnal Saintis, 19(2), 61–70.

Jannah, Miftahul, & Handari, Sri Riptifah Tri. (2020). Hubungan Antara Karakteristik, Kenyamanan, Dan Dukungan Sosial Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petani Pengguna Pestisida Di Desa “X’’Tahun 2018. Environmental Occupational Health and Safety Journal, 1(1), 17–28.

Nurdiani, Catu Umirestu, & Krianto, Tri. (2019). Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) di laboratorium pada mahasiswa Prodi Diploma Analis Kesehatan Universitas Mh Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(2), 88–93.

Nursalam, NIDN. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salimba Medika.

Pamelia, I., & Airlangga, U. (2019). Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Menggunakan APD di SPBU “X” Surabaya. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, 3(1), 120–131.

Puspaningrum, M. (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bagian tabung gas liquefied petroleum gas (LPG). Skripsi. Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar.

Saputri, Ika Anjari Doy, & Paskarini, Indriati. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD pada pekerja kerangka bangunan. The Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment, 1(1), 120–131.

Wadsworth, Emma, & Walters, David. (2019). Safety and Health at the Heart of the Future of Work: Building on 100 Years of Experience.

Wahyuni, Ika. (2010). Sistem pengendalian bahaya bekerja pada ketinggian dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. Gunanusa Utama Fabricators Serang Banten.

Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Sikap dan Perilaku Manusia dilengkapi Contoh Kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika.